Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al Abbad
Allah Jalla wa ‘ala telah mengumpulkan pada diri Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam tutur
kata yang sangat indah, singkat namun kaya makna dan sempurna. Siapa
yang memiliki hubungan kuat dengan sunah dan petunjuk sebaik-baik hamba
ini -semoga shalawat serta salam selalu tercurah untuknya- maka ia
beruntung di dunia dan akhirat. Mari sejenak kita bersama menyelami
nasehat Nabi kita –alaihissholaatuwassalam– yang singkat namun dalam maknanya, besar pengaruhnya dan terkumpul banyak kebaikan.
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya, dari hadis Abu Ayub al Anshori- radhiyallahu’anhu– bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi Shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Beri aku nasehat singkat”. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا
تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا
فِي يَدَيْ النَّاسِ
“Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatlah
seperti shalat terakhir, jangan mengatakan sesuatu yang membuatmu minta
maaf di kemudian hari dan kumpulkan keputus-asaan terhadap apa yang ada
pada manusia”.
Nasehat pertama : menjaga sholat dan memperbaiki penunaiannya
Nasehat kedua : menjaga lisan
Nasehat ketiga : qona’ah serta menggantungkan hati hanya kepada Allah.
Pada wasiat pertama, Nabi menasehatkan kepada orang
yang melakukan shalat untuk merasa bahwa shalatnya adalah sholat
terakhir baginya. Karena sudah lumrah bahwa perpisahan akan membuat
seseorang maksimal dalam berucap dan bertindak, totalitas yang tidak
didapati pada keadaan lainnya. Seperti yang lumrah terjadi di saat
berpergian, seorang yang pergi dari suatu daerah dengan rencana kembali
ke daerah tersebut, berbeda dengan orang yang pergi tanpa ada rencana
ingin kembali. Seorang yang berpisah, akan melakukan totalitas
(meninggalkan jejak baik) yang tidak dilakukan oleh yang lainnya.