PENYELEWENGAN DAN PROBLEMATIKA PEMUDA
Penyebab penyelewengan dan problematika pemuda itu sangat banyak dan
bervariasi jenisnya. Karena manusia pada fase remaja mengalami
perkembangan pesat pada fisik dan mental. Fase ini merupakan fase
pertumbuhan sehingga sering
berubah dengan cepat. Oleh karena itu, pada fase ini sangatlah penting
mempersiapkan segala sesuatu yang bisa menjaga dan memantap jiwa, serta
perangkat yang bisa menuntun mereka menuju jalan yang lurus.
Berikut ini beberapa penyebab terjadinya penyelewengan:
Pertama: Waktu Luang Atau Menganggur
Waktu luang atau menganggur merupakan penyakit berbahaya yang bisa
mematikan pikiran, akal dan kemampuan fisik. Karena setiap jiwa itu
perlu dan butuh melakukan gerakan dan melakukan aktifitas. Tatkala itu
semua tidak ada, maka pikiran akan membeku, kemampuan jiwa untuk
beraktifitas semakin lemah, pikiran-pikiran kotor dan buruk akan
menguasai hati. Waktu luang tanpa ada kegiatan yang positif pasti akan
menimbulkan rasa jenuh yang sangat membosankan. Bisa jadi rasa ini akan
menimbulkan keinginan dan niatan buruk dengan tujuan untuk menghilangkan
rasa jenuh yang mendera. Na’ûdzu billâh.
Solusi dari permasalahan ini adalah seorang pemuda
hendaknya berusaha mencari dan melakukan kegiatan positif yang sesuai
dengan dirinya, baik kegiatan yang bersifat religi seperti menghadiri
majelis-majelis ilmu, membaca kitab atau buku agama kemudian menulis
resumenya, berziarah ke kerabat dan lain sebagainya, ataupun kegiatan
yang bersifat sosial kemasyarakatan, seperti ikut kerja bakti, berolah
raga dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan ini akan bisa menghindarkan dia
dari kekosongan dan kevakuman, serta menjadikannya salah satu anggota
masyarakat yang baik dan mampu berbuat untuk diri dan masyarakatnya
serta bisa menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan.
Kedua: Hubungan Tidak Harmonis
Hubungan yang tidak harmonis antara generasi muda dengan generasi
tua, atau antara pemuda dengan orang tua dalam keluarga atau diluar
keluarga. Terkadang kita melihat sebagian orang tua yang mengetahui
anak muda atau anak remajanya melakukan penyelewengan akan tetapi mereka
diam kebingungan, tidak mampu meluruskan mereka dan tidak bisa berbuat
apa-apa. Lebih menyedihkan lagi, sebagian dari orang tua merasa putus
asa dan menjatuhkan vonis kepada anak remajanya “tidak mungkin baik.
Sikap dan vonis ini jelas akan melahirkan kebencian kepada generasi
muda, sikap menjauh dari para pemuda dan akhirnya tidak peduli terhadap
keadaan generasi muda, terserah mereka mau baik atau tidak. Lebih parah
lagi, sebagian orang tua menyematkan gelar tidak baik tersebut kepada
semua generasi muda disekitarnya dan mereka memperlakukan semua anak
muda dengan sikap seperti itu. Akibatnya, masyarakat akan tercerai
berai, masing-masing dari generasi tua dan muda saling memandang dengan
pandangan yang tidak bersahabat atau dengan pandangan saling
menghinakan. Kondisi seperti ini sangat mengancam dan berbahaya bagi
kehidupan bermasyarakat.
Solusi dari permasalahan ini adalah hendaknya
masing-masing, generasi pemuda dan kaum tua berusaha menghilangkan sikap
saling menjauhi dan hubungan yang tidak harmonis diantara mereka.
Mereka seharusnya menyadari bahwa masyarakat yang terdiri dari kawula
muda dan generasi tua itu ibarat satu tubuh, bila salah satu bagiannya
rusak dan tidak segera dilakukan perbaikan, maka akan menyebabkan
semuanya rusak.
Para orang tua juga hendaknya memahami tanggung jawab yang dibebankan
kepada mereka terhadap generasi muda. Harusnya mereka menghilangkan dan
menjauhkan sikap putus asa dalam usaha memperbaiki generasi muda,
karena sesungguhnya Allâh Azza wa Jalla Maha Kuasa atas segala sesuatu,
termasuk Dia Maha Kuasa dalam memperbaiki generasi muda. Betapa banyak
orang yang tersesat tapi kemudian Allâh Azza wa Jalla memberikan
petunjuk kepadanya. Memohon pertolongan kepada Allâh Azza wa Jalla dalam
usaha memperbaiki mereka merupakan usaha penting yang tidak boleh
terlupakan sama sekali.
Untuk generasi muda, seyogyanya mereka menghormati dan menghargai
pendapat orang tua serta mau mendengar dan menerima nasehat mereka.
Karena bagaimanapun keadaan mereka, generasi tua telah banyak merasakan
asam garam kehidupan yang belum banyak dirasakan oleh generasi muda.
Apabila sikap bijak orang tua atau generasi tua bersatu padu dengan
kekuatan atau sikap energik generasi muda, maka insya Allâh, hampir bisa
dipastikan akan mendatangkan kebahagiaan dan banyak manfaat bagi
masyarakat.
Ketiga : Salah Memilih Teman
Menjalin relasi dan berteman dengan orang-orang yang menyimpang
merupakan salah satu penyebab penyimpangan generasi muda. Faktor ini
banyak memberikan pengaruh pada prilaku dan mental generasi muda. Oleh
karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
seseorang itu (sangat) tergantung pada agama temannya, maka hendaknya setiap orang melihat siapa orang yang dia ajak berteman. [HR. At-Tirmidzi, no. 2378]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda: permisalan
teman yang buruk seperti pandai besi, bisa jadi dia membakar bajumu,
atau kamu akan dapatkan darinya bau yang tidak sedap”
Solusi dari permasalahan ini adalah memilih teman yang baik.
Seorang pemuda hendaknya memilih orang baik sebagai temannya.
Tujuannya adalah agar dia mendapatkan keshalihan dan kebaikan orang
tersebut. Seorang pemuda sebelum memutuskan untuk berteman dengan
seseorang, hendaknya dia mencari informasi terlebih dahulu tentang
keadaan baik dan buruknya orang yang akan dijadikan sebagai teman
tersebut. Jika mereka berakhlak mulia, agamanya benar dan memiliki nama
baik di tengah masyarakat, maka orang seperti inilah yang sebenarnya dia
cari untuk dijadikan teman. Namun apabila sebaliknya, maka dia wajib
menjauhi mereka dan tidak berteman dengan mereka.
Seorang pemuda, hendaknya tidak terpesona dan tidak terpedaya dengan
manisnya ucapan dan indahnya penampilan. Karena itu, sejatinya hanya
tipuan dan penyesatan yang sering dilakukan oleh para pelaku keburukan
demi menarik perhatian dan hati orang-orang awam untuk memperbanyak
jumlah mereka dan dalam rangka menutupi keburukan mereka.
Keempat : Mengkonsumsi Bacaan-bacaan Yang merusak
Salah satu penyebab kerusakan generasi muda adalah membaca
bacaan-bacaan merusak yang menyebabkan seseorang ragu terhadap agama dan
akidahnya lalu yang menyeretnya menjauh dari akhlak mulia. Akibatnya,
jika seorang pemuda tidak memiliki benteng pertahanan yang kokoh berupa
ilmu agama yang mendalam yang bisa memandunya untuk membedakan antara
hak dan bathil, antara yang bermanfaat dan yang berbahaya, maka dia akan
terjatuh dalam kekufuran dan kehinaan serta terjebak dalam kubangan
dosa. Nas’alullâh as-salâmah,
Membaca bacaan-bacaan seperti ini bisa merusak generasi muda dan
merubahnya seratus delapan puluh derajat. Buku-buku yang merusak
tersebut, ibarat pepohonan beracun yang menemukan lahan subur pada akal
dan pikiran anak muda yang tidak terlindungi benteng yang kokoh.
Pohon-pohon itu akan menancap kokoh sementara akar dan rantingnya akan
semakin menguat. Akibatnya, standar pemikiran dan kehidupan pemuda
tersebut terbalik.
Solusi dari permasalahan ini adalah menghindari bacaan-bacaan yang merusak
Seorang anak muda dengan bimbiangan orang tua seharunya berpaling dan
menjauh dari bacaan-bacaan merusak seperti ini dan beralih kepada
buku-buku yang bisa menanamkan dan menumbuhkan rasa cinta kepada Allâh
Azza wa Jalla dan Rasul-Nya di dalam hati. Seorang pemuda yang ingin
memperbaiki diri harus merubah kebiasaannya membaca bacaan-bacaan yang
merusak menjadi gemar membaca bacaan yang bisa membantunya
merealisasikan iman dan amal shalih. Dan untuk bisa melakukan ini dia
harus bersabar, karena jiwa akan memberontak dan berusaha menyeratnya
untuk kembali kepada kebiasaan lama yang buruk. Jiwa akan membuatnya
bosan dan jemu mengkonsumsi bacaan-bacaan baru yang bermanfaat. Dia
seperti orang yang bergelut dengan jiwanya agar taat kepada Allâh, akan
tetapi jiwanya menolak dan lebih cendrung kepada perbuatan sia-sia dan
dosa.
Bacaan yang paling bermanfaat adalah kitabullâh (al-Qur’an) dan hadits-hadits Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam serta bacaan-bacaan yang ditulis oleh para Ulama rabbâniyin
seperti buku-buku tafsir yang shahih yang sejalan dengan nash dan akal
sehat juga bacaan-bacaan yang ditulis oleh para Ulama yang bersumber
dari al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kelima : Prasangka Buruk Terhadap Islam
Sebagian pemuda menyangka bahwa Islam membatasi kebebasan dan
mengekang potensi yang mereka miliki. Salah sangka ini menyebabkan
mereka lari menjauh dari Islam dan menumbuhkan keyakinan bahwa Islam
agama terbelakang yang membawa penganutnya tertinggal serta menghalangi
mereka kemajuan dan modernisasi.
Solusi dari permasalahan ini adalah memperlihatkan Islam yang sebenarnya
Generasi berkewajiban memberikan gambaran yang benar tentang Islam
bagi para pemuda yang tidak mengetahui hakikat Islam. Karena mereka
berpandangan seperti itu disebabkan prasangka buruk terhadap Islam atau
karena pengetahuan mereka yang minim tentang Islam atau mungkin juga
karena akumulasi dari keduanya.
Agama Islam bukan pengekang kebebasan, akan tetapi Islam mengatur
kebebasan dan mengarahkannya agar tidak terjadi benturan antara
kebebasan satu individu dengan kebebasan individu lainnya. Kalau
masing-masing diberi kebebasan tanpa batas, benturan pasti akan terjadi.
Jika demikian, kekacauan dan kerusakan akan menjadi hal lumrah di
tengah masyarakat. Na’udzu billah.
Oleh sebab itu, Allâh Azza wa Jalla menyebut hukum-hukum agama atau syari’at itu dengan sebutan hudûd (batasan-batasan). Misalnya yang terkait hukum haram, Allâh Azza wa Jalla menyebutkan:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا
Itu adalah batasan-batasan Allâh maka janganlah kamu mendekatinya [Al-Baqarah/2:187]
Sedangkan untuk yang terkait dengan yang wajib, Allâh menyebutkan:
تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَعتدوها
Dan itu adalah batasan-batasan Allâh maka janganlah kamu lampaui [Al-Baqarah/2:229]
Pengekangan dan pengaturan, dua hal yang jelas berbeda. Pengekangan
yang diyakini oleh sebagian orang atau sebagian pemuda tidak sama dengan
arahan dan pengaturan yang dilakukan Allâh Azza wa Jalla melalui
syariat-syari’at-Nya. Pengaturan adalah suatu yang lumrah dan itu
berlaku pada semua sisi kehidupan di alam semesta ini. Manusia dengan
tabi’at kemanusiannya tunduk kepada aturan yang bersifat alamiah ini.
Misalnya, ketika waktu lapar dan dahaga, maka dia pasti akan tunduk
pada aturannya untuk makan dan minum. Dia akan mengatur segala hal yang
berkaitan dengan makan dan minumnya, baik yang berhubungan dengan
porsi,pola dan jenis makanan agar kesehatan dan kebugaran tubuhnya
terjaga.
Contoh lainnya adalah orang yang tinggal ditengah masyarakat, maka
dia harus juga tunduk kepada aturan masyarakat. Dia tunduk dan mentaati
adat istiadat setempat yang berkaitan dengan bentuk tempat tinggal,
pola pakaian, aturan disaat akan melakukan perjalanan atau disaat akan
kembali dari suatu perjalanan, atau mungkin aturan selama dalam
perjalanan. Jika dia berani dan nekad melanggaran aturan-aturan yang
berlaku, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, maka dia harus
menerima ketika dirinya dicap nyeleneh oleh masyarakat dan mungkin akan
dijauhi oleh masyarakat.
Kalau begitu, semua yang ada dan berlaku dalam kehidupan ini tunduk
pada aturan-aturan dan batasan-batasn tertentu, agar semuanya berjalan
lancar dan supaya menggapai maksud yang diinginkan. Jika tunduk kepada
aturan bermasyarakat merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan agar
tercipta ketenangan dalam masyarakat dan terhindar dari kekacauan, maka
begitu pula tunduk pada aturan-aturan agama. Tunduk kepada aturan atau
batasan-batasan agama juga harus dilakukan agar ummat menjadi baik dan
berjaya.
Agama Islam juga bukan belenggu dan pengekang bagi potensi diri.
Justru sebaliknya, Islam mengembangkan potensi diri, baik yang bersifat
intelektual, emosional maupun fisik atau motorik.
Islam mengajak manusia untuk berpikir dan meneliti. Dengannya manusia
bisa mengambil pelajaran dan akal pikiran mereka akan semakin
berkembang. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ ۖ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَىٰ وَفُرَادَىٰ ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا
Sesungguhnya Aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu
supaya kamu menghadap Allâh (dengan ikhlas) berdua-dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad)
[As-Saba’/34:46]
Juga firman-Nya:
قُلِ انْظُرُوا مَاذَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi [Yûnus/10:101]
Agama Islam tidak hanya sebatas mengajak berpikir dan meneliti, namun
Islam juga mencela orang yang tidak mau berpikir, tidak mau meneliti
dan tidak mau berusaha memahami. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
أَوَلَمْ يَنْظُرُوا فِي مَلَكُوتِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا خَلَقَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ وَأَنْ عَسَىٰ
أَنْ يَكُونَ قَدِ اقْتَرَبَ أَجَلُهُمْ ۖ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ
Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan oleh Allâh, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah al-Qur’an itu? [Al-A’râf/7:185]
Allâh juga berfirman:
أَوَلَمْ يَتَفَكَّرُوا فِي أَنْفُسِهِمْ ۗ مَا خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَجَلٍ مُسَمًّى ۗ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ بِلِقَاءِ رَبِّهِمْ لَكَافِرُونَ
Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allâh
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan
Sesungguhnya kebanyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan
pertemuan dengan Rabbnya. [Ar-Rûm/30:8]
Juga firman-Nya:
وَمَنْ نُعَمِّرْهُ نُنَكِّسْهُ فِي الْخَلْقِ ۖ أَفَلَا يَعْقِلُونَ
Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami
kembalikan dia kepada kejadian(nya). Maka apakah mereka tidak
memikirkan? [Yâsîn/36:68]
Perintah berpikir dan meniliti atau menela’ah dalam Islam bertujuan
untuk mengembangkan potensi akal dan pikiran. Lalu bagaimana mungkin ada
orang yang mengatakan bahwa agama Islam adalah agama yang mengekang
potensi?!
(Terkait potensi fisik) Islam membolehkan bagi pemeluknya untuk
mengkonsumsi semua jenis kenikmatan dan kesenangan yang tidak mengandung
unsur yang bisa membahayakan bagi badan, akal juga agama.
Allâh membolehkan semua jenis makanan dan minuman yang halal. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Wahai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allâh, jika
benar-benar kalian hanya beribadah kepada-Nya. [Al-Baqarah/2:172]
Dan firman-Nya:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid! Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allâh tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. [Al-A’râf/7:31].
Agama islam juga membolehkan semua jenis pakaian yang selaras dengan hikmah dan fitrah. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan
pakaian takwa itulah yang paling baik. [Al-A’râf/7:26]
Juga firman-Nya:
قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ ۚ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Katakanlah, “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allâh yang
telah dikeluarkan-Nya untuk para hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah, “Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk
mereka saja) di hari kiamat.” [Al-A’râf/7:32]
Islam juga membolehkan manusia bersenang-senang dengan wanita melalui
ikatan pernikahan yang syar’i. Allâh Azza wa Jalla berfirman:
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا
Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap
(hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang
demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [An-Nisâ’/4:3]
Bahkan Islam membolehkan dan menghalalkan semua penghasilan yang
bersumber dari usaha halal yang dilandasi rasa ridha. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Dan Allâh telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba [Al-Baqarah/2:275]
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ ۖ وَإِلَيْهِ النُّشُورُ
ialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan [Al-Mulk/67:15]
Juga berfirman:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allâh [Al-Jumu’ah/62:10]
Setelah membaca dan memahami firman-firman Allâh di atas, masihkah
ada orang yang mengatakan atau menuduh bahwa Islam mengekang potensi?!
Inilah beberapa faktor penyimpangan yang banyak terjadi kalangan pemuda berikut beberapa solusinya. Semoga bermanfaat.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun XVIII/1436H/2015M.
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961,
Redaksi 08122589079 ]
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer