VIVAnews - Ratusan santri di Pesantren Darrul Hadist kota Dammaj, provinsi Sa'dah, Yaman, menolak untuk dievakuasi dan bertekad melawan para penyerang mereka. Dengan persenjataan yang tidak kalah banyak jumlahnya, mereka siap mati syahid melawan militan al-Houthi yang mengepung pesantren mereka.

Hal ini disampaikan oleh para santri asal Indonesia kepada Wakil Duta Besar RI untuk Yaman, Agus Syarif Budiman, melalui sambungan telepon kemarin. Kepada VIVAnews, Kamis 1 Desember 2011, Agus mengatakan bahwa sekitar 140-145 santri Indonesia telah mantap pendiriannya untuk bertahan di pesantren tersebut.

"Mereka bersikeras untuk tinggal, apalagi setelah syekhnya mengeluarkan fatwa jihad untuk mempertahankan diri. Dengan mantap mereka bilang 'Kami tidak akan keluar, kami membela agama Islam dari serangan musuh kafir'," kata Agus.

Salah satu santri yang diajak bicara oleh Agus adalah Abdurrahman Sukaya alias Abu Farid. Dia mengumpamakan perlawanan mereka terhadap militan al-Houthi dengan perlawanan rakyat Indonesia melawan penjajah Belanda atau Jepang. Perlawanan mereka, kata Abu Farid, juga merupakan bentuk loyalitas mereka terhadap pemerintah Yaman.

"Kata saya 'kalau begitu harusnya nurut dengan pemerintah Indonesia, untuk keluar' dia bilang, 'kami disini sedang berjuang'," lanjut Agus lagi. Padahal, jika ingin keluar, KBRI di Sanaa menjamin keselamatan mereka.
Pesantren Darrul Hadist telah digempur kelompok militan al-Houthi yang menganut Syiah Zayidiyyah sejak Sabtu pekan lalu. KBRI mengatakan, sekitar 50 orang tewas, dua orang di antaranya adalah WNI.
Kabar terbaru kemarin, pesantren tidak lagi dibombardir, tapi sniper al-Houthi masih tetap berjaga di atas bukit. Letak pesantren yang berada di lembah menjadikannya sasaran empuk tembakan.

Agus mengatakan, para santri tidak melawan dengan tangan kosong. Entah dari mana, mereka memiliki persenjataan yang cukup banyak. Selain itu, pesantren dilaporkan juga telah meminta bantuan senjata kepada berbagai pihak.
Agus menjelaskan bahwa pesantren Darrul Hadist bukanlah pesantren militan, tapi salafi yang menggunakan pendekatan halus. Perlawanan mereka lakukan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh.
"Kami bukan teroris, kami hanya membela agama kami," kata Agus menirukan perkataan salah seorang santri dalam perbincangan kemarin. (umi)
• VIVAnews

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers