Khutbah Pertama:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى فَضْلِهِ وَإِحْسَانِهِ، أَحْمَدُهُ وَأَشْكُرُهُ
وَأَسْتَعِيْنُهُ وَأَسْتَغْفِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، فِي رُبُوْبِيَتِهِ وَإِلَهِيَتِهِ
وَأَسْمَائِهِ وَصِفَاتِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ،
وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا.
أَمَّا بَعْدُ:
أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى،
Ibadallah,
Para ulama telah sepakat bahwa pelecehan terhadap agama merupakan
perbuatan kufur, baik dengan perkataan maupun perbuatan. Dan pelecehan
terhadap agama termasuk dalam “Nawaqidhul Islam” (pembatal keislaman)
yaitu hal-hal yang dapat membatalkan keislaman seseorang.
Dari Ibnu Umar bahwa seseorang berkata pada peperangan Tabuk;“Kita
tidak melihat seperti qari kita (yaitu Nabi dan para sahabat beliau)
kecuali yang paling banyak makannya, acap kali berdusta serta paling
penakut ketika berperang”. Berkata Auf bin Malik: “Engkau telah
berdusta, akan tetapi engkau munafik! Akan aku kabarkan hal ini kepada
Rasulullah”. Kemudian Auf pun mengabarkannya kepada Rasulullah, kiranya
Al-Quran telah mendahuluinya.
Kemudian datanglah laki-laki tersebut menemui Rasulullah langsung
berangkat menunggang untanya sambil berkata:“Ya Rasulullah, kami hanya
bermain dan bergurau dan bercengkrama seperti musafir menuntaskan
perjalanan dengan bercengkrama dengan sahabatnya?!”.
Ibnu Umar berkata:“Seakan-akan masih terlihat olehku dia berpegangan
pada tali unta Rasulullah sedangkan kerikil-kerikil tajam menusuk
kakinya, sambil berkata:“Sesungguhnya kami bermain dan bergurau”,
sedangkan Rasulullah menjawab:“Apakah dengan Allah, ayat dan Rasul-Nya,
kalian mengolok-olok?!”, dengan tidak menoleh kepadanya dan tidak
menambah ucapan Beliau. (Hadits hasan riwayat Ibnu Jarir).
Kemudian keluarlah vonis dari langit ketujuh bagaikan ketukan palu hakim terhadap pesakitan dari ulah dia sendiri.
لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ
“Tidak perlu kalian mengajukan uzur, kalian telah kufur setelah kalian beriman.” (At-Taubah:65).
Tidak hanya yang berucap memperolehnya akan tetapi juga termasuk
orang-orang yang ikut serta bersenda gurau dengannya menuai getahnya;
وَلَقَدْ قَالُوا كَلِمَةَ الْكُفْرِ وَكَفَرُوا بَعْدَ إِسْلَامِهِمْ
“Sungguh mereka telah berucap kata-kata kufur, dan telah kufur setelah islam mereka.” (At-Taubah:66)
Ibadallah,
Sebenarnya istihza` (pelecehan) terhadap agama bukan hal yang baru,
akan tetapi perbuatan kufur yang sudah berkarat diwariskan generasi ke
generasi oleh umat terdahulu yang memperlakukan para rasul dan para
pengikut mereka;
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي شِيَعِ الْأَوَّلِينَ(10)وَمَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (beberapa rasul) sebelum kamu
kepada umat-umat yang terdahulu. Dan tidak datang seorang rasulpun
kepada mereka, melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya.”
(Al-Hijir:10-11)
Akan tetapi olok-olokan dari kaum hanya bersifat sementara, kemudian
ditimpakan terhadap mereka bala dari perlakuan mereka tersebut;
وَلَقَدِ اسْتُهْزِئَ بِرُسُلٍ مِنْ قَبْلِكَ فَحَاقَ بِالَّذِينَ سَخِرُوا مِنْهُمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُون
“Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu,
maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka
balasan (`azab) olok-olokan mereka.” (Al-An`am:10 dan Al-Anbiya:41)
Pelecehan atau olok-olokan tersebut diterangkan oleh Allah dalam berbagai bentuk;
- Kadang- kadang dengan melecehkan ayat-ayat Allah;
وَاتَّخَذُوا ءَايَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا
“Dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokkan”. (Al-Kahfi:56)
- Terkadang melecehkan agama dan hukumnya;
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا
دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ
قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ(57)وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi
pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan
permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah diberi Kitab
sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan
bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman.
Dan apabila kamu menyeru (mereka) untuk (mengerjakan) sembahyang,
mereka menjadikannya buah ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah
karena mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal”.
(Al-Maidah:57-58)
- Dan tidak jarang melecehkan penganut agama yang baik dan pembawa kebenaran;
وَإِذَا رَآكَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا
أَهَذَا الَّذِي يَذْكُرُ ءَالِهَتَكُمْ وَهُمْ بِذِكْرِ الرَّحْمَنِ هُمْ كَافِرُونَ
“Dan apabila orang-orang kafir itu melihat kamu, mereka hanya membuat
kamu menjadi olok-olok. (Mereka mengatakan): “Apakah ini orang yang
mencela tuhan-tuhanmu?”, padahal mereka adalah orang-orang yang inkar
mengingat Allah Yang Maha Pemurah”. (Al-Anbiya:36)
Sedangkan tuduhan yang diucapkan kepada para rasul dengan tuduhan
gila, ini kaum Nuh telah menuduhnya dengan tuduhan tersebut, sebagaimana
yang diceritakan Allah dalam KitabNya;
إِنْ هُوَ إِلَّا رَجُلٌ بِهِ جِنَّةٌ فَتَرَبَّصُوا بِهِ حَتَّى حِينٍ
“Ia tidak lain hanyalah seorang laki-laki yang berpenyakit gila, maka
tunggulah (sabarlah) terhadapnya sampai suatu waktu”. (Al-Mukminun:25)
Sedangkan perlakuan Firaun terhada Nabi Musa tidak jauh berbeda;
قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ
Firaun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila”. (As-Syu`ara`:27).
Begitu juga yang dilakukan oleh Kafir Quraisy terhadap Nabi kita yang mulia;
وَقَالُوا يَاأَيُّهَا الَّذِي نُزِّلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌ
Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan Al Qur’an kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila”. (Al-Hijir:6)
وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَجْنُونٍ
Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan
sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”. (As-Shaffat:36)
ثُمَّ تَوَلَّوْا عَنْهُ وَقَالُوا مُعَلَّمٌ مَجْنُونٌ
Kemudian mereka berpaling daripadanya dan berkata: “Dia adalah
seorang yang menerima ajaran (dari orang lain) lagi pula seorang yang
gila. (Ad-Dukhan:14)
Dengan mengamati yang terjadi kenyataan dewasa ini, bahwa sebab-sebab
terjadinya pelecehan agama termasuk permasalahan yang pelik, benangnya
telah kusut yang sulit direntangkan, tidak dapat hanya menjabarkannya
dengan satu sebab atau dua. Permasalahan yang saling berkaitan satu sama
lain begitu juga pengaruhnya yang berbeda-beda pada sebuah tempat
dengan tempat lain. Akan tetapi dapat kita ringkas dengan sebab-sebab
berikut ini;
Pertama: Memperturutkan Hawa Nafsu
Seringkali kita dapatkan orang yang melecehkan agama karena
memperturutkan hawa nafsu semata, baik hal itu karena merasa senang dan
ada perasaan puas dengan mengolok-olok agama beserta pemeluknya, bentuk
ini dapat dikatagorikan dalam syahwat, ada juga karena kesalahan dalam
memahami agama yang benar atau kesalahan persepsi sehingga terjadi
tindak pelecehan, dan bentuk ini masuk dalam kategori syubhat.
Akan tetapi “memperturutkan hawa nafsu dalam perkara keagamaan lebih
besar (dosanya) dari orang yang memperturutkan hawa nafsunya dalam
syahwat, keadaan orang pertama sama dengan hal orang-orang kafir dari
ahli kitab…Oleh karenanya semua orang yang keluar dari garis Kitab dan
Sunnah dari kalangan ulama dan ahli ibadah dimasukkan ke dalam kategori
Ahli Ahwa (Pengikut Hawa Nafsu)”.
llah telah menerangkan bahwa asal tersesatnya orang yang sesat karena
mengikuti hawa dan prasangka serta berpaling dari wahyu dan ilmu;
إِنْ هِيَ إِلَّا أَسْمَاءٌ سَمَّيْتُمُوهَا أَنْتُمْ وَءَابَاؤُكُمْ مَا
أَنْزَلَ اللَّهُ بِهَا مِنْ سُلْطَانٍ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ
وَمَا تَهْوَى الْأَنْفُسُ
“Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapak kamu
mengada-adakannya; Allah tidak menurunkan suatu keteranganpun untuk
(mengibadati)Nya. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti
sangkaan-sangkaan, dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka”.
(An-Najm;23)
فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ
أَهْوَاءَهُمْ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى
مِنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa
sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan
siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya
dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Qashash:50)
بَلِ اتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا أَهْوَاءَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَمَنْ يَهْدِي مَنْ أَضَلَّ اللَّهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu
pengetahuan; maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah
disesatkan Allah? Dan tiadalah bagi mereka seorang penolong pun.” (Rum:
29)
Ketika bahaya memperturutkan hawa nafsu sedemikian rupa, bahwa dia
adalah kunci kerusakan dan kejahatan serta kesesatan, Allah
memerintahkan kita untuk mawas diri agar tidak meniti jalan orang-orang
yang mengikuti hawa nafsu dan Dia menerangkan bahwa orang yang
memperturutkan hawa nafsunya Allah akan cabut baginya pertolongan dan
bantuanNya dan dia menjadi orang yang zhalim.
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
“Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang
ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan
orang-orang yang zalim.” (Al-Baqarah:145)
وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَمَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا وَاقٍ
“Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang
pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan
pemelihara bagimu terhadap (siksa) Allah.” (Ar-Ra`ad:37)
Oleh karenanya pelaku pelecehan agama kebanyakan dari orang-orang
yang mengikuti hawa nafsu, kalau tidak kita katakan semuanya, berkata
Imam Syathibi : Para pengikut hawa nafsu, jika hawa nafsu mereka telah
mencengkram mereka, mereka tidak peduli dengan apapun dan tidak pernah
mempertimbangkan sesuatu yang menyelisihi pendapat mereka, tidak pula
mencoba berpikir ulang seperti orang-orang yang menyalahkan pendapatnya
sendiri (sebelum menyalahkan pendapat orang lain-pen) dan orang yang
berhenti pada permasalahan yang pelik. Sedangkan sebagian yang
memperturutkan hawa nafsu tidak pernah mengambil pusing terhadap celaan
orang yang mencelanya, dan ada sekolompok lagi bergabung bersama mereka
yang telah meresap hawa nafsu di hati mereka sehingga dia tidak peduli
dengan selain yang dia pikirkan.
Kedua: Kosongnya Hati Dari Kecintaan Terhadap Allah
Allah ciptakan hati tidak dapat memuat dua sifat yang bertentangan
dalam satu waktu. Iman dengan maksiat, cinta dengan kebencian serta
begitu seterusnya, Allah berfirman.
مَا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِنْ قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ
“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (Al-Ahzab:4).
Oleh karenanya Allah menafikan keimanan tatkala seseorang melakukan zina, pencurian dan menenggak minuman keras.
Begitu juga terhadap orang yang melecehkan agama, ketika tidak ada
perasaan cinta terhadap Allah, maka diisilah oleh kebencian terhadap
agama-Nya sehingga melahirkan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan
penyerahan diri kepada-Nya, diantaranya; melecehkan dan mengolok-olok
agama.
Syaikhul Islam Ibnu Taymiah berkata : Orang-orang yang sesat
melecehkan permasalahan tauhid kepada Allah dan mengagungkan orang yang
meminta kepada orang yang telah mati, jika diperintahkan untuk bertauhid
dan dilarang untuk berbuat syirik mereka melecehkannya, sebagaimana
yang disebut Allah.
وَإِذَا رَأَوْكَ إِنْ يَتَّخِذُونَكَ إِلَّا هُزُوًا
“Dan apabila mereka melihat kamu (Muhammad), mereka hanyalah menjadikan kamu sebagai ejekan.” (Al-Furqan:41).
Mereka pun melecehkan Rasul tatkala beliau melarang mereka dari
syirik, begitulah kaum musyrikin mencela para Nabi dan mensifati mereka
dengan kebodohan, sesat dan gila setiap kali mereka mengajak kepada
tauhid, karena pada diri mereka adanya syirik yang besar”. (4)
Ketiga: Teman Yang Fasiq
Pengaruh teman tidak dapat diragukan lagi dapat mempengaruhi
seseorang dalam bersikap, ketika seseorang berteman dengan orang-orang
yang tidak mengenal agama, mereka akan mengolok-olok orang yang
berpegang teguh dalam mempertahankan prinsip agamanya, terutama ketika
mereka bersama-sama.
Begitulah yang terjadi pada orang-orang munafik pada zaman Rasulullah
“mereka jika telah bersama dengan syaithan-syaithan mereka mulailah
mereka memperolok-olokan Allah, ayat dan rasulNya serta kaum mukminin”.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ ءَامَنُوا قَالُوا ءَامَنَّا وَإِذَا خَلَوْا
إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka
mengatakan: “Kami telah beriman.” Dan bila mereka kembali kepada
syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami
sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok. (Al-Baqarah:14)
Keempat: Tidak Memahami Bahaya Lisan
Pepatah kita mengatakan “Lidahmu harimaumu”, yang lebih baik dari pepatah itu sabda Rasulullah kepada Mu’azd.
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ، وَ هَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتُهُمْ
“Celaka engkau, apakah manusia terjerembab muka mereka atau hidung
mereka ke dalam neraka, kecuali karena apa yang dituai oleh lidah
mereka?!!”. (HR. Ahmad dan Turmudzi).
“Zhahir hadits Mu`az menunjukkan bahwa kebanyakan manusia masuk
neraka adalah karena berbicara dengan lisan mereka, karena maksiat
percakapan masuk di dalamnya syirik dan dia adalah dosa terbesar di sisi
Allah, begitu juga termasuk berkata atas nama Allah tanpa ilmu, dan dia
adalah teman syirik serta masuk juga persaksian palsu yang menyamai
dengan syirik kepada Allah, dan masuk ke dalamnya sihir, qazaf (menuduh
seseorang berzina-pen) dan yang lainnya dari dosa-besar maupun dosa
kecil, seperti; dusta, namimah dan semua maksiat perbuatan tidak lepas
dari ucapan yang menemaninya”.
Dan diantara dosa yang banya dituai oleh lisan pada zaman sekarang adalah melecehkan agama, sunnah Rasulullah dan pemeluknya.
Kelima: Kebodohan Terhadap Agama Allah
Kebodohan serta jauh dari pengajaran Islam mempunyai peran penting
dalam meluasnya pelecehan terhadap agama sendiri. Seseorang mengatakan.
مَنْ جَهِل شَيْئاً عَادَاهُ
“Barang siapa yang tiak mengenal tentang sesuatu, dia akan memusuhinya.”
Jika seandainya pelaku pelecehan mengetahui kepada siapa sebenarnya
dia telah berbuat kesalahan, niscaya dia akan berhenti, jika mengetahui
besarnya dosa orang yang melecehkan agamanya, niscaya dia akan berpikir
panjang untuk mengucapkannya.
Keenam: Lemahnya Ahli Iman Dalam Amar Makruf Dan Nahi Munkar
Inilah akibatnya jika seorang muslim mengidap penyakit ‘Inhizamiah’
yaitu minder dengan aqidah yang meresap ke dalam hatinya, pengagungan
terhadap Allah yang memenuhi dirinya.
Jika setiap muslim mempunyai mental ‘tempe’ dan memiliki
sifat’kerupuk’, belum apa-apa sudah penyek, atau baru sedikit saja
disentuh sudah rapuh, maka akan leluasa pelaku kebejatan melakukan apa
yang dikehendaki oleh hawanya, dan akan terjadi kerusakan yang besar.
Allah berfirman.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung
bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak
melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan
terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (Al-Anfal:73)
Ketujuh: Pengaruh Media Massa
Tidak ada seorangpun meragukan pengaruh media massa dalam merusak
citra Islam dan pemeluknya, bahkan media massa menjadi ujung tombak
musuh-musuh Islam dalam merusak umat Islam terutama generasi mudanya
yang dikenal dalam dunia Islam dengan “Ghazwul Fikri” yaitu perang urat
syaraf. Sangat disayangkan sebagian kaum muslimin tidak mempunyai filter
yang baik dalam menyaring berita, sehingga terbetuntuklah opini tentang
dunia Islam sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh musuh-musuh Islam.
Contoh dalam hal ini sangatlah banyak, baik dalam bentuk karikatur, sampul film, sinetron, stiker dan semacamnya.
Kedelapan: Usaha Orang Kuffar Merusak Citra Islam.
Sunnatullah telah berlaku terhadap hambanya dengan memberi cobaan
tehadap Rasul, para juru dakwah. Menguji mereka untuk melihat siapa yang
dapat memenuhi panggilan dan siapa yang berpaling, dan menguji mereka
siapa yang bersabar dari yang tidak sabar.
Ketika kita bentangkan dakwah para rasul, kita temukan bahwa mereka
mendapatkan berbagai macam bentuk cobaan, dakwah mereka dihadang oleh
berbagai macam persekongkolan dari orang-orang kafir kepada Allah dan
rasulNya yang merasa takut kehilangan kemashlahatan, Allah berfirman;
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain
menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang kafir tidak
menyukai”. (At-Taubah:32)
Islam telah menyaksikan sendiri sejarahnya, bagaimana persekongkolan
orang kafir terhadap Islam semenjak hari-hari pertama diutusnya Rasul,
merekapun berjanji dan berbaiat, dan apa yang terjadi pada peperangan
Ahzab (sekutu) kecuali merupakan satu bentuk dari beberapa bentuk
persekongkolan tersebut.
Bukanlah permasalahan sebatas penginjilan yang menginginkan kaum
muslimin mendapat petunjuk masuk ke dalam agama Nashrani atau rasa cemas
mereka nantinya kaum muslimin tidak mendapatkan kenikmatan akhirat
-sebagaimana yang digambarkan oleh mereka-, akan tetapi tujuan mereka
adalah menghalang risalah Allah sampai kepada manusia,
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ لِيَصُدُّوا عَنْ
سَبِيلِ اللَّهِ فَسَيُنْفِقُونَهَا ثُمَّ تَكُونُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً
ثُمَّ يُغْلَبُونَ وَالَّذِينَ كَفَرُوا إِلَى جَهَنَّمَ يُحْشَرُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka
untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan
harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan mereka akan
dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahannamlah orang-orang yang kafir itu
dikumpulkan”. (Al-Anfal:32).
Dalam menyebutkan sasaran-sasaran yang dituju oleh kaum missionoris,
penjajah Salibis dan Orentalis dalam memerangi orang-orang muslim, Al
Ustadz Abdurrahman Al Maidani berkata:”…Sasaran Ketiga: Mereka merusak
Islam dengan menggambarkan Islam sebagai agama yang menyeramkan. Lingkup
sasarannya adalah hukum, rukun dan syariat Islam dengan mengolok-olok
dan pelecehan. Juga menggambarkan dan menjuluki orang yang berpegang
teguh dengan Islam dengan sebutan kuno, fundamentalis, fanatik, jumud
serta ucapan-ucapan sejenis. Tujuannnya untuk melemahkan semangat orang
Islam dalam berpegang teguh terhaap Islam . kemudian, mereka diharapkan
membelot dari Islam untuk sesuatu kepentingan, terakhir mereka
merendahkan dan mencela ulama yang berpegang teguh dengan Al-Quran,
mendorong dan menyusahkan mereka dalam mata pencaharian agar orang-orang
lari dari ajaran Islam. Lalu, menjadikan orang-orang yang bodoh dan
sesat sebagai fokus berita. Tujuannya untuk memberikan atau menghasilkan
gambaran yang jelek terhadap praktek ajaran Islam, juga untuk
mengaburkan Islam itu sendiri”.
Dan persekongkolan ini kelihatan jelas dalam dua bentuk : Al-Ghazwul Fikri (perang urat syaraf), Peperangan dengan senjata.
Dewasa ini -sebagai contoh- bagaimana Barat berhasil menanamkan ke
dalam pemikiran kaum muslimin, bahwa sosok orang yang multazim
(berpegang teguh dengan agamanya) dengan jenggot dan pakaian sebatas
mata kaki sebagai momok yang sangat menakutkan bagi kaum muslimin
sendiri, dia tidak lagi bebas bergerak, terasing dalam keramaian
umatnya, sebab semua mata memandangnya dengan pandangan penuh
kecurigaan, karena menurut mereka itulah gambaran sosok teroris yang
beringas, tidak mempunyai rasa kasih terhadap sesama.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ؛ وَأَسْتَغْفُرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ
إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْداً كَثِيْراً طَيِّباً مُبَارَكاً فِيْهِ كَمَا
يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ
وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
Kaum muslimin rahimakumullah,
Mengamati nash-nash syariat melalui pemahaman ulama yang telah
mengupas tuntas tentang hakikat pelecehan agama, berdasarkan kajian
terhadap kenyataan keadaan Salaf rahimahullah dalam menanggulangi dan
mencari jalan keluar dari problema ini, dapat kita ringkas melalui dua
jalan.
- Merubah sikap dan mental pelaku pelecehan itu sendiri.
- Mengukuhkan kembali pencegahan dari hal-hal yang punya hubungan dengan pelaku dari masyarakat, lingkungan, para juru dakwah dan orang yang merasa dirinya terpanggil untuk menjaga agamanya agar tidak dilecehkan.
Pertama : Solusi Internal Pelaku Pelecehan Agama
Maksudnya hendaknya pelaku pelecehan merasakan bahaya perbuatannya
yang dapat merugikan dunia dan akhiratnya dengan siraman rohani sehingga
kesadaran itu datang dengan sendirinya , ini dikenal dalam istilah
syariat dengan “ Wazi` Diniy”.
Pengaruh sarana pendidikan yang Islami serta media massa Islam
mempunyai peranan penting, sehingga mereka dapat meletakkan kedudukan
Allah sesuai dengan keagunganNya begitu juga mengenal kehormatan agama
yang hanif ini.
Ini seruan terhadap orang yang jatuh ke dalam jeratan syaithan sehingga dia jatuh ke dalam pelecehan terhadap agamanya sendiri;
Sudah waktunya anda belajar dan bersimpuh mengkaji Kitabullah dan
Sunnah Rasulullah, jika anda berpaling maka kehidupan sempit akan
menimpa anda di dunia sebelum akhirat, syaithanpun menjadi penunjuk
jalan anda menuju neraka.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada
hari kiamat dalam keadaan buta”. (Thaha:124)
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Yang Maha Pemurah (Al
Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan
itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya”.(Az-Zukhruf:36)
Sudah saatnya anda memenuhi hati anda dengan kecintaan kepada Allah
dan Rasulnya, sehingga tidak ada yang anda cinta kecuali Dia dan
mencintai sesuatu yang dapat mendekatkan kepadanya, sebaliknya membenci
semua yang dibenci olehNya.
Adalah Abu Bakar pernah mengucapkan dengan suara lantang keluar dari
kalbu yang dipenuhi kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya ketika
mendengar agamanya dilecehkan.
أَيَنْقُصُ الدِّيْنُ وَ أَنَا حَيٌّ؟!
Apakah agama akan berkurang, sedangkan aku masih hidup?!
Hendaknya mereka menjaga lidah mereka, karena berapa banyak orang
jatuh ke dalam neraka selama 70 musim karena sepotong kalimat yang dia
ucapkan! Abdullah bin Masud bersumpah dengan nama Allah; “Tidak ada di
atas permukaan bumi ini yang harus lama dipenjara kecuali lisan”. (10)
Kedua: Solusi Ektsternal
Yang dimaksud dengan hal ini adalah komponen penting dari kalangan
mushlihin (yang menghendaki perbaikan) dalam masyarakat, dan mereka
terbagi tiga kelompok.
- Penguasa; Nabi mengatakan: “Bahwa Allah menangkal (kejahatan) dengan sultan (kekuasaan) yang tidak dapat ditangkal oleh Al-Quran”. Dengan menggunakan kekuasaan yang telah diamanahkan Allah kepadanya untuk memberi hukuman yang setimpal bagi pelaku pelecehan, mencekal dan membredel buku atau makalah yang melecehkan Islam dan sebagainya.
- Juru Dakwah dan kalangan intelektual; Dengan menanamkan rasa hormat kepada agama dan pemeluknya, membantah tulisan atau ceramah yang dapat merusak citra Islam serta mentahzir orang-orang yang telah melecehkan agama.
- Masyarakat Muslim; Dengan mengambil tangan pelaku dan menasehatinya atau mengadukan kepada yang berwenang.
Dan ini kelihatan jelas pada masa Rasulullah, apa yang dilakukan oleh
Auf bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ketika dia berbalik membalas dengan
kata yang cukup pedas sambil mengadukan langsung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Maka sudah saatnya para muslihin mengangkat kepala mereka, dan tidak
membiarkan keindahan Islam dikotori oleh tangan-tangan yang tidak
bertanggung jawab. Wallahu a`lam.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ، وَخَيْرَ الهُدَى
هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ
مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعُةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ،
وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ .
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَعَاكُمُ اللهُ عَلَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةَ
المَهْدِيِيْنَ؛ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ،
وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِيْ الحَسَنَيْنِ عَلِيٍّ,
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ
وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ
بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ
وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابَكَ
وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا المُسْلِمِيْنَ المُسْتَضْعَفِيْنَ فِي
كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي أَرْضِ الشَامِ وَفِي كُلِّ
مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ كُنْ لَنَا وَلَهُمْ حَافِظاً وَمُعِيْنًا
وَمُسَدِّداً وَمُؤَيِّدًا،
اَللَّهُمَّ وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُبَنَا كُلَّهُ؛ دِقَّهُ وَجِلَّهُ،
أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ، سِرَّهُ وَعَلَّنَهُ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَحُبَّ العَمَلَ الَّذِيْ يُقَرِّبُنَا إِلَى حُبِّكَ. اَللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِيْنَةِ الإِيْمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةَ مُهْتَدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا،
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عباد الله، (إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ*
وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلا تَنقُضُوا
الأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمْ اللَّهَ عَلَيْكُمْ
كَفِيلاً إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ) [النحل:90-91]، فاذكروا اللهَ يذكرْكم، واشكُروه على نعمِه يزِدْكم، ولذِكْرُ اللهِ أكبرُ، واللهُ يعلمُ ما تصنعون.
(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Armen Halim Naro di majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun VIII/1425H/2004M).
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer