Dosa itu terbagi menjadi dua macam yaitu dosa besar dan dosa kecil.
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Dalil al Qur’an, sunnah dan kesepakatan shahabat, tabiin dan para imam menunjukkan bahwa dosa itu terbagi menjadi dua, ada dosa besar dan ada dosa kecil.
Allah berfirman yang artinya, “Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)” (QS an Nisa:31).
(Yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil” (QS an Najm:32).
Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Sholat lima waktu, sholat Jumat ke sholat Jumat berikutnya, puasa Ramadhan ke puasa Ramadhan berikutnya merupakan penghapus dosa-dosa yang terjadi di antara keduanya selama dosa-dosa besar dijauhi” (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Amal-amal yang menghapus dosa ini terbagi menjadi tiga tingkatan. Yang pertama, tidak mampu menghapus dosa-dosa kecil karena lemahnya amal tersebut dan lemahnya keikhlasan pelakunya serta tidak maksimal menjalankan hak-hak amal tersebut. Amal semacam ini semisal obat yang lemah sehingga tidak mampu melawan penyakit dari segi kualitas maupun kuantitas penyakit.
Yang kedua, amal-amal yang mampu melawan dosa kecil namun belum bisa menghapus satu pun dosa besar. Sedangkan yang ketiga adalah amal-amal yang punya kekuatan untuk menghapus dosa-dosa kecil dan masih punya sisa kekuatan untuk menghapus sebagian dosa besar. Renungkan baik-baik tiga tingkatan amal ini karena merenungkannya bisa menghapus berbagai ketidakjelasan” (Al Jawab asy Syafi karya Ibnul Qoyyim 1/87).
Namun dosa besar jika dilakukan dengan diiringi rasa malu, takut, dan anggapan bahwa itu sangat mengerikan justru bisa memasukkan dosa besar tersebut dalam kelompok dosa kecil. Sedangkan melakukan dosa kecil diiringi sedikit rasa malu, tidak peduli dengan larangan, tidak merasa takut bahkan meremehkan justru memasukkan dosa kecil tersebut ke dalam kelompok dosa besar bahkan dosa yang paling besar.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Berbagai macam cara dilakukan oleh para pemuka Quraisy untuk membendung dakwah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, mulai diplomasi melalui paman beliau, Abu Thalib yang selalu melindungi meskipun berbeda keyakinan, hingga menggunakan cara-cara kasar. Misalnya memberikan gelar-gelar buruk, sebagai penyihir, pendongeng, dan juga dituduh gila. Tujuan para pemuka Quraisy itu, tidak lain adalah ingin menjauhkan manusia dari dakwah beliau Shallallâhu 'Alaihi Wasallam .
Mengapa mereka gigih melakukan permusuhan ini? Apakah karena mereka tidak mengetahui kebenaran al-Qur‘an, ataukah ada faktor lain? Di antara mereka sebenarnya ada yang mengetahui dengan fitrah mereka yang mengerti bahasa Arab, bahwa apa yang disampaikan oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bukanlah sihir, juga bukan berasal dari tukang tenung. Ini bisa kita dapatkan dalam kisah berikut ini.
Kisah-kisah ini diangkat dari kitab Shahihus-Siratin-Nabawiyyah, karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, hlm. 158-163.

PERSAKSIAN AL WALID BIN AL MUGHIRAH

Ishaq bin Rahawaih meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas radhiyallâhu'anhu, bahwa al-Walid bin al-Mughirah mendatangi Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, yang kemudian oleh Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam dibacakanlah al-Qur`an kepadanya. Begitu mendengarnya, seakan-akan al-Walid bersimpati padanya. Hingga akhirnya berita ini pun sampai ke telinga Abu Jahal. Maka, Abu Jahal pun mendatangi al Walid seraya berseru:
“Wahai, paman. Kaummu ingin mengumpulkan harta untukmu!”
Al Walid bertanya,
”Untuk apa?”
Abu Jahal menjawab,
”Untuk diberikan kepadamu, karena engkau telah mendatangi Muhammad. Maka sungguh dakwahnya pasti akan terhalang.”
Al-Walid berkata,
”Kaum Quraisy sudah mengetahui, bahwa aku termasuk yang paling banyak hartanya.”
Abu Jahal menimpali,
”Ucapkanlah tentangnya suatu ucapan yang menjelaskan kepada kaummu, bahwa engkau mengingkarinya.”
Dia (al-Walid) bertanya,
”Apa yang harus saya katakan? Demi Allâh, tidak ada seorangpun di antara kalian yang lebih faham dariku tentang syi’ir-syi’ir. Tidak ada yang lebih faham dariku tentang rajaznya (irama sajak) juga qasidahnya, juga syi’ir jin. Demi Allâh, perkataannya sama sekali tidak menyerupai semua itu. Demi Allâh, ucapan yang diucapkannya itu enak didengar dan indah. Sesungguhnya perkataannya itu, bagian atasnya berbuah dan bagian bawahnya (akarnya) banyak airnya. Ucapannya itu tinggi dan tidak ada yang mengunggulinya, serta bisa menghancurkan semua yang berada di bawahnya.”
Abu Jahal berujar,
”Kaummu tidak akan senang sampai engkau mengatakan sesuatu (yang buruk) tentang al Qur‘an.”
Al-Walid menimpali,
”Biarkan aku berpikir!”
(Sehingga) setelah berpikir keras, dia pun berkata:
“Ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari dari orang lain,”
maka turunlah ayat :
(QS al Muddatstsir/74 : 11-13)
Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian.
Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak,
dan anak-anak yang selalu bersama dia.
(QS al-Muddatstsir/74 : 11-13)

Demikianlah kisah yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari al-Hakim dari Ishaq.[1] Riwayat ini juga dibawakan oleh Imam Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan-Nihayah.[2]
Setelah membawakan riwayat ini, Syaikh al-Albani rahimahullâh mengatakan, bahwa tentang hal ini, Allâh Ta'ala mengabarkan kejahilan dan kerendahan akal mereka :
(QS al Anbiyaa`/21:5)
Bahkan mereka berkata(pula):
“(Al Qur`an itu adalah) mimpi-mimpi yang kalut, malah diada-adakannya,
bahkan ia sendiri seorang penyair,
maka hendaknya ia mendatangkan kepada kita suatu mu’jizat,
sebagaimana rasul-rasul yang telah lalu diutus”.
(QS al Anbiyaa`/21:5)
Orang-orang Quraisy itu kebingungan. Mereka tidak mengetahui, apa yang seharusnya mereka katakan tentangnya. Semua perkataan mereka bathil, karena semua yang keluar dari yang haq adalah salah.
Allâh Ta'ala berfirman, yang artinya:
"Lihatlah bagaimana mereka membuat perumpamaan-perumpamaan terhadapmu;
karena itu mereka menjadi sesat dan tidak dapat lagi menemukan jalan (yang benar)."
(QS al Israa‘/17:48)


KISAH ‘UTBAH BIN RABI’AH
Imam ‘Abd bin Humaid meriwayatkan dalam Musnad-nya, dengan sanad dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallâhu'anhu, dia berkata :
Pada suatu hari kaum Quraisy berkumpul, lalu mereka berkata :
“Perhatikan orang yang paling mengetahui di antara kalian tentang sihir, perdukunan dan syi’ir! Hendaklah dia mendatangi lelaki ini (yaitu, Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam) yang memecah-belah persatuan kita, mencerai-beraikan urusan kita dan mencela agama kita. Hendaklah ia mengajaknya berbicara dan menunjukkan bantahannya”.
Kata mereka,
”Kami tidak mengetahui (orang seperti itu) selain ‘Utbah bin Rabi’ah,”
mereka (pun) berkata:
“Engkau, wahai Abul Walid (kunyah ‘Utbah, Red.)”.
‘Utbah pun mendatangi Nabi Shallallâhu 'Alaihi Wasallam seraya berkata:
“Wahai, Muhammad. Kamu yang lebih baik, ataukah ‘Abdullah?”
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam diam tidak menjawab.
(Maka) ‘Utbah berkata lagi :
“Engkau yang lebih baik, ataukah Abdul Mutthalib?”
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam (tetap) diam tidak memberikan jawaban.
Kemudian ‘Utbah berkata:
“Jika engkau meyakini bahwa mereka lebih baik darimu, maka (ketahuilah), mereka itu telah menyembah tuhan-tuhan yang engkau cela! Jika engkau yakin, engkau lebih baik dari mereka, maka jawablah agar kami bisa mendengar ucapanmu. Demi Allâh, sesungguhnya kami tidak pernah melihat seorang lelaki yang lebih membuat kaumnya merasa bosan dari pada engkau. Engkau telah memecah pesatuan kami, engkau cerai-beraikan urusan kami, engkau cela agama kami dan engkau cemarkan nama baik kami di mata orang Arab. Sehingga tersebar berita di tengah mereka, bahwa di tengah kaum Quraisy ada seorang penyihir, ada tukang tenung. Demi Allâh, kita tidak menunggu apapun kecuali seperti suara pekikan orang hamil, lalu sebagian di antara kita menghunus pedang kepada sebagian yang lain untuk saling membunuh. Wahai lelaki (yang dimaksud adalah Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, Red.), jika engkau memiliki kebutuhan (kesusahan, Red.), kami akan mengumpulkan harta untukmu, sehingga engkau menjadi orang Quraisy yang terkaya. Jika engkau ingin menikah, maka pilihlah wanita manapun yang engkau inginkan, kami akan menikahkan engkau dengan sepuluh wanita.”
Setelah itu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam bertanya,
”Apakah engkau sudah selesai?”
‘Utbah bin Rabi’ah menjawab,
”Ya,”
Lalu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam membacakan ayat :
(QS Fusshilat/41 ayat 1-3)
Haa Miim. Diturunkan dari (Rabb) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui.
(QS Fusshilat/41 ayat 1-3)

sampai dengan ayat:
(QS Fusshilat/41 ayat 13)
Jika mereka berpaling, maka katakanlah:
“Aku telah memperingatkan kamu dengan petir,
seperti petir yang menimpa kaum ‘Ad dan kaum Tsamud”.
(QS Fusshilat/41 ayat 13)

Kemudian ‘Utbah berkata,
”Cukup! Apakah engkau tidak memiliki selain yang ini?”
Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam menjawab :
“Tidak.”
Lalu ‘Utbah kembali ke kaum Quraisy.
Mereka bertanya :
“Ada apa denganmu?”
Dia menjawab,
”Saya kira, saya telah menyampaikan semua ucapan yang hendak kalian ucapkan kepadanya”.
Mereka bertanya lagi:
“Apakah dia memberikan jawaban?”
‘Utbah menjawab,
”Ya,”
Kemudian, ia berkata:
“(Oh) Tidak! Demi (Allâh) yang menegakkan bukti. Saya tidak memahami apa yang ia ucapkan selain peringatannya kepada kalian tentang petir, seperti petir pada zaman ‘Ad dan Tsamud.”
Mendengar jawaban ‘Uthbah, orang-orang Quraisy keheranan, seraya berkata:
“Celaka engkau! Lelaki itu (Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam) berbicara denganmu dengan bahasa Arab, dan engkau tidak mengerti maksudnya?”
Dia (‘Utbah) menjawab,
”Tidak, demi Allâh, saya tidak memahami apapun dari ucapannya kecuali peringatan tentang petir.”
Imam al-Baihaqi dan yang lainnya dari al-Hakim, dengan sanadnya dari al-Ajlah (tentang orang ini terdapat komentar[3]) dan beliau menambahkan :
“Jika engkau menginginkan kepemimpinan, maka kami berjanji akan setia kepadamu, sehingga engkau menjadi pemimpin selama engkau masih ada.”
Dalam riwayatnya ini diceritakan, ketika Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam membacakan firman Allâh Ta'ala (yaitu, QS Fusshilat/41 ayat 13, Red.), maka ‘Utbah memegang mulut Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam serta memintanya agar berhenti. Dan setelah kejadian itu, ‘Utbah tidak keluar menuju keluarganya. Dia mengasingkan diri dari mereka.
(Mengetahui hal ini), maka Abu Jahal berseru:
“Demi Allâh, wahai kaum Quraisy, saya memandang ‘Utbah sudah cenderung kepada Muhammad, dan perkataan Muhammad telah membuatnya ta’ajjub (kagum). Ini semua disebabkan oleh kesulitan yang menimpanya. Ayo kita ke sana!”
Mereka pun mendatangi ‘Uthbah, lalu Abu Jahal berkata:
“Wahai, ‘Utbah! Tidaklah kami mendatangimu, kecuali karena kecendrunganmu kepada Muhammad dan kekagumanmu kepadanya. Jika engkau memiliki kebutuhan, kami akan mengumpulkan harta-harta kami, sehingga harta itu bisa membuatmu tidak membutuhkan Muhammad.”
Mendengar (perkataan) ini, ‘Utbah marah dan bersumpah untuk tidak berbicara dengan Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam selamanya dan berkata:
"Kalian sudah mengetahui, bahwa aku termasuk kaum Quraisy yang paling banyak hartanya. Aku sudah mendatanginya ..."
Kemudian dia menceritakan kisah pertemuannya dengan Nabi Muhammad Shallallâhu 'Alaihi Wasallam.
"... dan dia memberikan jawaban dengan sebuah ungkapan. Demi Allâh, ucapannya tidaklah termasuk sihir, juga syi’ir dan juga (bukan) perdukunan. Dia kemudian membacakan : ... (yaitu, QS Fusshilat/41 ayat 1 sampai dengan ayat 13). Lalu saya pegang mulutnya dan saya minta agar ia berhenti. Saya tahu, jika Muhammad mengatakan sesuatu, dia tidak pernah dusta. Saya khawatir adzab itu menimpa kalian."

KISAH ABU JAHAL
Orang yang memusuhi Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam ini, sebenarnya meyakini yang dibawa Rasûlullâh itu benar. Namun kesombongan dan fanatik kepada jahiliyah telah menghalanginya dari hidayah. Akibatnya, dia mendapatkan adzab yang pedih dari Allâh Ta'ala, adzab yang tidak pernah berhenti.[4]
Al-Baihaqi meriwayatkan dengan dengan sanadnya dari Mughirah bin Syu’bah :
“Pertama kali aku mengetahui Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, yaitu saat aku dan Abu Jahal berjalan di gang-gang kota Mekkah. Tiba-tiba kami berjumpa dengan Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, kemudian Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam berkata kepada Abu Jahal :
“Wahai, Abul Hakam. Marilah menuju Allâh dan RasulNya. Saya mengajakmu menuju Allâh”.
Abu Jahal menjawab:
“Wahai, Muhammad. Tidakkah engkau berhenti mencela tuhan-tuhan kami? Apakah engkau menginginkan agar kami memberikan persaksian, bahwa engkau telah menyampaikannya? (Jika itu yang engkau inginkan, Red.), maka aku bersaksi bahwa engkau telah menyampaikannya. Demi Allâh! Jika aku mengetahui yang engkau bawa itu benar, maka pasti aku telah mengikutimu.”
Lalu Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam berlalu, dan Abu Jahal melihat ke arahku seraya berkata:
“Demi Allâh! Sesungguhnya aku mengetahui yang dibawanya itu haq. Akan tetapi, ada sesuatu yang menghalangiku (untuk mengikutinya)”.[5]
Tentang riwayat ini, Syaikh al-Albani mengatakan:
"Perkataan ini adalah perkataannya la’anahullah, sebagaimana dikhabarkan oleh Allâh Ta'ala tentang orang ini dan orang-orang yang semisal dengannya:
Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan (dengan mengatakan): “Inikah orangnya yang diutus Allâh sebagai Rasul? Sesungguhnya hampirlah ia menyesatkan kita dari sembahan-sembahan kita, seandainya kita tidak sabar (menyembah)nya." Dan mereka kelak akan mengetahui di saat mereka melihat adzab, siapa yang paling sesat jalannya. (QS al-Furqan/25 ayat 41- 42)"
Demikianlah kisah beberapa tokoh kafir Quraisy yang menolak dan menentang dakwah Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam, padahal mereka mengakui ajaran yang dibawa Rasûlullâh Shallallâhu 'Alaihi Wasallam itu haq. (Nsd).
[1]
Syaikh al-Albani rahimahullâh berkata,
”Hadits ini dibawakan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak (2/506-507)".
Dan beliau mengatakan shahih sesuai dengan syarat Imam Bukhari, dan disepakati oleh adz-Dzahabi. Hadits ini, sebagaimana dikatakan oleh mereka, dibawakan juga oleh Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya (29/156), dari Ikrimah secara mursal dan dari jalur yang lain dari Ibnu Abbas radhiyallâhu'anhu.
[2]
Al-Bidayah wan-Nihayah (3/60).
[3]
Syaikh al-Albani rahimahullâh berkata:
“Dia adalah al-Ajlah bin ‘Abdullah bin Hujaiyah al-Kindiy. Dia termasuk orang shaduq, Syi’ah. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab at Taqrib. Dan gurunya dalam hadits ini adalah orang yang meriwayatkannya dari Jabir, yaitu Dziyal bin Harmalah al-Asadi. As-Syaibani juga Hushain dan Hajaj bin Arath. Sebagaimana diterangkan dalam kitab Ibnu Abi Hatim (3/451). Zhahirnya, orang ini terdapat dalam kitab Tsiqat karya Ibnu Hibban. Dan lewat jalur ini, Abu Nuaim meriwayatkannya dalam Dalailun-Nubuwwah hlm. 75. Begitu juga al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak (2/253), namun dengan ringkas. Al-Hakim rahimahullâh mengatakan, sanadnya shahih, dan ini disepakati oleh Imam adz-Dzahabi."
[4]
Semoga Allâh Ta'ala melindungi kita dari sifat sombong yang menghalangi kita menerima al-haq, dan semoga Allâh Ta'ala memelihara kita dari fanatik kepada yang bathil.
[5]
Syaikh al-Albani berkata,
”Sanadnya hasan.”
http://majalah-assunnah.com


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Oleh : Al-Ustadz Abu Ibrahim Abdullah Al-Jakarti
Diantara realita yang dijumpai pada sebagian wanita yang terlambat menikah terutama dikota metropolitan, dikarenakan sebagian mereka terbuai oleh idealisme mimpi, padahal tidak sedikit dari mereka yang umurnya mendekati atau mencapai kepala tiga. Sebagian mereka ada yang berkata, mengomentari temannya yang jauh umurnya dibawahnya ketika ia hendak menikah dengan berkata : “ apa tidak ada pilihan yang lain?” mengometari pilihan calon suami temannya.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Syaikh Yusuf Asy Syubaili hafizhohullah ditanya oleh pendengar, “Apakah boleh shalat di belakang imam mubtadi’ (ahli bid’ah)?”
Jawaban beliau,

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Bolehkah Jilbab Berwarna Kuning Atau Yang Lainnya? http://ping.fm/lMzBW

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Malu merupakan salah satu sifat terpuji yang bisa mengendalikan orang yang memilikinya dari perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan.
الْحَيَاءُ لَا يَأْتِي إِلَّا بِخَيْرٍ
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu itu hanya mendatangkan kebaikan” (HR Bukhari dan Muslim dari ‘Imron bin Hushain).
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ قَالَ أَوْ قَالَ الْحَيَاءُ كُلُّهُ خَيْرٌ
Rasululloh shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Rasa malu adalah kebaikan seluruhnya atau rasa malu seluruhnya adalah kebaikan” (HR Muslim).
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Iman itu terdiri dari 70 sekian atau 60 sekian cabang. Cabang iman yang paling utama adalah ucapan la ilaha illalloh. Sedangkan cabang iman yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari tempat berlalu lalang. Rasa malu adalah bagian dari iman” (HR Bukhari dan Muslim).
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjumpai seorang yang sedang mencela saudaranya karena dia sangat pemalu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Biarkan dia karena rasa malu itu bagian dari iman” (HR Bukhari dan Muslim).
Menurut penuturan Ibnul Qoyyim, alhaya’ (rasa malu) diambil dari kata-kata hayat (kehidupan). Sehingga kekuatan rasa malu itu sebanding lurus dengan sehat atau tidaknya hati seseorang. Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda dari matinya hati dan ruh orang tersebut. Semakin sehat suatu hati maka akan makin sempurna rasa malunya.
Hakekat rasa malu adalah suatu akhlak yang mendorong untuk meninggalkan hal-hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Tidaklah Islam itu kecuali kumpulan dari sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika semua sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam baik aqidah, ibadah, akhlak, ucapan, perbuatan ataupun ketetapannya dikumpulkan (dilaksanakan) maka akan tergambarlah Islam yang sempurna. Sebaliknya ketika ummat Islam meninggalkan sunnah-sunnah beliau sedikit demi sedikit berarti Islam akan hilang sedikit demi sedikit. Sebagaimana dikatakan oleh ‘Abdullah Ad-Dailamiy, “Sesungguhnya pertama kali hilangnya agama (Islam) adalah dengan ditinggalkannya sunnah. Agama ini akan hilang sesunnah demi sesunnah sebagaimana lepasnya tali seutas demi seutas.” (Al-Lalika`iy 1/93 no.127, Ad-Darimiy 1/58 no.97 dan Ibnu Wadhdhah di dalam Al-Bida’ wan Nahyu ‘anha:73, lihat Lammud Duril Mantsuur minal Qaulil Ma`tsuur hal.21)
Karena itulah selayaknya bagi kita ummat Islam menghidupkan sunnah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam yang merupakan Islam itu sendiri. Dalam rangka menjaga sunnah agar tetap dikenal dan diamalkan di tengah-tengah masyarakat, yang dengannya Islam tetap eksis.
Walaupun tidak mungkin bagi kita untuk mengamalkan seluruh sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara utuh. Dikarenakan kelemahan yang ada pada diri kita. Akan tetapi yang diharapkan dan dituntut dari kita adalah kesemangatan dan upaya yang kuat untuk melaksanakannya. Meskipun amalan tersebut hukumnya mustahab/tidak wajib, tetap jangan sampai ditinggalkan. Semaksimal mungkin kita berusaha mengamalkannya dengan meminta pertolongan kepada Allah. Karena yang namanya mustahab itu bukan berarti untuk ditinggalkan akan tetapi dianjurkan untuk diamalkan.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Selama ini kita tahu bahwa kanker hanya bisa diobati dengan terapi kemo. Namun tampaknya persepsi ini harus dihapus dan dibuang sejauh-jauhnya. Kenapa? Karena sebenarnya ada obat alami untuk membunuh sel kanker yang kekuatannya SEPULUH RIBU KALI LIPAT lebih ampuh dibanding terapi kemo. Obat alami ini adalah buah yang familiar dengan orang Indonesia.


Buah Sirsak

Tapi kenapa kita tidak tahu ?

Karena salah satu perusahaan Dunia merahasiakan penemuan riset mengenai hal ini serapat2nya, mereka ingin dana riset yang di keluarkan sangat besar, selama bertahun-tahun, dapat kembali lebih dulu plus keuntungan berlimpah dengan cara membuat pohon Graviola Sintetis sebagai bahan baku obat dan obatnya di jual ke pasar dunia…

Memprihatinkan, beberapa orang meninggal sia2, mengenaskan, karena keganasan kanker, sedangkan perusahaan raksasa, pembuat obat dengan omzet milyaran dollar menutup rapat2 rahasia keajaiban pohon graviola ini.

Pohonnya rendah, di brazil dinamai “Graviola”, di Spanyol “Guanabana” bahasa inggrisnya “soursop”. Di Indonesia, ya buah sirsak. Buahnya berduri lunak, daging buah berwarna putih, rasanya manis2 kecut/asam, dimakan dengan cara membuka kulitnya atau di buat jus.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Sebelumnya, perlu dibedakan antara shalat sunnah khusus dengan shalat sunnah mutlak. Shalat sunnah khusus adalah shalat sunnah yang dibatasi oleh jumlah rakaat, waktu, atau sebab tertentu. Misalnya, shalat sunnah rawatib sebelum Zhuhur, dan lain-lain. Sedangkan shalat sunnah mutlak adalah sebaliknya, tidak terikat dengan jumlah rakaat, waktu, atau sebab tertentu.
Pada penjelasan di atas telah ditegaskan bahwasanya shalat sunnah sebelum shalat Jumat sifatnya mutlak. Tidak terikat dengan jumlah rakaat dan waktu tertentu. Ini adalah pendapat Syafi’iyah dan bahkan pendapat mayoritas ulama, sebagaimana yang disampaikan oleh an-Nawawi. Di samping itu, tidak terdapat satupun riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan shalat sunnah khusus sebelum shalat Jumat.
Terdapat riwayat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat empat rakaat tanpa dipisah salam sebelum shalat Jumat. Riwayat ini dibawakan oleh Ibnu Majah, namun sanadnya sangat lemah, sehingga tidak bisa dijadikan dalil.
Untuk melengkapi pembahasan, di bawah ini kami sebutkan beberapa alasan orang yang berpendapat adanya shalat sunnah qabliyah (sebelum -ed.) Jumat dan berikut bantahannya,
a.    Riwayat bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan shalat dua rakaat sebelum shalat Jumat dan sesudahnya.
Bantahan:

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Di antara kebiasaan jama’ah haji Indonesia sepulang dari haji adalah mengganti nama yang menurut mereka lebih Islami. Bagaimana sebenarnya hukum permasalahan ini? Simak fatwa dari Al-Lajnah Ad-Da’imah Lil Buhuts Al-Ilmiyyah Wal Ifta’ ketika ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepadanya:
Apa hukum mengganti nama sepulang dari haji sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan jama’ah haji Indonesia? Mereka mengganti nama-nama mereka ketika di Makkah Al-Mukarramah atau di Madinah Al-Munawwarah, apakah amalan seperti ini sunnah atau bukan?



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Al-Ustadz Abu Ishaq Muslim Al-Atsari dan Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa
Kunyah adalah nama yang dimulai dengan kata “abu” (bapak) bila yang diberi kunyah itu laki-laki dan dimulai dengan “ummu” (ibu) bila yang diberi kunyah itu perempuan, misalnya Abu Muhammad (bapaknya Muhammad) dan Ummu Muhammad (ibunya Muhammad). Demikian pula kunyah dengan memakai kata “ibnu” (putra) dan “ibnatu” atau “bintu” (putri), seperti Ibnu `Umar dan bintu Rasulillah shallallahu `alaihi wa sallam. Memberi kunyah ini merupakan perkara yang sunnah, namun sayangnya banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin.
Kunyah dapat pula diberikan kepada anak kecil, sebagaimana Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam pernah memanggil seorang anak kecil dengan kunyahnya bukan dengan namanya, beliau bersabda:
“Wahai Abu `Umair, apa yang dilakukan burung kecil itu?” (Al-Hadits, diriwayatkan oleh Bukhari 6203 – Fathul Bari, Muslim 2150 – Syarhun Nawawi, Abu Daud 4969, Tirmidzi 1989 dan selainnya)
`Ali bin Abi Thalib berkata kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam:


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Kepada pengasuh rubrik konsultasi yang kami hormati, ada pertanyaan yang sampai saat ini masih mengganjal di benak saya. Belakangan ini tengah marak di TV atau pun media yang mengungkap berbagai kisah dan cerita yang dikemas menarik. Kisah tersebut berkisar antara lain kematian seorang yang bermaksiat, akibat buruk orang yang berjudi dan berbagai hal aneh lainnya terkait dengan jenazah yang sudah meninggal kemudian dihubungkan dengan perilakunya semasa hidup. Pertanyaannya, apakah kita boleh menceritakan kejadian-kejadian tersebut untuk diambil sebagai bahan pelajaran bagi yang masih hidup?
Jawab:


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Oleh Syaikh Shadiq bin Muhammad Al Baidhoni
Allah telah menciptakan makhluk dengan tabiat berbuat salah dan maksiat, supaya manusia mengetahui bahwa kesempurnaan hanya milik Allah. Sesungguhnya Allah tidak  butuh terhadap makhluk namun  merekalah yang sangat butuh kepada Allah dalam setiap aktivitasnya. Tidak mungkin seorang yang berakal akan mengaku bahwa ia dapat selamat dari kesalahan karena ini merupakan hal yang mustahil menurut akal dan syara’. Oleh karena itu Allah menjadikan taubat sebagai obat dari maksiat. Barangsiapa yang bertaubat niscaya Allah akan menerimanya. Inilah yang menjadi kesepakatan umat dari zaman nabi hingga sekarang.
Hanya saja ada sebagian orang pada zaman ini  yang mengaku berilmu padahal jauh dari itu, mereka menimbulkan keragu-raguan pada orang yang ingin kembali dari kesalahannya lantaran pernah menyelisihi pendapat mereka, mengingkari mereka dan meremehkan ulama mereka. Sampai-sampai mereka mengatakan bahwa fulan belum ruju’ dan apa yang ia sembunyikan dalam hati berbeda dengan apa yang ia nampakkan. Subhanallah…apakah mereka mengetahui perkara yang ghaib ? ataukah mereka telah masuk kedalam hati orang itu sehingga mereka menyaksikan dengan kedua matanya ? sungguh ini merupakan kebodohan yang nyata.
Inilah Nabi kita, beliau telah bersabda:
إني لم أومر أن أنقب عن قلوب الناس ولا أن أشق بطونهم
Tidaklah aku diperintahkan untuk menyelidiki hati-hati manusia. Juga tidak untuk merobek perut-perut mereka.
Demikian pula Nabi pernah menegur Usamah terkait dengan seseorang yang ia bunuh setelah mengucapkan kalimat syahadat. Nabi bertanya,”  Bagaimana bisa engkau membunuhnya setelah ia mengucapkan la ilah illallah ?” Usamah menjawab,” ia mengucapkan itu hanya untuk berlindung dariku.” Nabi kembali bertanya,” Apakah engkau telah membelah dadanya ?” Kejadian serupa juga terjadi pada Miqdad yang menyebabkan turunnya firman Allah :
و لا تقولوا لمن ألقى إليكم السلام لست مؤمناً تبتغون عرض الحياة الدنيا
…dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan “salam” kepadamu “Kamu bukan seorang mukmin” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta …an nisa 94
Umar bin Khatab berkata,
من أظهر لنا خيراً أجبناه وواليناه عليه ، وإن كانت سريرته بخلاف ذلك ، ومن أظهر لنا شراً أبغضناه عليه وإن زعم أن سريرته صالحة
” Barangsiapa yang menampakkan kebaikan maka kami mencintai dan loyal kepadanya meskipun aslinya buruk. Dan barangsiapa yang menampakkan keburukan maka kami membencinya meskipun dibalik hatinya  ia mengaku hal itu baik.”
Mereka telah mensia-siakan waktu untuk menghujat fulan dan mencari-cari kesalahannya. Mereka menyebarkan kesalahan itu kepada khalayak tanpa membedakan orang berilmu ataukah orang awam sehingga merusak tatanan masyarakat. Akibatnya menyebar dikalangan masyarakat  isu dan tuduhan-tuduhan dusta yang telah ditambah-tambahi oleh orang –orang bodoh. Mereka bermaksud untuk menjatuhkan nama baik seseorang yang berilmu dan suka memberi nasehat. Pengakuan bahwa mereka bersandar kepada golongan yang menisbatkan diri pada ilmu tidak menghalangi mereka untuk meninggalkan hasad dengan alasan memperingatkan masyarakat dari orang-orang tersebut. Mereka tidak mengikuti suri tauladan dan dalil yang benar karena hasad yang ada pada diri mereka atau mencari muka dihadapan manusia.
Meskipun benar mereka berilmu atas apa yang mereka kerjakan, akan tetapi dengan penyimpangan ini kita yakin akan keharaman mengikuti bid’ah mereka ini.
Diriwayatkan dari ibnu Abbas bahwasanya beliau berkata,
خذوا العلم حيث وجدتموه ولا تقبلوا قول الفقهاء بعضهم على بعض فإنهم يتغايرون كما تتغاير التيوس في الزريبة
” Ambillah ilmu dari manapun kalian mendapatkannya. Dan janganlah kalian mendengarkan celaan para fuqaha satu terhadap yang lainnya. Karena sesungguhnya mereka itu berbolak-balik sebagaimana  kambing yang bolak-balik dari kandangnya.”
Mereka adalah orang-orang yang dikenal suka menghujat, berburuk sangka, senang dengan kesalahan orang  lain, menggunjing dan mengadu domba. Hanya saja mereka berlagak seolah-olah mereka adalah orang sholeh. Apabila mereka berkumpul atau sedang berkhotbah atau menulis nampaklah sifat asli mereka. Apakah orang yang seperti ini pantas disebut orang –orang yang berbuat islah ?
Sumber : Situs Syaikh Shadiq bin Muhammad Al Baidhoni.Diantara guru beliau adalah Syaikh Muqbil bin Hadi,Syaikh Ibn Jibrin,Syaikh Al Fauzan,Syaikh Alu Syaikh dll.
Artikel www.Salafiyunpad.wordpress.com

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Neil Amstrong telah membuktikan bahwa kota Mekah adalah pusat dari planet Bumi. Fakta ini telah di diteliti melalui sebuah penelitian Ilmiah. Ketika Neil Amstrong untuk pertama kalinya melakukan perjalanan ke luar angkasa dan mengambil gambar planet Bumi, di berkata : “Planet Bumi ternyata menggantung di area yang sangat gelap, siapa yang menggantungnya ?.”
Para astronot telah menemukan bahwa planet Bumi itu mengeluarkan semacam radiasi, secara resmi mereka mengumumkannya di Internet, tetapi sayang nya 21 hari kemudian website tersebut raib yang sepertinya ada asalan tersembunyi dibalik penghapusan website tersebut.
Setelah melakukan penelitian lebih lanjut, ternyata radiasi tersebut berpusat di kota Mekah, tepatnya berasal dari Ka’Bah. Yang mengejutkan adalah radiasi tersebut bersifat infinite ( tidak berujung ), hal ini terbuktikan ketika mereka mengambil foto planet Mars, radiasi tersebut masih berlanjut terus. Para peneliti Muslim mempercayai bahwa radiasi ini memiliki karakteristik dan menghubungkan antara Ka’Bah di di planet Bumi dengan Ka’bah di alam akhirat.
Di tengah-tengah antara kutub utara dan kutub selatan, ada suatu area yang bernama ‘Zero Magnetism Area’, artinya adalah apabila kita mengeluarkan kompas di area tersebut, maka jarum kompas tersebut tidak akan bergerak sama sekali karena daya tarik yang sama besarnya antara kedua kutub.
Itulah sebabnya jika seseorang tinggal di Mekah, maka ia akan hidup lebih lama, lebih sehat, dan tidak banyak dipengaruhi oleh banyak kekuatan gravitasi. Oleh sebab itu lah ketika kita mengelilingi Ka’Bah, maka seakan-akan diri kita di-charged ulang oleh suatu energi misterius dan ini adalah fakta yang telah dibuktikan secara ilmiah.
Penelitian lainnya mengungkapkan bahwa batu Hajar Aswad merupakan batu tertua di dunia dan juga bisa mengambang di air. Di sebuah musium di negara Inggris, ada tiga buah potongan batu tersebut ( dari Ka’Bah ) dan pihak musium juga mengatakan bahwa bongkahan batu-batu tersebut bukan berasal dari sistem tata surya kita.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah SAW bersabda, “Hajar Aswad itu diturunkan dari surga, warnanya lebih putih daripada susu, dan dosa-dosa anak cucu Adamlah yang menjadikannya hitam. ( Jami al-Tirmidzi al-Hajj (877) )
Sumber : http://www.supermance.com/misteri-batu-hajar-aswad/



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لهَمُاَ قَبْلَ أَنْ يَتَفَرَّقَا

“Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian berjabat tangan melainkan telah diampuni dosa-dosa keduanya sebelum mereka berdua berpisah.” (Dihasankan oleh Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albany).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيِنِ التَقَيَا فَأَخَذَ أَحَدُهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ, إِلاَّ كَان َحَقًّا عَلىَ اللهِ أَنْ يَحْضُرَ دُعَاءَهُمَا, وَلاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ أَيْدِيْهِمَا حَتىَّ يُغْفَرُ لَهُمَا

“Tidaklah dua orang muslim bertemu kemudian salah satu di antara keduanya memegang tangan temannya (berjabat tangan) melainkan kewajiban bagi Allah untuk mengabulkan doa keduanya dan tidaklah kedua tangan mereka berdua berpisah hingga dosa-dosa keduanya diampuni.” (Ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam musnadnya dan beliau berkata: Hasan lighoirihi).
Makna (Kana haqqon ‘alallahi) adalah: hak yang dianugrahkan oleh Allah Ta’ala kepada mereka.
Sedang makna (yahdhuru du’ahuma) adalah: doa keduanya mustajab.
Hal ini adalah masalah besar yang perlu dijelaskan bahwa salah satu perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah adalah: bersatu padu, saling menyayangi,  saling mencintai dan tercipta keselarasan di antara kaum muslimin.
Akan tetapi, seorang muslim tidak boleh berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahramnya karena hal ini adalah haram.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

ِلأَنْ يُطْعِنَ فِي رَأْسِ رَجُلٍ بِمَخِيْطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمُسَّ امْرَأَةً لاَ تَحِلُّ لَهُ

“Sungguh kepala seseorang dijahit dengan besi itu lebih baik baginya dari pada ia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.” (Diriwayatkan oleh dua orang periwayat hadits, Al-Albany berkata dalam kitab as-Shahih: sanadnya bagus).
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wa Sallam bersabda:

إِنِّي لاَ أُصَافِحُ النِّسَاءَ, إِنَّمَا قَوْلِي لِمِائَةِ اْمرَأَةٍ كَقَوْلِي ِلامْرَأَةٍ وَاحِدَةٍ

“Sesungguhnya aku tidak pernah berjabat tangan dengan seorang wanitapun. Ucapanku kepada seratus orang wanita sama persis seperti ucapanku kepada satu orang wanita.” (Ditakhrij oleh Malik dalam kitab Muwatha’, Ahmad dalam musnadnya dan dishahihkan oleh Al-Albany).
Dikutip dari buku,” Tiket Perjalanan Ke Alam Surga.”
http://an-naba.com/jabat-tangan-pembawa-berkah/

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Ya Robb…
Jika hati kami tersirat keinginan...
Semoga tak sebatas bayang semu
Jika tekad kami telah terazam kuat…
Semoga tak sekejap hilang
Jika kaki kami melangkah…
Semoga bukan karena kesombongan

Namun…
Semoga hati, tekad dan langkah kami hanya tuk Raih Ridho-Mu
Laksanakan sunnah Insan mulia, tak sekedar mengucap janji
Keikhlasan dan tanggung jawab senantiasa membentang
Bak layar ketika melaju kapal dalam deras kehidupan
Episode perjalanan dalam dua kehidupan kan berpadu
Melengkapi warna perjuangan dalam kesahajaan..
Ya Robb…
Jika hati kami tersirat keinginan...
Semoga tak sebatas bayang semu
Jika tekad kami telah terazam kuat…
Semoga tak sekejap hilang
Jika kaki kami melangkah…
Semoga bukan karena kesombongan

Namun…
Semoga hati, tekad dan langkah kami hanya tuk Raih Ridho-Mu
Laksanakan sunnah Insan mulia, tak sekedar mengucap janji
Keikhlasan dan tanggung jawab senantiasa membentang
Bak layar ketika melaju kapal dalam deras kehidupan..
http://ping.fm/sqJRq

Episode perjalanan dalam dua kehidupan kan berpadu
Melengkapi warna perjuangan dalam kesahajaan.
Ya Robb…
Jika hati kami tersirat keinginan...
Semoga tak sebatas bayang semu
Jika tekad kami telah terazam kuat…
Semoga tak sekejap hilang
Jika kaki kami melangkah…
Semoga bukan karena kesombongan

Namun…
Semoga hati, tekad dan langkah kami hanya tuk Raih Ridho-Mu
Laksanakan sunnah Insan mulia, tak sekedar mengucap janji
Keikhlasan dan tanggung jawab senantiasa membentang
Bak layar ketika melaju kapal dalam deras kehidupan
Ya Robb…
Jika hati kami tersirat keinginan...
Semoga tak sebatas bayang semu
Jika tekad kami telah terazam kuat…
Semoga tak sekejap hilang
Jika kaki kami melangkah…
Semoga bukan karena kesombongan

Namun…
Semoga hati, tekad dan langkah kami hanya tuk Raih Ridho-Mu
Laksanakan sunnah Insan mulia, tak sekedar mengucap janji
Keikhlasan dan tanggung jawab senantiasa membentang
Bak layar ketika melaju kapal dalam deras kehidupan
Episode perjalanan dalam dua kehidupan kan berpadu
Melengkapi warna perjuangan dalam kesahajaan
Episode perjalanan dalam dua kehidupan kan berpadu
Melengkapi warna perjuangan dalam kesahajaan

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Ketika Harus Memilih

Pernah berada diantara pilihan? Ya, mungkin setiap
orang pernah mengalaminya. Sebuah keputusan besar maupun kecil harus segera
dipilih, dimana setiap pilihan itu mengharuskan kita untuk menghadapi sebuah
resiko.

Tapi apakah kita tahu bahwa setiap detik bahkan
setiap hembusan nafas kita tak tepas dari kehendak Allah? Kita hanya pemain,
yang bagaimana dalam titian kehidupan ini bermian dengan secantik mungkin,
menang-kalah, sedih-bahagia, semua adalah hasil. Posisi kita hanyalah pada garis
proses, tak lebih. Jika ke-ego-an kita turut menentukan hasil dan berorientasi
pada hasil, bersiaplah kecewa, karena hanya Allah lah yang berhak menentukan
hasil, Dia lah yang lebih mengetahui hasil apa yang terbaik bagi hambanya.



"Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang

kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.

Dan, boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."'(al-Baqarah: 216)

......................................................................................................


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Jennifer, seorang remaja putri berasal dari Kanada, sudah lebih dari tiga pekan ingin mengenal ajaran Islam. Ia sedang mencari hakikat Islam yang sesungguhnya. Ketika itu ia berusia 18 tahun. Namun ia tidak seperti umumnya gadis keturunan Kanada.
Saya (Penulis) ingin mengetahui sejauh mana pengenalan wanita ini terhadap ajaran Islam.
Saya bercerita kepada wanita itu seputar al-Quran al-Karim. Al-Quran itu adalah sebuah kitab mukjizat yang seluruh jagat raya ini membenarkan bahwa Islam adalah agama yang benar.
Al-Quran tidak pernah mengalami perubahan semenjak lebih 1400 tahun yang lalu. Tulisan al-Quran, baik di Mesir, di Amerika, di Cina dan di Jepang adalah sama.
Saya mengajaknya berbicara seputar pembahasan kebenaran Islam dari sisi ilmiah yang berkaitan dengan dunia. Setelah melalui beberapa perbandingan di luar kebiasaan dalam hal teknologi dan beberapa cabang ilmu kontemporer serta mengajukan beberapa perantara riset ilmiah yang bersangkutan. Kemudian menjelaskan bahwa kebenaran semua teknologi itu sudah ada di dalam kitabullah semenjak Rasulullah diutus di padang pasir Mekkah.
Saya menyampaikan kepadanya tentang tantangan Allah kepada penduduk jazirah Arab untuk menandingi Allah. Mereka ditantang untuk membuat sebuah kitab seperti al-Quran, karena mereka memiliki keahlian dalam berbahasa dan memiliki kata-kata yang indah. Ternyata mereka tidak mampu menandingi keagungan al-Quran ini.
Beberapa hari kemudian, wanita itu kembali bertanya tentang Islam kepada saya, dan ia ingin mengetahui jawabannya. Sampailah pertanyaannya itu seputar hari raya kaum Muslimin. Lalu saya menjawab dan menjelaskan kepadanya bagaimana kaum Muslimin merayakan hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul ‘Adhha.
Lalu saya katakan kepada wanita itu, “Aku ingin, anda memeluk Islam!”
Wanita itu menjawab, “Ya, aku mengerti.”
Saya berkata dan hatinya penuh kegembiraan sembari memuji Allah, “Benarkah ?”
Wanita itu menjawab, “Benar.”
Kemudian saya meminta nomor teleponnya, dan ia memberikan nomor tersebut.
Pada pertemuan berikutnya, saya katakan kepadanya, “Sebelumnya telah aku jelaskan kepada anda bagaimana caranya agar dapat dengan mudah memeluk Islam. Dan sekarang tinggal pelaksanaan saja.”
Saya telah menjelaskan kepadanya makna dua kalimat syahadat dengan bahasa Inggris. Kemudian saya berkata kepadanya, “Ikutilah bacaanku !”
(Asyhadu….Alla…. Ilaha….IllaAllah).


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Kenalilah bahwa mengakrabi realitas yang terjadi merupakan sesuatu yang penting. Tanpa tahu dan mengenal apa yang telah terjadi pada masa lalu kita, bagaimana kita dapat mengenali diri kita sendiri? Bagaimana mungkin memperbaiki kekurangan dan memanfaatkan kelebihan yang ada bila kita tidak mengetahui kekurangan dan kelebihan yang kita miliki? Maka tidak usah khawatir dengan kenangan apapun tetap teringat  dalam pikiran anda, mari kita gunakan sebagai penyembuhan batin kita selanjutnya.
Mengingat masa lalu, melihat ke belakang, menyentuh masa silam, mungkin membuat kita menjadi terluka, marah, jengkel, dendam, bangga, penuh kerinduan, merasa tenteram, teringat kasih sayang kemudian sedih karena kenyataan yang ada. Berbagai perasaan menghantui kita setiap mengingat peristiwa masa lalu. Semua itu bukanlah salah, dalam ingatan kita semua memori dan kenangan mengenai peristiwa yang pernah kita alami tersimpan kesan kenyataan dan berbagai jenis perasaan, apabila kita mendayagunakan untuk menatap masa depan tentulah sangat bermanfaat.
Sholat dan berdoalah memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar mampu untuk mendayagunakan kenangan menjadi kekuatan untuk melangkah di masa depan. Doa merupakan media curhat kepada Allah. mengurai perasaan duka, ketidakberdayaan, kesedihan, kekecewaan, harapan dan keinginan. Dengan demikian perasaan kita menjadi lebih ringan.  Itulah sebabnya sholat dan sabar sangat menolong kita. Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang senantiasa menemani kita sepanjang hidup. Tidak akan pernah meninggalkan kita dalam kesendirian dan kesepian.
'Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar.' (QS. al-Baqarah : 153).

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Oleh Ustadz Abu Abdillah Sofyan Chalid bin Idham Ruray

Sebuah pemerintahan Islam atau masyarakat Islam bukanlah sebuah kumpulan orang-orang yang tidak pernah berbuat dosa sama sekali, sehingga kita bisa menuduh para ulama yang membimbing masyarakat tersebut telah gagal atau tidak becus dalam membina negaranya.
Bahkan di masa kepemimpinan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam yang masyarakatnya adalah generasi terbaik ummat ini, ada orang yang didera karena minum khamar[1], ada yang dirajam karena berzina[2], bahkan ada yang murtad keluar dari Islam[3]. Namun tidak ada satupun yang menuduh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam telah gagal mendidik para sahabatnya. Karena memang, tidak ada satupun manusia yang terjaga dari kesalahan selain para Nabi dan Rasul ‘alaihimussalam, olehnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ بنِي آدَمَ خَطَّاءٌ ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Setiap anak adam senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang senantiasa bertaubat.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shohihut Targhib, no. 3139)


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
~ Radio Rodja Fans Page:

Bagi anda pengguna Flexy ? Alhamdulillah anda bisa menyimak siaran radio dakwah dimanapun anda berada (wilayah Indonesia) dengan pulsa Rp. 5 / menit. Silahkan dial *55*210756 untuk Radio Rodja 756 AM atau *55*411077 untuk Radio Nurussunnah Semarang.

~ Bergabung di Fans Page Radio Rodja, klik disini:

http://www.facebook.com/pages/Radio-Rodja-756-AM/69419873083

Semoga bermanfaat...!!!

~ Donasi Pendirian Radio Sunnah Wilayah Bandung.

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Media radio saat ini terbukti efektif sebagai media dakwah yang bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, kehadiran radio Rodja sebagai media dakwah di wilayah Jabodetabek selama kurang lebih 5 tahun ini Alhamdulillah bisa diterima denganbaik oleh masyarakat, hal ini sebagai bukti bahwa masyarakat kaum Muslimin membutuhkan dakwah Islam yang Shahih berdasarkan Al Qur’an dan As Sunah sesuai dengan manhaj para salaful Ummah, hal ini mendorong dan menjadi motivasi bagi kami untuk bisa melakukan perluasan jangkauan siaran. Alhamdulillah saat ini tercatat beberapa radio dakwah di beberapa daerah yang berdiri diatas visi dan misi dakwah salafiyyah.

Bandung sebagai ibu kota propinsi Jawa Barat dengan wilayah yang cukup luas dan populasi penduduk kaum Muslimin yang padat Alhamdulillah sudah mempunyai banyak kegiatan dakwah salafiyah yang disampaikan oleh beberapa asatidz ,kegiatan dakwah tersebut perlu ditunjang oleh media elektronika agar dakwah serta Bimbingan Islam bisa tersebar dengan efektif dan diterima oleh kaum Muslimin secara luas.

Sebagai salah satu kota pelajar, Bandung memiliki potensi dalam penyebaran Dakwah Salafiyyah yang senantiasa mengedepankan sikap Ilmiyyah, sehingga diharapkan tumbuh generasi penuntut Ilmu Syar’i yang memiliki wawasan ilmu Syar’i dan Ilmu dunia yang luas yang bisa bermanfaat bagi kehidupan mereka dan masyarakatnya.

Seiring dengan program siaran Rodja Via Satelit Palapa yang saat ini sudah berjalan hal ini memungkinkan adanya stasiun relay di berbagai wilayah cakupan satelit Palapa termasuk Bandung dengan kualitas audio yang baik serta delay siaran yang sangat rendah.
Dengan dasar pemikiran inilah radio Rodja 756 AM, bermaksud menfasilitasi pendirian radio dakwah untuk cakupan area Bandung dan sekitarnya.

Untuk Mewujudkan Program ini kami mengundang patisipasi dan ta’awun anda melalui:

SUNDUQ PEDULI RADIO DAKWAH BANDUNG

Transfer Bank Syariah Mandiri Cab. Cibubur 103 004 8080 a.n. Yayasan Cahaya Sunnah

mohon konfirmasi Transfer anda melalui SMS ke nomor 081 989 6543 dengan format :

Rodja Bandung_Nama_Asal_Jumlah Transfer_Tanggal Transfer
Untuk anda yang ingin mendapatkan copy Proposal pendirian silahkan kirim email ke rodja756am@gmail.com atau SMS alamat anda ke 081989 6543

INFO : (021) 7073 6543 , 0813 1309 6880

Jazaakumullahu khairan atas partisipasinya Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

http://artikelassunnah.blogspot.com/2010/11/update-dengerin-rodja-756-am-via.html


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Tanya:
LP (lembaga pemasyarakatan) di tanah air merupakan komunitas yang sebagian besar penghuninya kaum lelaki. Untuk kaum muslimin, apakah dianjurkan juga untuk menyelenggarakan shalat jum’at dalam penjara tersebut sebagaimana dengan orang-orang di luar LP?


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Siapapun orangnya bila mendadak tertimpa kedukaan akan selalu membuatnya menangis, tidak dapat menerima keadaan yang terjadi. Berbeda bila kita sudah memperhitungkan jika kematian diawali dengan sakit yang sudah cukup lama, maka rasa sakit mengiringi kepergian itu tidaklah begitu perih.  Jika kematian, kehilangan atau perpisahan itu terjadi tiba-tiba sama sekali tidak kita duga maka hal itu cukup menimbulkan luka dihati yang teramat dalam.

Tergantung pada tingkat keimanan seseorang, bagi orang yang imannya tidak kokoh kehilangan orang yang dicintai membuat jiwa menjadi tidak terkontrol. Perasaan sedih pada awalnya dan tingkah laku sering membuat seseorang menjadi lupa diri. Dihadapan siapapun yang ia jumpai, ia akan menangis.  Ada yang jatuh pingsan atau marah tidak terkendali.

Jika kesedihan sudah berlalu seiring waktu, maka mulai sadarkan diri. Menyambut teman yang datang, mulai menguasai diri, sedikit senyuman dan tidak terlalu larut dalam kedukaan. Demikian pula pada orang yang kehilangan orang yang dicintai karena berpisah akan selalu dihinggapi rasa marah, benci, dendam, kesal. Namun berjalan secara perlahan, sikap seseorang dalam menghadapi kedukaan akan berubah menjadi tenang. Jadi, kuatkanlah iman! Banyak kebaikan yang Allah berikan dalam hidup kita sekalipun hal itu telah membuat hati kita terasa perih, terluka dan kita tidak suka.

'Barangkali kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak' (QS. al-Baqarah : 216).

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Penulis: Ustadz Aris Munandar
Haruskah Hitam?
Terkait dengan warna pakaian terutama pakaian perempuan, terdapat beragam sikap orang yang dapat kita jumpai. Ada yang beranggapan bahwa warna pakaian seorang perempuan muslimah itu harus hitam atau minimal warna yang cenderung gelap. Di sisi lain ada yang memiliki pandangan bahwa perempuan bebas memilih warna dan motif apa saja yang dia sukai. Sesungguhnya Allah itu maha indah dan mencintai keindahan, kata mereka beralasan. Manakah yang benar dari pendapat-pendapat ini jika ditimbang dengan aturan al-Qur’an dan sunnah shahihah yang merupakan suluh kita untuk menentukan pilihan dari berbagai pendapat yang kita jumpai?

Salah satu persyaratan pakaian muslimah yang syar’i adalah pakaian tersebut bukanlah perhiasan. Dalam syarat ini adalah firman Allah yang artinya, “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. an Nur:31). Dengan redaksinya yang umum ayat ini mencakup larangan menggunakan pakaian luar jika pakaian tersebut berstatus “perhiasan” yang menarik pandangan laki-laki.
عن فَضَالَةُ بْنُ عُبَيْدٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا تَسْأَلْ عَنْهُمْ رَجُلٌ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ وَعَصَى إِمَامَهُ وَمَاتَ عَاصِيًا وَأَمَةٌ أَوْ عَبْدٌ أَبَقَ فَمَاتَ وَامْرَأَةٌ غَابَ عَنْهَا زَوْجُهَا قَدْ كَفَاهَا مُؤْنَةَ الدُّنْيَا فَتَبَرَّجَتْ بَعْدَهُ فَلَا تَسْأَلْ عَنْهُمْ
Dari Fadhalah bin Ubaid, dari Nabi beliau bersabda, “Tiga jenis orang yang tidak perlu kau tanyakan (karena mereka adalah orang-orang yang binasa). Yang pertama adalah orang yang meninggalkan jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang muslim yang memiliki kekuasaan yang sah dan memilih untuk mendurhakai penguasa tersebut sehingga meninggal dalam kondisi durhaka kepada penguasanya. Yang kedua adalah budak laki-laki atau perempuan yang kabur dari tuannya dan meninggal dalam keadaan demikian. Yang ketiga adalah seorang perempuan yang ditinggal pergi oleh suaminya padahal suaminya telah memenuhi segala kebutuhan duniawinya lalu ia bertabarruj setelah kepergian sang suami. Jangan pernah bertanya tentang mereka.” (HR Ahmad no 22817 dll, shahih. Lihat Fiqh Sunnah lin Nisa’, hal 387)
Sedangkan tabarruj itu didefinisikan oleh para ulama’ dengan seorang perempuan yang menampakkan “perhiasan” dan daya tariknya serta segala sesuatu yang wajib ditutupi karena hal tersebut bisa membangkitkan birahi seorang laki-laki yang masih normal.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Di Pedalaman Bani Sa’ad
Sudah menjadi adat kebiasaan wanita Arab perkotaan mencari ibu susuan bagi anak bayinya dan wanita yang mengasuhnya di daerah pedalaman. Hal ini dilakukan sebagai usaha preventif menjauhkan anak-anak tersebut dari penyakit-penyakit yang biasa menjalar di perkotaan dan memperkuat dan memperkokoh kekuatan tubuh mereka. Juga sebagai usaha membiasakan dan membina mereka untuk memiliki sikap kemandirian dan percaya diri sejak kecil dan meluruskan lisan mereka dari kesalahan berbahasa sehingga mereka menjadi orang Arab yang fasih. Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah disusukan Tsuwaibah beberapa hari lamanya maka Aminah pun mencari ibu susuan bagi beliau yang dapat membawa beliau ke pedalaman dan mendapatkan Halimah bintu Abu Dzu’aib Al Sa’diyah dari bani Sa’ad. Halimah As Sa’diyah mengisahkan persusuan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini dalam satu riwayat yang diriwayatkan ibnu Ishaq dan disampaikan Ibnu Hisyam dalam tahdzibnya, namun riwayat ini dilemahkan Syeikh Al Albani. Walaupun demikian persusuan beliau kepada Halimah merupakan satu hal yang benar adanya.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
read more
Pelajaran berharga lagi dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau rahimahullah berkata,
Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk menyucikan hati dan juga menyucikan badan. Kedua penyucian ini sama-sama diperintahkan dan diwajibkan oleh Allah. Allah Ta’ala berfirman,
مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ وَلَكِنْ يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Maidah: 16)
فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ
Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At Taubah: 108)
إنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al Baqarah: 222)
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.” (QS. At Taubah: 103)
أُولَئِكَ الَّذِينَ لَمْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمْ
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka.” (QS. Al Maidah: 41)
إنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ
Sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis.” (QS. At Taubah: 28)
إنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” (QS. Al Ahzab: 33)
Kita dapat perhatikan bahwa para ahli ibadah, perhatian mereka hanyalah pada penyucian badan saja. Mereka begitu semangat memperhatikan dan mengamalkannya. Namun sayangnya mereka meninggalkan penyucian batin yang diperintahkan baik yang wajib atau pun yang sunnah. Mereka hanya memahami penyucian hanyalah penyucian badan saja (secara lahiriyah).
Sebaliknya, kita perhatikan pada orang-orang tasawuf, perhatian mereka hanyalah pada penyucian jiwa. Mereka begitu semangat memperhatikan dan mengamalkannya. Mereka meninggalkan penyucian badan yang diperintahkan baik yang wajib atau pun yang sunnah.
Kelompok pertama (para ahli ibadah) selalu merasa was-was dan was-was di sini tercela. Mereka begitu boros dalam bersuci dengan air dan membersihkan sesuatu yang dianggap najis padahal bukanlah najis. Lantas mereka meninggalkan penyucian jiwa yang disyariatkan seperti menjauhkan diri dari hasad, sombong dan dendam pada saudaranya. Inilah yang menyebabkan mereka tidak jauh beda dengan Yahudi.
Sedangkan kelompok kedua (orang-orang sufi), terlalu menyibukkan diri sampai dinilai tercela. Mereka begitu berlebihan dalam memperhatikan selamatnya batin (hati). Sampai-sampai mereka menempatkan kebodohan di belakang dan mereka lebih memperhatikan hati mereka. Mereka tidak bisa membedakan antara keselamatan batin untuk melakukan sesuatu yang terlarang dan keselamatan hati untuk melakukan sesuatu yang diperintahkan. Sampai-sampai dari kebodohan semacam ini, mereka tidak menjauhi najis dan mengerjakan thoharoh yang wajib. Orang-orang tasawuf di sini tidak jauh berbeda dari Nashrani.
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 1/15
***
Seorang muslim  yang benar adalah yang memperhatikan antara lahir dan batin, antara sucinya hati dan badan. Semoga Allah mudahkan kita sekalian untuk memperhatikan keduanya.


Muhammad Abduh Tuasikal
www.rumaysho.com

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Oleh   : Abu Haidar Erwan
وإذقال ربك  للملائكة إنى جاعل فى الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدمآء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إنى أعلم ما لا تعلمون (البقرة : 30
MUFRODAT
إذ  dan    إذا  adalah dua huruf tauqiit (yang menetapkan waktu). Maka  إذ   untuk masa lalu sedangkan  إذا  untuk masa yang akan datang.[1]
الرب  artinya penguasa, Tuan, Yang memperbaiki .[2]
الملآئكة     bentuk jamak dari  الملك   artinya adalah utusan . Kalau dikatakan :  ألكنى  Artinya utuslah aku.[3]
TAFSIR AYAT
Khalifah makna asalnya adalah mengganti, dari kata ‘kholafa fulanun fulanan fi hadza al amri idza qooma maqoomahu fiihi ba’dahu’. Si Fulan disebut menjadi khalifah bagi orang lain bila dia menempati posisi orang tersebut setelahnya. Sebagaimana  firman Allah :” Kemudian Kami jadikan kalian sebagai khalifah di bumi  setelah mereka agar Kami melihat bagaimana kalian beramal.” Artinya Allah menjadikan kalian sebagai pengganti mereka setelahnya di muka bumi. Oleh karena itu penguasa tertinggi disebut khalifah karena dia menggantikan orang yang sebelumnya lalu menduduki posisi orang yang digantikannya.[4]
Para ulama ahli tafsir menafsirkan makna khalifah dalam ayat ini dengan versi yang berbeda-beda. Setidaknya ada dua penafsiran penting. Pertama, makna  khalifah dalam ayat ini adalah pengganti makhluk sebelumnya dari kalangan  malaikat dimuka bumi atau makhluk lain selain malaikat.[5] Hal  ini didasarkan kepada beberapa riwayat. Diantaranya:
1.Telah berkata Ibnu Abbas  :”Makhluk yang pertama  kali menghuni bumi adalah jin, lalu mereka  mengadakan kerusakan di muka bumi, mengalirkan darah, dan saling membunuh satu sama lain. Lalu Allah mengutus Iblis kepada mereka berserta pasukan malaikat lalu Iblis membunuh para jin tersebut sampai menggiring  mereka ke beberapa  pulau di lautan serta ke lereng-lereng gunung.Lalu Allah menciptakan Adam dan menempatkannya di bumi, maka inilah  yang dimaksud firman Allah ‘Sesungguhnya Aku akan menjadikan  khalaifah (pengganti) bangsa jin di muka bumi, yang menggantikan mereka  di dalamnya lalu tinggal di dalamnya dan memakmurkannya.[6]
2. Telah berkata Robi’Bin Anas   :” Sesungguhnya  Allah menciptakan malaikat  pada hari Rabu, dan menciptakan jin pada hari Kamis, serta menciptakan Adam pada hari Jumat. Lalu kafirlah satu kaum dari bangsa jin, maka para malaikatpun turun ke muka bumi lalu memerangi  mereka. Sebelumnya mereka suka menumpahkan darah dan mengadakan kerusakan di muka bumi”. Berkata yang lainnya tentang ayat ini :” Artinya mereka  saling menggantikan satu sama lain. Mereka adalah anak-anak Adam yang menggantikan bapak mereka yaitu Adam. Dan setiap generasi menggantikan generasi sebelumnya.” Ini merupakan perdapat yang dihikayatkan dari Hasan Basri.[7]
3. Telah berkata Ibnu Abbas :” Iblis termasuk  kelompok malaikat yang disebut jin yang diciptakan dari api yang sangat panas. Dia bernama Harits. Dia termasuk   penduduk jannah ( Surga). Sedangkan malaikat seluruhnya  diciptakan dari cahaya kecuali  kelompok Iblis tadi. Adapun jin yang diceriterakan di dalam Al Quran diciptakan dari lidah api dan manusia diciptakan dari dari tanah. Maka makhluk yang pertama menghuni bumi adalah jin lalu mereka mengadakan kerusakan di dalamnya, menumpahkan darah, dan saling membunuh satu sama lainnya. Lalu  Allah mengutus Iblis di barisan malaikat. Iblis adalah golongan malaikat yang disebut jin. Lalu Iblis dan malaikat memerangi jin sampai menggiring mereka ke lautan dan gunung-gunung. Maka ketika Iblis telah melakukan hal itu diapun menipu dirinya sendiri dan berkata  :”Aku telah melakukan suatu hal yang tidak pernah dilakukan seorangpun, lalu Allah mengetahui hal  itu dari hatinya yang tidak diketahui oleh para malaikat yang bersama-sama Iblis. Lalu berfirmanlah Allah kepada para malaikat yang sedang bersama Iblis :” Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di  muka bumi.” Maka malaikat menjawab :” Apakah Engkau akan menjadikan makhluk di dalamnya yang akan mengadakan kerusakan di muka  bumi dan menumpahkan darah sebagaimana yang telah dilakukan bangsa jin, padahal kami  hanyalah diutus untuk memberantas mereka?” Maka Allah menjawab :” Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tidak kamu ketahui. Artinya Aku mengetahui isi  hati Iblis yang tidak kalian ketahui berupa  ketakaburan dan menipu diri sendiri. Lalu Allah memerintahkan Iblis untuk mengambil tanah lalu Allah menciptakan Adam dari tanah yang lengket dari lumpur yang sangat bau. Lalu Adampun tinggal selama 40 hari  berupa jasad yang kosong, lalu Iblis mendatanginya dan memukulnya dengan  kakinya hingga  bersuara, maka inilah yang dimaksud dengan firman Allah : “ Dan Allah telah menciptakan manusia dari tanah seperti tembikar.” Lalu Iblis masuk ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya, kemudian masuk lagi ke dalam duburnya dan keluar dari mulutnya, kemudian berkata :” Kamu bukanlah apa-apa dan diciptakan  bukan untuk apa-apa, seandainya aku berkuasa atasmu pasti akan aku binasakan kamu dan seandainya kamu yang berkuasa atasku,maka aku akan bermaksiat kepadamu. Maka ketika Allah meniupkan ruhnya masuklah ruh itu dari arah kepalanya maka tidaklah ruh itu melalui bagian tubuhnya kecuali berubahlah tubuh itu menjadi daging dan darah. Maka ketika  ruh sampai di  pusarnya, diapun melihat ke  jasadnya lalu diapun mengagumi apa yang dia lihat karena bagusnya,  lalu diapun berusaha untuk bangkit tapi tidak mampu. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah :” Dan manusia itu punya sifat terburu-buru.”  Artinya suka berkeluh kesah dan tidak sabar baik ketika senang ataupun ketika susah. Maka ketika tiupan ruh telah sampai ke jasadnya dipun bersin lalu berkata “Alhamdulillah” berdasarkan ilham dari Allah.Lalu Allah berkata :” Yarhamukallah Ya Adam. Kemudian Allah berkata secara khusus kepada para malaikat yang dulu bersama  Iblis selain kepada malaikat yang ada di langit,” Sujudlah kalian kepada Adam !” Maka  merekapun lalu sujud semuanya kecuali Iblis dia enggan dan takabur karena memang sifat ini telah terdapat di dalam  dirinya sebelumnya, lalu dia berkata :” Aku tidak akan sujud kepadanya. Aku lebih baik dari padanya, lebih tua usianya, dan lebih kuat badannya. Engkau ciptakan aku dari api sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” Diapun mengatakan bahwa api lebih kuat dari tanah. Ketika Iblis enggan untuk sujud, maka Allahpun membuatnya putus asa dari semua kebaikan dan Allahpun menjadikannya sebagai syetan yang terkutuk sebagai hukuman bagi kemaksiatannya.  Lalu Allah mengajari Adam tentang semua  nama,  yaitu nama-nama yang dikenal oleh manusia sekarang seperti orang, hewan,bumi, mudah, lautan, gunung, himar, dan lain-lain. Kemudian nama-nama tadi disodorkan keoada para malaikat yang dulu bersama-samaIblis yang diciptakan dari api yang panas.Lalu Allah bertanya :”Beritahukanlah kepada-Ku tentang nama-nama ini kalau kalian termasuk yang benar bahwa kalian mengetahui bahwa Aku menjadikan khalifah  di muka bumi. Maka ketika para malaikat tahu hukuman Allah atas mereka tentang pembicaraan mereka tentang hal yang gaib yang tidak ada ilmu pada mereka tentang hal itu, merekapun berkata :”  Maha Suci Engkau – Ini pensucian terhadap Allah dari anggapan bahwa ada seseorang yang mengetahui hal yang gaib selain Dia.- Kami bertaubat kepada-Mu. Kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa-apa yang Engkau ajarkan kepada Kami sebagaimana yang telah Engkau ajarkan kepada Adam. Lalu Allah berfirman :” Hai Adam beritahukanlah tentang nama-nama itu kepada mereka.!” Maka ketika Adam memberitahukan tentang nama-nama itu kepada mereka, Allahpun berfirman :” Bukankah telah Aku katakan kepada kalian hai malaikat bahwa Aku mengetahui  hal yang gaib baik yang ada di langit aatupun yang ada di bumi di mana tak seorangpun yang mengetahuinya selain Aku. Dan Akupun mengetahui apa-apa yang kamu tampakkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.- Aku mengetahui hal-hal yang rahasia sebagaimana Aku mengetahui hal-hal yang nampak, yakni apa-apa yang disembunyikan oleh Iblis di dalam hatinya berupa ketakaburan. Riwayat dari Ibnu Abbas ini menerangkan bahwa fiman Allah :” Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah dibumi.” Merupakan  ucapan Allah kepada para malaikat tertentu dan bukan kepada seluruh malaikat. Dan ucapan ini ditujukan kepada para malaikat  yang merupakan kabilah Iblis secara khusus yang memerangi  bangsa jin di muka bumi sebelum  diciptakannya Adam. Dan Allah mengkhususkan ucapan ini kepada mereka sebagai ujian bagi mereka agar mereka  mengetahui keterbatasan ilmu mereka dan keunggulan makhluk yang fisiknya lebih lemah dari mereka, serta agar merekapun mengetahuibahwa kemulyaan tidak bisa didapat dengan kekuatan badan dan kelebihan fisik sebagaimana yang diduga Iblis.[8]
Riwayat-riwayat yang senada dengan riwayat di atas sangat banyak yang
intinya  menerangkan makna khalifah sebagai pengganti makhluk sebelumnya. Bagi  pembaca yang ingin mengetahui lebih jauh dipersilakan untuk merujuk tafsir At Thabari ketika menerangkan ayat ini.
Penafsiran kedua menyatakan bahwa yang dimaksud dengan khalifah dalam  ayat ini adalah pengganti Allah dalam menerapkan hukum-hukum dan perintah-Nya dimuka bumi. Hal ini didasarkan kepada beberapa riwayat, diantaranya  :
1.Perkataan Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas  ketika menafsirkan :” Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.” Maksudnya adalah yang menggantikan Aku dalam menghukumi makhluk-Ku. Dan khalifah tersebut adalah Adam   dan orang-orang yang menduduki posisi tersebut dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah dan menerapkan hukum dengan adil diantara makhluk-Nya. Adapun orang yang mengadakan kerusakan dan pertumpahan darah tanpa alasan yang benar,maka  itu bukanlah termasuk khalifah-Nya.[9]
2.Imam Al Qurthubi ketika menafsirkan ayat ini  berkata :” Dan makna  khalifah di sini – berdasarkan ucapan Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas  dan semua ahli tafsir- adalah Adam  . Dia adalah khalifah Allah  dalam  menerapkan hukum-hukum dan perintah-Nya, karena dialah orang yang pertama diutus ke bumi sebagaimana hadis Abu Dzar, dia berkata :” Aku  bertanya  :” Wahai rasulullah, apakah dia (Adam) adalah seorang nabi yang diutus  ?” Beliau menjawab :” Ya.” Lalu  ditanyakan lagi:” Kepada siapakah dia diutus padahal belum ada seorangpun dimuka bumi?” Beliau menjawab :” Dia diutus  kepada anak-anaknya,mereka semuanya 40 orang dalam 20 kali kelahiran. Setiap lahir terdiri dari laki-laki dan wanita. Lalu merekapun melahirkan kembali sehingga banyak, sebagaimana firman Allah Ta’ala :” Dia menciptakan  kalian dari diri yang satu dan  menciptakan dari diri yang satu itu pasangannya dan  tumbuhlah dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan. “  Lalu Allah menurunkan kepada mereka pengharaman bangkai, darah, dan daging babi, lalu hidup selama 930 tahun. Demikianlah yang dijelaskan oleh ahli Taurat. Sedangkan menurut riwayat Wahb Bin Munabbah, dia hidup selama seribu tahun. Wallahu  A’lam.[10]
Al Qurthubi dan yang lainnya berdalil dengan ayat ini tentang wajibnya
mengangkat khalifah untuk menghukumi manusia tentang apa-apa yang mereka ikhtilafkan,memutuskan perselisihan mereka, menolong orang yang didhalimi, melaksanakan hukum, memberi sanksi kepada orang yang melakukan kekejian, dan masalah penting lainnya yang tidak mungkin bisa ditegakkan kecuali dengan  imam. Maka  kewajiban yang tidakbisa dilaksanakan dengan sempurna kecuali dengan sesuatu maka  sesuatuitumenjadi wajib.[11]
Selanjutnya Al Qurthubi menyatakan :
Masalah keempat yang bisa kita ambil dari ayat ini adalah bahwa ayat ini merupakan dalil asal tentang harus diangkatnya imam dan khalifah yang wajib didengar dan ditaati agar tercipta persatuan dan terlaksana hukum-hukum kekhalifahan. Tidak ada perbedaan tentang wajibnya hal itu di kalangan ummat ataupun para imam. Kecuali apa yang diriwayatkan dari Al Ashom [12] karena dia memang ashom (tuli) tentang syariat. Demikian pula orang yang mengikuti pendapat dan mazdhabnya, mereka berkata :” Khalifah tidaklah wajib di dalam  agama tetapi boleh (Mubah). Dan sesungguhnya ummat ketika mereka telah menunaikan haji mereka dan jihad  mereka, saling berbuat adil diantara mereka, mengorbankan diri demi kebenaran, membagi ghanimah dan fai  serta sodaqah kepada yang berhak, dan telah melaksanakan hukum kepada yang wajib dihukum, maka cukuplah hal itu bagi mereka. Tidaklah wajib bagi mereka untuk mengangkat imam  yang mengurusi hal itu.
Dalil kami tentang wajibnya khalifah adalah firman Allah :” Sesungguhnmya Aku akan menjadikan khalifah di bumi.”  Dan firman Allah :” Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kalian dan beramal shalih bahwa pasti Allah akan menjadikan  mereka sebagai khlifah di bumi.” Dan ayat-ayat yang lainnya.
Parapun sahabat telah ijma dalam memilih Abu Bakar setelah ikhtilaf
yang terjadi antara Muhajirin dan Anshor di Saqifah Bani Sa’adah dalam pemilihan, sampai-sampai  bangsa Anshor berkata :” Kami punya amir kalianpun (muhajirin) punya amir.” Maka  Abu Bakar,Umar, serta golongan muhajirin menolak hal itu dan berkata kepada mereka  :” Sesungguhnya bangsa Arab tidaklah mereka  beragama kecuali karena suku Quraisy.”  Lalu mereka meriwayatkan beberapa hadis tentang masalah itu, lalu merekapun (Anshor) rujuk dan taat kepada bangsa Quraisy. Seandainya mengangkat imamah tidaklah wajib baik  dari kalangan Quraisy ataupun yang lainnya maka tidakmungkin terjadi perdebatan dan dialog tentang hal itu. Dan pasti akan ada salah seorang (sahabat) yang berkata bahwa hal initidak wajib  baik darikalangan Quraisy ataupun yang lainnya, maka tidak ada  faidahnya perdebatan kalian tentang masalah yang tidakwajib.
Kemudian Abu Bakar Ash Shiddiq   ketika datang saat kematiannya,
dia menyerahkan imamah kepada Umar dan tak ada seorangpun yang mengatakan bahwa hal ini bukan urusan yang wajib.Maka semua itu menunjukan wajibnya khalifah dan  termasuk salah satu diantara rukun agama yang menyebabkan tegaknya urusan kaum muslimin. Walhamdulillahi Robbil  A’lamiin.[13]
SYARAT-SYARAT IMAM
Imam Qurthubi menetapkan ada sebelas syarat yang harus  dipenuhi oleh
seorang imam.
1.Imam harus dari bangsa Quraisy. Berdasarkan sabda Nabi   :” Imam-imam  itu dari Quraisy. Dalammasalah inipara ulam  ikhtilaf.
2.Imam harus dari kalangan yang pantas menjadi qadhi dari kalangan kaum muslimin, serang mujtahid yang tidakmembutuhkan orang lain untuk meminta fatwa dalam kasusu-kasus yang terjadi. Ini adalah hal yang disepakati.
3.Imam harus seorang yang berpengalaman, berwawasan luas tentang urusan perang dan pengaturan angkatan  bersenjata, mampu menutup celah-celah yang bisa di terobos  musuh, mampu memberi  perlindungan kepada rakyat,mampu  membalas orang yang dhalim dan  mengembalikan hakorang yang didhalimi.
4. Imam tidak boleh berperasaan lemah ketika melaksanakan hukum, tidak  gentar dalam  memenggal kepala terhukum. Dalil tentang semua ini adalah ijma sahabat  karena tidak ada ikhtilaf diantara mereka bahwa semua itu harus terkumpul dalam diri seorang imam karena dia harus mengurusi para qadhi dan hakim. Dialah yang langsung mengadili dan menghukum , dan  memeriksa urusan kekhalifahan dan kehakiman. Tidaklah hal ini pantas untukdiemban kecuali oleh seorang yang alim tentang semua itu. Wallahu A’lam.
5.Imam harus orang yang merdeka. Dan tidaklah samar tentang disyaratkannya hal ini
6.Imam harus seorang muslim.
7.Imam harus seorang laki-laki. Para ulama telah ijma bahwa wanita tidak boleh menjadi imam sekalipun mereka ikhtilaf tentang bolehnya wanita menjadi qodhi.
8.Imam harus sehat jasmani.
9. dan 10 . Imam  harus baligh dan berakal. Tidak ada ikhtilaf dalam hal  ini.
11. Imam harus seorang yang adil karena tidak ada ikhtilaf diantara ummat bahwa tidak boleh imamah diberikan kepada orang yang fasik. Dan wajib imam adalah seorang yang paling utama dalah ilmunya berdasarkan  sabda Nabi  :” Imam-imam kalian adalah pemberi  syafaat bagikalian maka  perhatikanlah darisiapa kalian meminta syafaat. Juga di dalam  Al-Quran Allah menceritakan tentang sifat Thalut :” Sesungguhnya Allah telah memilihnya (Thalut) untuk kalian dan telah menambah kelebihan dalam ilmu dan fisik.” Dalam ayat ini Allah memulai dengan ilmu kemudian baru menyebutkan apa yang menunjukkan kekuatan dan kesehatan fisik. Firman Allah :” Allah telah memilih …..” menunjukkan syarat nasab.
Imam tidak disyaratkan ma’sum (terpelihara) daripenyimpangan dan kesalahan, tidak harus mengetahui yang ghaib, tidak  harus orang yang paling tajamfirasatnya dan  paling berani. Tidakpula harus dari Bani Hasyim saja, karena ijma  telah menyatakan bahwa kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan utsman bukanlah dari Bani Hasyim.[14]
CARA PENGANGKATAN IMAM
Imam Ibnu Katsir menerangkan  bahwa imamah  ditetapkan  melalui nash sebagaimana yang dikatakan oleh kalangan ahlu sunnah tentang Abu Bakar atau dengan isyarat terhadapnya seperti yang dikatakan oleh sebagian yang lain, atau dengan menyerahkan imamah kepada orang setelahnya seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar  kepada Umar Bin Khathab  , atau dengan menyerahkannya kepada dewan syuro dari  kalangan orang-orang shalih seperti yang dilakukan oleh Umar, atau dengan ijma Ahlul halli wal  aqdi dalam membaiat seseorang, maka menurut jumhur imam ini wajib ditaati, bahkan imam al Haramain telah menceriterakan adanya ijma tentang hal ini.[15]
Imam Qurthubi menyatakan bahwa cara pemilihan imam ada tiga. Pertama berdasarkan nash. Inipun  dikatakan kalangan  Hanabilah, sekelompok ahlul hadis, Hasan Basri, Bakr bin Ukhti Abdul Wahid dan para sahabatnya, serta sekelompok dari kalangan Khowarij. Hal ini  didasarkan  kepada Nabi  yang menetapkan nash tentang Abu Bakar secara tersirat. Kedua penyerahan dari khalifah sebelumnya  kepada seseorang, seperti apayang dilakukan oleh Abu Bakar kepada Umar, atau diserahkan  kepada satu  jamaah (dewan syuro) seperti yang dilakukan oleh Umar  lalu dewan itu yang memilih imam seperti  apa yang dilakukan oleh para sahabat dalam memilih Utsman.  Cara ketiga adalah dengan ijma ahlul halli wal aqdi.  Yaitu jamaah dari negeri-negeri muslim apabila imam  mereka mati dan si imam tersebut tidak menyerahkan kepada orang lain, lalu orang-orang yang ada di sekeliling imam  memilih imam baru untuk mereka yang mereka sepakati dan mereka ridhoi, maka semua  orang dari kalangan  kaum muslimin di setiaptempat harus mentaatiimam tersebut selama imam bukan orang yang terlaknat karena kefasikannya atau kerusakannya, tak boleh seorangpun  menyalahi  hal  ini karena adanya dua imam akan memecah belah persatuan dan merusak kehidupan. Rasulullah  bersabda :”  Ada tiga perkara yang tidak akan dengki hati hati seorang mukmin terhadapnya. Yaitu ikhlas beramal karena  Allah, menetap dalam  jamaah, dan saling menasihati dengan ulil  amri, karena da’wah kepada mereka meliputi orang-orang yang di belakang mereka.[16]
IMAMAH VERSI SYIAH
Hadis-hadis yang dijadikan hujjah oleh kalangan  Imamiyah dalam
Menetapkan imamah terhadap Ali adalah sebagai berikut :
1.“Siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya maka Ali adalah maula baginya. Ya Allah tolonglah orang yang menolong Ali dan musuhilah orang yang memusuhinya.” Mereka (Syiah) berkata :” Al maula secara bahasa artinya aula (yang paling utama). Maka apabila Nabi  mengatakan ‘Ali adalah maula bagi orang itu’ dengan menggunakan huruf ف  ta’qib maka diketahuilah bahwa makan maula adalah yang paling berhak dan paling utama.Maka  wajiblah  maula di sana difahami imamah yang wajib ditaati.
2. Nabi  bersabda kepada Ali :” Engkau bagiku seperti  kedudukan  Harun bagi Musa akan tetapi tidak ada lagi nabi setelahku.” Mereka (syiah) berkata bahwa kedudukan Harun adalah ma’ruf yaitu orang yang sama-sama menyandang predikat nubuwah, tapi tidak demikian halnya dengan  Ali. Harun adalah saudara bagi Musa, tapi Ali bukan saudara Nabi  , dia hanyalah khalifahnya, maka jelaslah bahwa yang dimaksud ucapan itu adalah khalifah. Dan hadis lainnya yang dijadikan dalil oleh mereka.
BANTAHAN
Imam Qurthubi ketika menjawab hadis yang pertama mengatakan bahwa hadis itu bukanlah hadis yang mutawatir bahkan diperselisihkan kesahihannya oleh para ahli hadis. Abu Dawud  Sajastani dan Abu Hatim Ar Rozi telah menerangkan  kebatilah hadis ini dengan mengatakan bahwa nabi  telah berkata :” Muzainah, Juhainah, Ghifar, dan Aslam adalah maula-maulaku tidak seperti orang lain, mereka semua tidak mempunyai maula kecuali Allah dan rasulnya.” Seandainya Nabi  pernah mengatakan  :” Siapa yang menjadikan aku sebagai maulanya,maka Ali adalah maula baginya.” Maka pasti salah satu dari dua hadis ini  dusta.
Jawaban kedua adalah sendainya hadis  itu sahih, diriwayatkan  oleh orang-orang yang tsiqot,maka  di dalamnya sama sekali tidak mengandung dalil  imamah untuk Ali tapi hanya menerangkan keutamaan Ali. Karena  makna maula  adalah wali (penolong), sehingga makna hadis  itu adalah :” Siapa yang menjadikan aku sebagai walinya maka Ali adalah wali baginya.” Allah berfirman :” Maka sesungguhnya Allah adalah maula baginya.” Maksudnya Allah adalah walinya. Jadi maksud hadis itu agar manusia mengetahui  bahwa dhahir Ali sepertibatinnya. Dan ini merupakan keutamaan yang agung bagi Ali.
Jawaban  ketiga, bahwa hadis ini ada asbabul wurudnya (sebab-seba terucapkannya hadis ini). Yaitu bertengkarnya Usamah dengan Ali,  maka  berkatalah Ali kepada Usamah :” Engkau maulaku.” Usamah menjawab :” Aku bukanlah maulamu,  tapi aku adalah maula Rosulullah  .” Maka diceritakanlah hal ini kepada Nabi  maka beliau menyatakan :”  Siapa yang menjadikan aku sebagai Maulanya  maka Ali adalah maula baginya.”
Jawaban keempat. Ketika tersebar fitnah tentang Aisyah   maka  Ali berkata kepada Nabi  :” Wanita selain dia (Aisyah) banyak.” Maka hal ini sangat berat dirasakan oleh Aisyah. Maka orang munafikpun mendapatkan peluang untuk mencela Ali, lalu mereka  mencelanya dan menampakkan sikapberlepas diri dari Ali. Maka Nabi  pun mengatakan perkataan tadi sebagai bantahan terhadap orang-orang munafik dan mendustakan mereka tentang sikap berlepas diri dan celaan mereka terhadap Ali. Oleh karena itu sekelompok sahabat menyatakan :” Dulu kami tidakmengetahuiorang-orang munafik di zaman Nabi  kecuali karena kebencian mereka kepada Ali.”[17]
Adapun hadis kedua maka tidak  ada ikhtilaf bahwa Nabi  tidak memaksudkan kedudukan Harun bagiMusa itu sebagai khalifah setelahnya. Tidak ada perselisihan bahwa Harus meninggal sebelum Musa  dan tidakmenjadi khalifah setelah Musa. Justru  yang menjadi khalifah setelah Musa adalah Yusya’ Bin  Nun. Kalau yang dimaksud dengan ucapan :” Engkau bagiku seperti kedudukan Harun bagi Musa.” Adalah khilafah, maka pasti beliau  akan mengatakan :” Engkau bagiku seperti Yusya’ bagi Musa.” Maka ketika Nabi  tidak mengatakan demikian maka hal  ini menjadi  dalil bahwa maksud beliau tidaklah demikian. Nabi  hanyalah memaksudkan bahwa aku menjadikanmu sebagai penggantiku terhadap keluargaku dalam kehidupanku sebagaimana Harun menjadi pengganti (khalifah) bagi Musa atas kaumnya ketika Musa  keluar (pergi) untuk menujat kepada Allah.[18]
Ketika Nabi  pergike perang Tabuk, beliau  menyerahkan kekhalifahan kepada Ali di Madinah atau keluarga dankaumnya.Maka gegerla orang-orang munafik dan berkata :” Ali ditinggalkan hanyalah karena Nabi  marah dan jengkel kepadanya.” Maka Alipun keluar menysul Nabi  lalu berkata kepadanya bahwa orang-orang munafik telah berkata begini dan begini. Maka berkatalah Rosulullah  :” Mereka telah dusta, bahkan aku meninggalkanmu sebagaimana Musa meninggalkan Harun.” Lalu beliau berkata :” Ridhakah kamu kalau kamu bagiku seperti kedudukan Harun bagi  Musa ?”
Seandainya hadis ini difahami seperti anggapan Syiah yakni  khilafah maka ada sahabat lainnya yang juga memperoleh kedudukan seperti ini karena Nabi  selalu melimpahkan  kekhalifahan kepada salah seorang diantara  sahabatnya (selain Ali) setiap kali pergi berperang. Diantaranya adalah : Ibnu Ummi Maktum,Muhammad Bin Maslamah, dan sahabat yang lainnya.[19]
Adapun  tentang keutamaan Abu Bakar dan Umar diterangkan dalam banyak riwayat, diantaranya ketika Nabi  mengutus Mu’adz Bin Jabalke Yaman. Ada seorang yang berkata :” Tidakkah engkau utus Abu Bakar dan Umar?” Maka beliau  menjawab :”Keduanya tidak ada yang menyamainya bagiku. Sesungguhnya kedudukan keduanya bagiku  seperti kedudukan pendengaran dan penglihatan bagi kepala.:” Dalamkesempatan  lainnya beliau berkata :” Keduanya merupakan dua wazirku di  muka bumi.” Bahkan ada riwayat bahwa beliau  bersabda :” Abu Bakar dan Umar seperti kedudukan Harun bagiMusa.” Perkataan ini diucapkan oleh Nabi  secara tiba-tiba sedangkan ketika mengucapkan hal itu kepada Ali karena ada sebab yang melatarbelakanginya. Maka hal ini  menunjukkan bahwa Abu Bakar dan Umar lebih utama untuk menjadi  khalifah dari pada Ali. Wallahu A’lam [20]
Footnote:
———————————————————-
[1] Al Qurthubi 1/261.
[2] Ibid 1/262.
[3] Ibid.
[4] Tafsir At Thabari 1/156.
[5] Tafsir Al Qurthubi 1/263.
[6] Tafsir At Thabari 1/157
[7] Ibid 158
[8] At Thabari 1/159
[9] Ibid 1/157
[10] Tafsir Al Qurthubi 1/264
[11] Tafsir Ibnu Katsir 1/77.
[12] Salah seorang tokoh besar Mu’tazilah. Nama aslinya adalah Abu Bakar.
[13] Al Qurthubi 1/264.
[14] Tafsir Al Qurthubi 1/270-271.
[15] Tafsir Ibnu Katsir 1/77.
[16] Tafsir Al Qurthubi 1/268-269.
[17] Ibid 267
[18] Ibid 268.
[19] Ibid.
[20] Ibid.
http://www.abuhaidar.web.id/2010/11/tafsir-ayat-khilafah/

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers