Fatwa Syaikh Abdurrahman bin Abdullah As-Suhaim

Soal:
Dua hari yang lalu, saya mendengar salah seorang syaikh mengatakan bahwasanya menjelang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat, beliau bersabda kepada para shahabatnya, “Sesungguhnya ini merupakan pengaruh dari racun yang diberikan oleh seorang wanita Yahudi”. Syaikh tersebut berdalil dengan hadis itu bahwa merekalah (yaitu orang-orang Yahudi) yang telah membunuh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bisakah Anda, wahai Syaikh yang mulia, menjelaskan perkara ini dengan baik; bersamaan dengan perkara sihir yang menimpa Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam? Dan apakah hadis-hadis tersebut shahih?
Jawab:
Sihir merupakan barang dagangan orang-orang yahudi. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman:
{وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ}
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia …” (QS. Al-Baqarah : 102)
Orang-orang Yahudi telah berusaha menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Maka seorang laki-laki Yahudi pun menyihir beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bersamaan dengan itu, beliau sabar sampai-sampai beliau merasa telah melakukan sesuatu, padahal beliau belum melakukannya.

Diantara hikmah tersihirnya Rasulullah

Hal itu ialah supaya dalam diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat suri tauladan bagi umatnya. Jika salah seorang dari umatnya terkena sihir, maka sungguh orang yang lebih baik darinya (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pun juga pernah terkena sihir. Bersamaan dengan itu, beliau tidak meminta pertolongan kepada tukang sihir, atau dukun, atau dajjal (untuk melawan sihir yang menimpa beliau -pent). Akan tetapi, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala.
Jika salah seorang dari umatnya ditimpa kefakiran, maka sungguh orang yang lebih baik darinya (yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) pun pernah mengikatkan batu di perutnya (untuk menahan rasa lapar -pent). Jika salah seorang dari umatnya ditimpa cobaan (dengan musibah -pent), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun juga pernah ditimpa cobaan. Jika salah seorang dari umatnya diganggu atau disiksa, maka pada diri beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat suri tauladan (yaitu pernah diganggu dan disiksa -pent).

Sihir tidak berpengaruh terhadap penyampaian risalah

Hanya saja, sihir yang menimpa beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut tidak berpengaruh terhadap penyampaian risalah berupa agama Allah Ta’ala. ’Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan :
سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا ثُمَّ قَالَ يَا عَائِشَةُ أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَتَانِي رَجُلَانِ فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي وَالْآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ مَا وَجَعُ الرَّجُلِ فَقَالَ مَطْبُوبٌ قَالَ مَنْ طَبَّهُ قَالَ لَبِيدُ بْنُ الْأَعْصَمِ قَالَ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَالَ فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ قَالَ وَأَيْنَ هُوَ قَالَ فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَجَاءَ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الْحِنَّاءِ أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا اسْتَخْرَجْتَهُ قَالَ قَدْ عَافَانِي اللَّهُ فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ.
“Seseorang dari Bani Zuraiq, yang bernama Labid bin Al-A’sham, menyihir Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau merasa melakukan sesuatu yang tidak dilakukannya. Sampai pada suatu hari atau pada suatu malam ketika beliau berada di sisiku, beliau terus berdo’a dan berdo’a. Kemudian beliau bersabda,
“Wahai ‘Aisyah, apakah kamu tahu bahwa Allah telah memperkenankan do’aku tentang apa yang aku tanyakan kepada-Nya? Ada dua orang yang mendatangiku, satu diantaranya duduk di dekat kepalaku dan yang satunya lagi berada di dekat kakiku.
Lalu salah seorang diantara keduanya berkata kepada temannya,”Sakit apa orang ini?”
“Terkena sihir,” sahut temannya.
“Siapa yang telah menyihirnya?” tanya temannya lagi.
Temannya menjawab, “Labid bin al-A’sham.”
“Dengan apa?”
Dia menjawab, “Dengan sisir dan rontokan rambut ketika disisir, dan mayang kurma jantan.”
“Lalu dimana semuanya itu berada?” tanya temannya.
Dia menjawab, “Disumur Dzarwan”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi sumur itu bersama beberapa orang sahabat beliau. Setelah kembali, beliau berkata, “Wahai ‘Aisyah, seakan-akan airnya berwarna merah seperti perasan daun pacar, dan ujung dahan pohon kurma (yang berada di dekatnya) seakan-akan seperti kepala syaitan”.
Lalu ‘Aisyah bertanya, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau meminta dikeluarkan?” Beliau menjawab, “Allah telah menyembuhkanku, sehingga aku tidak ingin memberi pengaruh buruk kepada umat manusia dalam hal itu”. Kemudian beliau memerintahkan untuk menimbunnya, maka semuanya pun ditimbun dengan segera (HR. Bukhari dan Muslim).

Sebagian ahlul kalam mengingkari hadis tersebut

Sebagian ahlul kalam mengingkari hadis tersebut. Mereka menyangka bahwasanya hal ini bertentangan dengan ke-ma’shum-an beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam (yakni menetapkan bahwasanya beliau pernah tersihir, mengharuskan adanya aib bagi risalah yang beliau sampaikan -pent).
Mereka telah salah dalam perkara ini. Sebagaimana telah berlalu, bahwasanya sihir tersebut tidak berpengaruh terhadap penyampaian risalah (sehingga menetapkan bahwasanya beliau pernah tersihir, tidak bertentangan dengan ke-ma’shum-an beliau -pent) *.

Wanita yahudi meracuni Rasulullah

Sedangkan racun, seorang wanita yahudi telah menaruhnya untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. ’Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
ان النبي صلى الله عليه وسلم يقول ثَمَّ في مرضه الذي مات فيه: “يا عائشة ما أزال أجد أَلَمَ الطعام الذي أكلته بخيبر فهذا أوان وجدت انقطاع أبهري من ذلك السم” (رواه البخاري مُعلّقاً)
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda ketika menderita penyakit yang akhirnya beliau meninggal dunia karenanya, “Wahai ‘Aisyah, aku senantiasa merasakan nyeri akibat makanan yang aku makan ketika aku berada di daerah Khaibar, dan sekarang ini adalah saatnya urat nadiku terputus karena pengaruh racun itu” (HR. Bukhari secara mu’allaq)
Anas radhiyallahu ‘anhu juga menceritakan,
أن امرأة يهودية أتت رسول الله صلى الله عليه وسلم بشاة مسمومة، فأكل منها، فجيء بها إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم فسألها عن ذلك فقالت: أردت لأقتلك! قال: “ما كان الله ليسلطك على ذاك” أو قال: “عليّ”، قالوا: ألا نقتلها؟ قال: “لا”، قال أنس: فما زلت أعرفها في لهوات رسول الله صلى الله عليه وسلم (متفق عليه).
Bahwa ada seorang wanita Yahudi datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan membawa seekor kambing (bakar) yang telah diracuni. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan sebagian darinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus seseorang untuk memanggil wanita (yang memberi kambing) itu dan wanita itu pun datang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam segera bertanya kepadanya tentang hal itu.
Wanita itu menjawab, “Saya ingin membunuhmu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah tidak menguasakanmu untuk atas hal itu”, atau beliau bersabda “ … atasku (yakni membunuhku -pent)”.
Para shahabat berkata, “Perlukah kita membunuh wanita ini?”
Jangan!” jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya melihat bekas racun itu senantiasa berada di langit-langit mulut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (Muttafaqun ‘alaihi)
Maksudnya, bekas racun tersebut tetap ada hingga beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam wafat. **

Terkumpulnya Nubuwwah dan Syahadah

Oleh karena itu, berkata sebagian ulama, “Allah telah mengumpulkan pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa kesempurnaan, diantaranya ialah terkumpulnya nubuwwah (kenabian) dan syahadah (mati syahid), dimana beliau wafat dengan membawa bekas racun”.
Dan hal ini menguatkan fakta yang penting yaitu : Sesungguhnya Yahudi tidak akan lepas dari usaha membunuh para nabi. Kalau seandainya ada seseorang yang dapat selamat dari kejelekan mereka yang tersebar, tentu akan dapat selamat makhluk-makhluk pilihan Allah, yaitu “Para Nabi”.
Allahu Ta’ala Maha tinggi lagi maha mengetahui.
Catatan kaki
* Untuk mendapatkan pembahasan lebih rinci tentang masalah ini, silahkan merujuk ke : http://ibnuismailbinibrahim.blogspot.com/2011/11/ternyata-nabi-pernah-tersihir-bag-1.html
** Untuk mendapatkan pembahasan lebih rinci tentang masalah ini, silahkan merujuk ke : http://majalah-assunnah.com/index.php/kajian/dalail-nubuwwah/103-perang-khaibar-dan-daging-kambing-beracun
Diterjemahkan dari : http://ar.islamway.net/fatwa/12800 (Sub judul adalah dari penerjemah)
Penerjemah : Abu Kaab Prasetyo
Artikel Muslim.Or.Id


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers