Pertanyaan.
Bismillâh, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bagaimana hukumnya anak yang belum baligh dijadikan imam shalat rawatib oleh ustadznya dengan alasan sebagai bentuk pendidikan untuk menjadi imam shalat? Syukran
Jawaban.
Untuk menjawab pertanyaan di atas kami membawakan jawaban Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah ketika beliau rahimahullah ditanya, “Apakah sah anak kecil menjadi imam bagi orang yang lebih besar?”
Beliau rahimahullah menjawab, “Ya, anak kecil sah menjadi imam bagi orang yang lebih tua darinya. Namun jika orang yang lebih tua itu sudah mencapai usia baligh, maka menurut pendapat yang masyhur adalah anak kecil tersebut tidak sah menjadi imam pada shalat fardhu. (Ini adalah pendapat yang masyhur, namun) pendapat yang shahih adalah anak kecil itu bisa menjadi imam. Keabsahan ini berlaku dalam shalat fardhu dan shalat sunat. Hal ini ditunjukkan oleh hadits dari Amr bin Salamah (yang menerangkan ) bahwa beliau Radhiyallahu anhu pernah menjadi imam pada waktu itu usianya enam atau tujuh tahun karena paling banyak hafalannya. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhâri, Abu Daud dan Nasâ’i.
Peristiwa ini terjadi pada masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam (masih hidup) dan tidak mungkin pada masa turunnya wahyu itu ditetapkan sesuatu yang tidak diperbolehkan. [Majmû’ Fatâwâ wa Rasâil, 15/147]

Jawaban senada juga bisa didapatkan dalam jawaban al-lajnatud Daimah lil Buhuts wal Ifta, 7/389 terhadap pertanyaan yang hampir sama.
Sebagian pembaca majalah juga menanyakan, “Bolehkah anak zina menjadi imam ?” Lajnatud Daimah yang diketuai oleh Syaikh Bin Baz pernah menjawab pertanyaan yang serupa. Jawaban mereka, “Pada asalnya, anak zina itu sama dengan anak lainnya dalam masalah imamah (menjadi imam). Ini berdasarkan keumuman firman Allâh Azza wa Jalla.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allâh ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allâh Maha mengetahui lagi Maha Mengenal. [al-Hujurât/49:13]
Juga berdasarkan sabda Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللهِ
Suatu kaum itu diimami oleh orang yang paling banyak hafalannya
Dosa yang dilakukan oleh ibunya atau orang yang berzina dengan ibunya tidak berpengaruh buat si anak, berdasarkan firman Allâh Azza wa Jalla.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ
Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain [al-An’âm/6:164]
[Fatawa Lajnatid Daimah, 7/388]
Wallahu a’lam
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 07/Tahun XV/1432H/2011M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers