Jika saya sudah melaksanakan shalat dhuha jam 7 di rumah, lalu
berangkat ke kantor. Bolehkan saya melakukan shalat dhuha lagi jam 10
ketika jam istirahat sekolah?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Kita akan melihat pengertian kata dhuha.
Secara bahasa “Dhuha” artinya sinar matahari dan pagi hari yang mulai
memanas. Bisa juga diartikan: “waktu ketika pagi hari yang mulai
memanas”. (al-Mu’jamul Washith, kata: ضحى). Allah menjamin, bahwa Adam
selama di surga tidak akan mengalami kepanasan. Allah nyatakan hal ini
dalam firman-Nya,
وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى
Dan selama di surga, kamu tidak akan akan merasa kehausan dan kepanasan. (QS. Thaha: 119)
Allah menyebut ‘merasa kepanasan’ dengan kata ‘Tadh-haa’ [تَضْحَى]
Sedangkan definisi menurut ulama ahli fiqh, Dluha artinya waktu
ketika matahari mulai meninggi sampai tergelincirnya matahari.
(al-Mausu’ah al Fiqhiyah Al Quwaithiyah, 2/9758).
Disebut shalat dhuha karena dikaitkan dengan waktu pelaksanaannya.
Sehingga, shalat dhuha adalah shalat sunah yang dikerjakan di waktu
ketika matahari mulai meninggi sampai waktu istiwa’.
Waktu istiwa adalah waktu ketika matahari tepat di atas benda, tidak condong ke timur maupun ke barat.
Hukum Shalat Dhuha 2 Kali
Kami tidak mengetahui adanya ketentuan bahwa shalat sunah yang
rentanya panjang harus dilakukan dalam waktu bersamaan. Karena itu, bagi
mereka yang sudah mengerjakannya di awal waktu, boleh mengerakannya
lagi di pertengahan atau akhir waktu.
Sebagaimana shalat malam (qiyamul lail), rentang waktunya antara isya
sampai subuh. Orang yang melakukan shalat di awal malam, kemudian Allah
bangunkan di akhir malam, dia boleh melakukan shalat tahajud sampai
subuh.
Ada beberapa dalil yang secara tegas menunjukkan hal ini, diantaranya,
Dari Tsauban radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah melakukan safar
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda,
إِنَّ هَذَا السَّفَرَ جُهْدٌ وَثُقْلٌ، فَإِذَا أَوْتَرَ أَحَدُكُمْ
فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ، فَإِنِ اسْتَيْقَظَ وَإِلَّا كَانَتَا لَهُ
“Sesungguhnya safar ini sangat berat dan melelahkan. Apabila kalian
telah witir, kerjakanlah shalat 2 rakaat. Jika malam harinya dia bisa
bangun, kerjakan tahajud, jika tidak bangun, dua rakaat itu menjadi
pahala shalat malam baginya.” (HR. Ibnu Hibban 2577, Ibnu Khuzaimah
1106, Ad-Darimi 1635, dan dinilai shahih oleh Al-‘Adzami).
Dalil yang lain, dinyatakan dalam dadis dari Jabir bin Abdillah
radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
pernah bertanya kepada Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, ‘Kapan
kamu witir?’ ‘Di awal malam, setelah shalat Isya.’ jawab Abu Bakr.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Umar: ‘Kapan
kamu witir?’ ‘Di akhir malam.’ Jawab Umar. Lalu beliau bersabda,
أَمَّا أَنْتَ يَا أَبَا بَكْرٍ، فَأَخَذْتَ بِالْوُثْقَى، وَأَمَّا أَنْتَ يَا عُمَرُ، فَأَخَذْتَ بِالْقُوَّةِ
“Wahai Abu Bakr, kamu mengambil sikap hati-hati. Sementara kamu Umar,
mengambil sikap sungguh-sungguh.” (HR. Ahmad 14535, Ibn Majah 1202, dan
dinilai hasan shahih oleh Al-Albani).
Sementara dalam riwayat lain, Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu, pernah mengatakan,
أَمَا أَنَا فَإِنِّي أَنَامُ عَلَى فِرَاشِي ، فَإِن اسْتَيقَظْتُ صَلَّيتُ شِفْعًا حَتَّى الصَّبَاح
“Untuk saya, saya tidur dulu, jika saya bangun, saya akan shalat 2
rakaat – 2 rakaat, sampai subuh.” (HR. Al-Atsram, disebutkan oleh Ibnu
Qudamah dalam Al-Mughni, 2/120)
Demikian pula shalat dhuha. Rentang waktunya dari terbit matahari
setinggi satu tombak, hingga waktu istiwa (sekitar jam 6 hingga jam
11.30 di Jogja). Orang yang telah mengerjakannya di pagi hari, boleh
untuk mengerjakannya lagi di siang hari. Selama masih di rentang waktu
dhuha, shalat yang dia lakukan termasuk shalat dhuha.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer