Siapa itu Sabi’in?
Siapa itu shabi’in? mohon penjelasan.. mengapa mereka bisa masuk surga, sementara orang musyrik tidak?
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam al-Quran, kata shabi’in disebutkan 3 kali:
[1] Firman Allah di surat al-Baqarah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَى
وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ
صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin,
siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan
mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka
bersedih hati. (QS. Al-Baqarah: 62)
[2] Firman Allah di surat al-Maidah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ
وَالنَّصَارَى مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحاً
فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin
dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar
saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)
mereka bersedih hati. (QS. Al-Maidah: 69)
[3] Firman Allah di surat al-Hajj:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئِينَ
وَالنَّصَارَى وَالْمَجُوسَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا إِنَّ اللَّهَ يَفْصِلُ
بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Shaabi-iin
orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang musyrik, Allah
akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat. Sesungguhnya
Allah menyaksikan segala sesuatu. (QS. Al-Hajj: 17)
Makna Shabiin
Secara bahasa, kata Shabiin [الصَّابِئِينَ] merupakan bentuk jamak.
Kata tunggal (mufrad)-nya Shabi’ [صابئ], dari kata shaba’a – yasba’u
yang artinya keluar meninggalkan satu agama ke agama yang lain. Istilah
lainnya shabi’ah.
At-Thabari mengatakan,
والصابئون ، جمع صابئ ، وهو المستحدث سوى دينه دينا ، كالمرتد من أهل
الإسلام عن دينه ، وكل خارج من دين كان عليه إلى آخر غيره ، تسميه العرب :
صابئا
Shabiun bentuk jamak dari kata shabi’, yaitu orang yang membuat agama
baru di luar agama yang dia sebelumnya. Seperti orang muslim yang
murtad dari agamanya. Dan semua orang yang keluar meninggalkan agama
sebelumnya lalu berpindah ke agama yang lain, disebut orang arab dengan
shabi’. (Tasir at-Thabari, 2/145).
Sementara makna secara istilah, kata shabi’ digunakan untuk menyebut
semua orang yang mengikuti ajaran agama baru, yang berbeda dengan agama
masyarakatnya. Dulu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga disebut shabi’ oleh orang musyrikin, terutama paman beliau, Abu Lahab.
Rabi’ah bin Ibad bercerita pengalamannya yang kala itu masih jahiliyah,
Saya melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di pasar Dzi Majaz, terus mengajak masyarakat,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قُولُوا: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، تُفْلِحُوا
“Wahai manusia, ucapkanlah Laa ilaaha illallah… kalian akan beruntung.”
Beliau masuk ke lorong-lorong jalan. Banyak orang yang mengerumuni
beliau, dan tidak ada satupun berkomentar, sementara beliau tidak
henti-hentinya menyatakan,
“Wahai manusia, ucapkanlah Laa ilaaha illallah… kalian akan beruntung.”
Hanya saja di belakang beliau ada orang yang wajahnya sangat putih,
jambulnya menjuntai – itulah Abu Lahab – dia selalu mengatakan,
إِنَّهُ صَابِئٌ، كَاذِبٌ
“Dia itu shabi’ (pembawa agama baru), pendusta.
Saya bertanya, ‘Siapa ini?’
Mereka mengatakan, “Muhammad bin Abdillah. Dia mengaku jadi nabi.”
‘Lalu siapa yang menyebutnya dusta?’ tanyaku.
“Pamannya, Abu Lahab.” Jawab mereka.
(Ahmad 16023 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam disebut shabi’, karena
beliau membawa ajaran agama baru yang tidak dikenal masyarakatnya.
Meskipun sejatinya itu ajaran tauhid, millah Ibrahim ‘alaihis salam yang sudah dilupakan masyarakat Jahiliyah.
Berangkat dari makna ini, kata shabi’ bisa digunakan untuk menyebut
orang yang agamanya baik dan bisa juga digunakan untuk menyebut penganut
agama sesat.
Ibnul Qoyim mengatakan,
الصابئة أمة كبيرة ، فيهم السعيد والشقي ، وهي إحدى الأمم المنقسمة إلى مؤمن وكافر
Shabi’ah termasuk umat yang besar. Ada yang baik (lurus) dan ada yang
celaka (menyimpang). Dan ini termasuk salah satu umat yang terbagi
menjadi mukmin dan kafir.
Kemudian Ibnul Qoyim menyebutkan dalil ayat di atas. Lalu beliau mengatakan,
وهم أنواع : صابئة حنفاء ، وصابئة مشركون . وكانت حران دار مملكة هؤلاء
قبل المسيح ، ولهم كتب وتآليف وعلوم ، وكان في بغداد منهم طائفة كبيرة ،
منهم إبراهيم بن هلال الصابئ صاحب الرسائل ، وكان على دينهم ويصوم رمضان مع
المسلمين ، وأكثرهم فلاسفة
Shabi’ah itu bermacam-macam, ada shabi’ah hanif (pengikut tauhid) dan
ada shabi’ah musyrik. Dan daerah Harran merupakan tempat kerajaan
mereka sebelum al-Masih. Mereka memiliki kitab, tulisan-tulisan, dan
artikel. Di Baghdad ada banyak penganutnya. Diantara mereka Ibrahim bin
Hilal as-Shab’i, penulis beberapa karya. Dia menganut shabi’ah, berpuasa
Ramadhan seperti kaum muslimin. Dan mayoritas mereka orang-orang
filsafat. (Ahkam Ahli az-Dzimmah, 1/236 – 238)
Siapakah Shabiin yang Dijamin Surga?
Pada 2 ayat di atas, yaitu al-Baqarah: 62 dan al-Maidah: 69, Allah
Ta’ala menjamin, siapapun diantara shabiin yang beriman dan beramal
shaleh, maka mereka masuk surga.
Ayat ini memiliki Sababun Nuzul. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Mujahid, dari Salman al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu,
سألت النبي صلى الله عليه وسلم عن أهل دين كنت معهم، فذكرت من صلاتهم
وعبادتهم، فنزلت: {إن الذين آمنوا والذين هادوا والنصارى والصابئين
Aku pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
tentang para penganut agama yang dulu aku ikuti. Aku sebutkan cara
shalat mereka dan ibadah mereka. Lalu Allah menurunkan firman-Nya, .. di
surat al-Baqarah: 62).
Karena itu, shabi’in yang dijamin surga sebelum ada Nabi, adalah
mereka yang beriman kepada Allah, hari akhir, dan beramal shaleh.
Sementara setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, semua manusia wajib menjadi pengikut beliau, tanpa kecuali.
Allahu berfirman,
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ
يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالَّذِينَ هُمْ بِآيَاتِنَا
يُؤْمِنُونَ . الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الْأُمِّيَّ
الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ
وَالْإِنْجِيلِ
Akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang
menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”.
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya)
mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi
mereka… (QS. Al-A’raf: 156 – 157)
Yang dimaksud sang Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil adalah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menegaskan,
وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ! لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ
هـٰذِهِ اْلأُمَّةِ يَهُوْدِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ
يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ
النَّارِ
Demi Rabb yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak
seorangpun dari umat ini, baik Yahudi atau Nasrani yang mendengar
diutusnya aku (Muhammad), lalu dia mati dalam keadaan tidak beriman
dengan ajaran yang aku bawa (Islam), niscaya dia termasuk penghuni
neraka. (HR. Muslim 153)
Demikian, Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer