datang seruan dakwah yang penuh berkah, ia sambut dengan berani dengan mengumumkan keislamannya. Sehingga ia termasuk orang ketujuh yang masuk Islam. Tatkala Bani Makhzum mengetahui keislamannya, beliau bersama suaminya, Yasir radhiyallahu 'anhu, mendapat berbagai macam siksaan dengan cara mengeluarkan ia dan suaminya ke padang pasir saat panas menyengat.

Mereka, Bani Makhzum, membuang Sumayyah binti Khayyat radhiyallahu 'anha ke sebuah tempat dan menaburinya dengan pasir yang sangat panas, kemudian meletakkan di atas dadanya sebongkah batu yang berat. Akan tetapi tiada terdengar rintihan ataupun ratapan melainkan ucapan ahad…ahad…, beliau ulang-ulang kata tersebut sebagaimana yang dilakukan oleh Yasir, Ammar dan Bilal radhiyallahu 'anhuma.

Suatu ketika Rasulullah radhiyallahu 'anhu menyaksikan keluarga muslim tersebut sedang mendapat siksaan yang sangat kejam, beliau menengadahkan tangan ke langit dan berseru, “bersabarlah wahai keluarga Yasir karena sesungguhnya tempat kembali kalian adalah Surga.” (al-Mustadrak oleh al-Hakim, bab Mengenal Shahabat III/383)

Sumayyah radhiyallahu 'anha mendengar seruan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, maka ia bertambah tegar dan optimis bahkan mengulang-ulang dengan berani, “Aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan aku bersaksi bahwa janjimu adalah benar.”


Karena dihatinya telah dipenuhi kebesaran Allah subhanahu wa ta'ala, menganggap kecil setiap siksaan yang dilakukan oleh Bani Makhzum yang zhalim. Namun, ia tak bergeming sedikit pun dari keimanan dan keyakinan sekalipun hana satu langkah.

Sementara sang suami, Yasir radhiyallahu 'anhu, telah mengambil keputusan sebagaimana dia lihat dan dia dengar dari istrinya, Sumayyah radhiyallahu 'anha. Mematri dalam dirinya untuk bersama-sama dengan suaminya meraih kesuksesan yang telah dijanjikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Tatkala kaum Bani Makhzum telah berputus asa mendengar ucapan yang senantiasa diulang-ulang oleh Sumayyah radhiyallahu 'anha, maka musuh Allah subhanahu wa ta'ala, Abu Jahal melampiaskan keberangannya kepada Sumayyah z dengan menusukkan sangkur yang berada dalam genggamannya kepada Sumayyah radhiyallahu 'anha. Maka gugurlah beliau sebagai wanita pertama yang syahid dalam Islam. Beliau gugur setelah memberikan contoh baik dan mulia bagi kita dalam hal keberanian dan keimanan. Mengerahkan segala yang ia miliki dan menganggap remeh kematian dalam memperjuangkan iman.

Sumayyah radhiyallahu 'anha memang layak menjadi contoh ketika para wanita telah kehilangan figur. Namanya tetap harum sepanjang masa. Bukan karena ia memiliki harta yang berlimpah dan jabatan prestisius apalagi suami yang kaya raya. Melainkan karena teguhnya pendirian dalam mempertahankan agama dari hinaan orang yang suka menghina, dari celaan orang yang suka mencela. Padahal Sumayyah radhiyallahu 'anha hanyalah orang ‘biasa’ di jamannya.

Ia menikah dengan Yasir radhiyallahu 'anhu, seorang pendatang yang kemudian menetap di Mekkah. Tak ada kabilah yang dapat membela, menolong, dan mencegah kezhaliman atas dirinya, karena dia hidup sebatang kara. Sulit baginya untuk mendapat perlakuan adil pada masa Jahiliyyah.

Buah pernikahannya dengan Yasir radhiyallahu 'anhu, Sumayyah radhiyallahu 'anha dikaruniai dua orang anak yang bernama Ammar radhiyallahu 'anhuma dan Ubaidillah radhiyallahu 'anhuma. Ketika Ammar radhiyallahu 'anhuma hampir menjelang dewasa dan sempurna sebagai laki-laki, ia mendengar ‘agama baru’ yang didakwahkan oleh Muhammad bin Abdullah. Berpikirlah Ammar bin Yasir radhiyallahu 'anhuma sebagaimana yang dipikirkan oleh penduduk Mekkah. Kesungguhan dalam berpikir dan lurusnya fithrah beliau, menggirngnya untuk memeluk agama Islam.

Ammar radhiyallahu 'anhuma kembali ke rumah dan menemui kedua orang tuanya dalam keadaan merasakan manisnya iman yang telah terpatri dalam jiwa. Ia menceritakan kejadian yang dialami hingga pertemuannya dengan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian menawarkan kepada kdua orang tuanya untuk mengikuti dakwah baru tersebut. Yasir radhiyallahu 'anhu dan Sumayyah radhiyallahu 'anha menyahut dakwah yang penuh berkah.

Mungkinka seruan dakwah seseorang anak yang hanif bagai gayung yang bersambut bagi kedua orang tuanya sebagaimana Ammar radhiyallahu 'anhuma dapat mengajak orang tuanya hingga sang Ibu tercatat dalam sejarah Islam sebagai wanita pertama yang syahid terulang kembali pada ‘Ammar-Ammar’ yang lainnya. (AF)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers