Setelah bai’at al-Aqabah kedua, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengizinkan kaum muslimin untuk hijrah ke kota Madinah dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada kaum muslimin tempat hijrah mereka dalam sabda beliau,
قَدْ أُرِيْتُ دَارَ هِجْرَتِكُمْ أُرِيْتُ سَبْخَةً ذَاتَ نَخْلٍ بَيْنَ لاَبَتَيْنِ
Aku ditampakkan negeri tempat hijrah kalian, akau melihat tanah yang berisi pohon kurma diantara dua harrah (yaitu kota Madinah).” (Hadits ini dishahihkan al-Albani dalam fikih siroh no. 158).
Dari sini nampaklah anjuran beliau n kepada para sahabatnya untuk berhijrah ke negeri yang aman dan ada perlindungan untuk mereka beribadah.

Memang hijrah menjadi pilihan untuk menyelamatkan keimanan, sekaligus menguji keteguhan dan kesetiaan kaum muslimin kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam . Betapa tidak, tanah kelahiran tempat berpijak, kerabat dekat yang dicinta, harta untuk memenuhi hajat hidupnya, semua harus dikorbankan, bahkan harus ditinggalkan demi hijrah. Ditambah lagi dengan upaya kaum musyrikin menghalangi mereka dari berhijrah dengan segala cara dan upaya.
Sejauh manakah pengorbanan kaum muslimin dalam berhijrah? Berikut petikan kisah dari beberapa sahabat radhiallahu ‘anhum .

Kisah Ummul Mukminin Ummu Salamah
Diantara kisah yang memberikan pengorbanan dan kesabaran kaum muslimin ketika berhijrah adalah kisah hijrah Abu Salamah radhiallahu ‘anhu dan Ummu Salamah radhiallahu ‘anha , dimana Abu Salamah dihalangi berhijrah dengan ditahan anak dan istrinya. Mereka menahan anak dan istrinya untuk mencegah hijrah beliau ke kota Madinah. Namun, hal itu sama sekali tidak menghalanginyauntuk berhijrah menyelamatkan agamanya yang lebih berharga dari segala sesuatu.
Ummul-Mu`minin Ummu Salamah[1] radhiallahu ‘anha sendiri yang mengisahkan hal ini, ‘Ketika Abu Salamah berniat hijrah ke Madinah, ia radhiallahu ‘anha mempersiapkan untanya untukku. Dia membawaku dan anakku, Salamah bin Abi Salamah di atas unta itu.  Kemudian membawaku keluar dengan menuntun untanya. Ketika keluarga istri beliau orang-orang Bani al-Mughirah[2] bin ‘Abdillah bin Amr bin Makhzum melihatnya, serta merta mereka menghadangnya seraya berseru, ‘Masalah dirimu, itu urusanmu, tetapi bagaimana dengan wanita kami ini? Dengan alasan apa kami membiarkan engkau membawanya (keluar dari negeri kami)?’
Ummu Salamah  radhiallahu ‘anha mengisahkan, ‘Lalu mereka merebut tali kekang unta dari tangan Abu Salamah radhiallahu ‘anhu dan merebutku darinya. Seketika itu juga, Bani ‘Abdil-Asad, keluarga dekat Abu Salamah marah. Mereka berkata, ‘Demi Allah, kami tidak akan membiarkan anak kami ini (maksudnya Salamah) bersama Ummu Salamah, karena kalian telah merebut Ummu Salamah dari tangan keluarga kami ini (maksudnya Abu Salamah)’. Akhirnya mereka pun memperebutkan anakku Salamah. Sampai akhirnya, Bani al-Mughirah menyerah. Bani ‘Abdil-Asad pergi membawa anakku. Sedangkan aku ditahan oleh Bani al- Mughirah. Akhirnya, Abu Salamah pun berangkat ke Madinah seorang diri.’
Ummu Salamah berkata, ‘Aku terpisah dengan suami dan anakku.’
Sejak itulah Ummu Salamah sangat merasa sedih. Setelah terpisah dari sang anak dan sang suami yang sudah berangkat hijrah, Ummu Salamah pergi pagi dan duduk di al-Abthah. Disana ia menumpahkan kesedihannya, menangis sampai sore hari. Ini dilakukan setiap hari. Hingga setelah satu tahun berlalu, ada salah seorang anak pamannya yang merasa iba kepadanya, lalu ia pun berkata kepada Bani al-Mughirah, ‘Tidakkah kalian melepaskan wanita malang ini? Kalian telah memisahkannya dengan anak dan suaminya. ‘
Mendengar penuturan ini, lalu Bani al-Mughirah mengatakan kepada Ummu Salamah, ‘Jika engkau mau, susullah suamimu?’
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengisahkan, ‘Dan saat itu, Bani al-Asad mengembalikan anakku. Aku kemudian mempersiapkan unta. Aku berangkat menuju Madinah seorang diri. [3] Tidak ada seorangpun yang menemaniku kecuali anakku. ‘
Ketika sampai di daerah at-Tan’im, Ummu Salamah berjumpa dengan ‘Utsman bin Thalhah bin Abu Thalhah dari bani Abdudaar. Ia berkata kepada Ummu Salamah, ‘Hendak pergi kemana wahai putri Abu Umayyah?’ Lalu Ummu Salamah menjawab, ‘Aku ingin menyusul suamiku di Madinah.’ Iapun balik bertanya, ‘ Apakah tidak ada seorangpun yang mengantarmu?’ Maka beliau menjawab, ‘Demi Allah tidak ada kecuali Allah dan anakku ini.’
Akhirnya ia bersedia mengantarkan Ummu Salamah sampai di Madinah. Maka berangkatlah ‘Utsman bin Thalhah dengan memegang tali kendali unta menemani Ummu Salamah ke Madinah . Ummu Salamah radhiallahu ‘anha menyatakan, ‘Demi Allah Tidak pernah aku berjalan bersama seorang lelaki Arab sama sekali yang aku lihat lebih memuliakan aku darinya. Waktu itu bila sampai disatu tempat untuk istirahat, maka ia menjauh dariku hingga aku turun dari untaku. Kemudian barulah ia menyingkirkan untaku dan mengikatnya di pohon, kemudian ia menjauh ke aarah satu pohon dan tidur dibawahnya. Apabila telah sampai waktu keberangkatan maka ia bangkit menuju untaku dan menuntunya kepadaku dan ia menjauh sambil bekrata: Naiklah!  Apabila kau telah naik dan sudah berada diatas unta, maka ia datang mengambil tali kendalinya dan menuntunnya hingga turun istirahat disatu tempat. Ia melakukan hal demikian terus menerus hingga sampai kota Madinah. Saat ‘Utsman melihat perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Aud di Quba’,  Dia berkata, ‘Suamimu berada di kampung ini. Masuklah dengan barakah dari Allah!” Kemudian ‘Utsman bin Thalhah pun kembali ke Makkah.[4] Akhirnya Ummu Salamah radhiallahu ‘anha bisa berkumpul lagi dengan Abu Salamah.
Lihatlah kesulitan yang dihadapi mereka dalam memperjuangkan dan menyelamatkan agamanya. Sudahkah kita berbuat demikian??
Wabilahit taufiq.
Penulis Ustadz Kholid Syamhudi, L.c.
Artikel www.UstadzKholid.com

[1] Dia adalah Hindun binti Abi Umayyah bin al-Mughirah bin ‘Abdullah bin ‘Umar bin Makhzum. Dia berhijrah ke Habasyah lalu ke Madinah. Ketika suaminya, Abu Salamah bin ‘Abdil-Asad sudah meninggal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahinya. (Lihat al-Ishabah, Ibnu Hajar, 8/150).
Al-Waqidi menyebutkan, beliau  wafat pada usia 84 tahun. Lihat as-Siratun-Nabawiyatush-Shahihah, 1/202.
[2] Mereka merupakan keluarga dekat Ummu Salamah.
[3] Jarak antara Makkah-Madinah sekitar 500 km.
[4] Sirah Ibni Hisyam, 1/469-470, dari riwayat Ibnu Ishaq dengan sanad yang bisa diterima.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers