oleh: Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam membuka bacaan beliau dalam shalat
dengan mengucapkan doa-doa yang banyak lagi beragam. Di dalamnya beliau
memuji Allah Subhaanahu wa Ta’ala, memuliakan-Nya dan menyanjung-Nya.
Doa-doa inilah yang diistilahkan dengan doa istiftah. Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Rifa’ah ibn Rafi’ z,
sahabatnya yang keliru dalam shalatnya (al-musi’u shalatuhu):
إِنَّهُ لاَ تَتِمُّ صَلاَةٌ لِأَحَدٍ مِنَ النَّاسِ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
فَيَضَعَ الْوُضُوْءَ –يَعْنِي مَوْضِعَهُ- ثُمَّ يُكَبِّرَ، وَيَحْمَدَ
اللهَ l،وَيُثْنِيَ عَلَيْهِ، وَيَقْرَأَ بمَا تَيَسَّرَ مِنَ الْقُرْآنِ …
“Sesungguhnya tidak sempurna shalat seseorang dari manusia
hingga ia berwudhu lalu meletakkan wudhunya pada tempat-tempatnya,
kemudian ia bertakbir, memuji Allah Subhaanahu wa Ta’ala dan
menyanjung-Nya serta membaca apa yang mudah baginya dari Al-Qur’an…” (HR. Abu Dawud no. 857, dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Doa istiftah ini dibaca dengan
sirr (tidak dikeraskan), dan pendapat yang rajih (kuat) hukumnya
mustahab (sunnah) sebagaimana pendapat jumhur ulama dari kalangan
sahabat, tabi’in, dan orang-orang setelah mereka. Al-Imam
An-Nawawi Rahimahullah berkata, “Tidak diketahui ada yang menyelisihi
pendapat ini, kecuali Al-Imam Malik Rahimahullah. Beliau berkata, ‘Tidak
dibaca doa istiftah ini dan tidak ada sama sekali bacaan apapun antara
Al-Fatihah dan takbir. Yang seharusnya ia ucapkan adalah bertakbir:
Allahu Akbar, lalu membaca Alhamdulillahi Rabbil Alamin sampai akhir
dari surah Al-Fatihah.” (Al-Majmu’, 3/278)
Al-Imam Al-Albani Rahimahullah berkata, “Pendapat Al-Imam Malik Rahimahullah ini memberikan konsekuensi batalnya tiga sunnah:
Pertama: doa istiftah
Kedua: isti’adzah (mengucapkan A’udzubillah… dst, memohon perlindungan dari gangguan setan)
Ketiga: basmalah
Padahal ini merupakan sunnah yang pasti lagi mutawatir dari Nabi n.
Yang nampak, sunnah-sunnah ini tidak sampai kepada Al-Imam Malik
Rahimahullah. ataupun sampai kepada beliau akan tetapi beliau tidak
mengambilnya karena suatu sebab menurut beliau.” (Ashlu Shifati Shalatin
Nabi n, 1/239-240)
Sebagaimana telah disinggung di atas, doa-doa istiftah itu banyak dan beragam. Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam sendiri mengganti-ganti bacaan doa
istiftahnya. Terkadang membaca doa yang ini, di kali lain membaca doa
yang itu dan seterusnya. Ketika shalat fardhu beliau membaca yang satu
dan ketika shalat nafilah/sunnah beliau membaca yang lainnya.
Fadhilatusy Syaikh Al-Imam Muhammad ibnu Shalih Al-Utsaimin
Rahimahullah berkata, “Sepantasnya bagi seseorang beristiftah sekali
waktu dengan (doa istiftah) yang ini dan di waktu lain dengan (doa
istiftah) yang itu, agar ia menunaikan sunnah-sunnah seluruhnya. Dengan
cara seperti itu, berarti ia juga menghidupkan sunnah serta lebih
menghadirkan hati. Mengapa? Karena bila seseorang hanya membaca satu
macam doa istiftah secara terus-menerus (tidak menggantinya dengan doa
yang lain), niscaya hal itu akan menjadi kebiasaan baginya.
Sampai-sampai saat ia bertakbiratul ihram dalam keadaan hatinya lalai
(tidak perhatian dengan amalan shalatnya) sementara telah menjadi
kebiasaannya beristiftah dengan “Subhanaka allahumma wa bihamdik…”, maka
ia akan dapati dirinya tanpa sadar mulai membaca doa istiftah
tersebut.” (Asy-Syarhul Mumti’, 3/48)
Beberapa doa istiftah yang pernah diamalkan dan diajarkan Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam adalah sebagai berikut:
1. Bacaan:
اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ
الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ خَطَايَايَ كَمَا
يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ، اللَّهُمَّ اغْسِلْنِي
مِنْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
ALLAHUMMA BAA’ID BAINII WA BAINA KHATHAAYAAYA KAMAA BAA’ADTA
BAINAL MASYRIQI WAL MAGHRIB. ALLAHUMMA NAQQINII MINAL KHATHAAYAA KAMAA
YUNAQQATS TSAUBUL ABYADHU MINAD DANAS. ALLAHUMMAGHSIL KHATHAAYAAYA
BILMAA’I WATSTSALJI WAL BARAD
“Ya Allah, jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku
sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah,
bersihkanlah aku dari kesalahan-kesalahanku sebagaimana dibersihkannya
kain yang putih dari noda. Ya Allah, cucilah aku dari
kesalahan-kesalahanku dengan air, hujan es, dan air dingin.” (HR.
Al-Bukhari no. 744 dan Muslim no. 1353, dari Abu Hurairah z)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat fardhu.
2. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ، إِنَّ صَلاَتِي
وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ، وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ رَبِّي
وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ
لِي ذَنْبِي جَمِيْعًا إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ.
وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ
أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا, لاَ يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا
إِلاَّ أَنْتَ. لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ، وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ،
وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ
وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
“WAJJAHTU
WAJHIYA LILLADZII FATHARAS SAMAAWAATI WAL ARDLA HANIIFAN WAMAA ANAA
MINAL MUSYRIKIIN, INNA SHALAATII WA NUSUKII WA MAHYAAYA WA MAMAATII
LILLAHI RABBIL ‘AALAMIIN LAA SYARIIKA LAHU WA BIDZAALIKA UMIRTU WA ANAA
MINAL MUSLIMIIN ALLAHUMMA ANTAL MALIKU LAA ILAAHA ILLAA ANTA, ANTA
RABBII WA ANAA ‘ABDUKA ZHALAMTU NAFSII WA’TARAFTU BI DZANBII FAGHFIL LII
DZUNUUBII JAMII’AN INNAHU LAA YAGHFIRUDZ DZUNUUB ILLAA ANTA WAH DINII
LIAHSANAIL AKHLAAQ LAA YAHDII LIAHSANIHAA ILLAA ANTA WASHRIF ‘ANNII
SAYYI`AHAA LAA YASHRIFU ‘ANNII SAYYI`AHAA ILLAA ANTA LABBAIKA WA
SA’DAIKA WAL KHAIRU KULLUHU FII YADAIK WASY SYARRU LAISA ILAIKA ANAA
BIKA WA ILAIKA TABAARAKTA WA TA’AALAITA ASTAGHFIRUKA WA ATUUBU ILAIKA”
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah memulai penciptaan
langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus
mengarah kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup
dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku adalah orang yang
pertama kali berserah diri1. Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada
sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah
hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka
ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat
mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang
terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik
kecuali Engkau. Dan palingkan/jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan
tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau.
Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik
(terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang
Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan-Mu, dan
kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu2. Aku berlindung, bersandar
kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi
Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.” (HR.
Muslim no. 1809 dari Ali bin Abi Thalib z)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkan doa istiftah
ini dalam shalat fardhu dan shalat nafilah. Ini menyelisihi pendapat
sebagian ulama yang mengatakan bahwa doa istiftah ini dibaca dalam
shalat lail (tahajud), seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi Rahimahullah
dalam Musnad-Nya (23) dan Ibnul Qayyim Rahimahullah dalam Zadul Ma’ad
(1/51) mengatakan, “Yang benar, doa istiftah ini hanyalah diucapkan
beliau n dalam qiyamul lail.” Namun pendapat yang benar sebagaimana yang
telah kami sebutkan. (Ashlu Shifah Shalatin Nabi n, 1/249)
3. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي,
وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ، وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحاَنَكَ
وَبِحَمْدِكَ
“Aku
hadapkan wajahku kepada Dzat yang mencipta langit-langit dan bumi tanpa
ada contoh sebelumnya, dalam keadaan aku lurus, condong kepada al-haq
lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik.
Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku hanyalah
untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah
aku diperintah dan aku adalah orang yang pertama kali berserah diri. Ya
Allah, Engkau adalah Raja tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau.
Mahasuci Engkau dan sepenuh pujian kepada-Mu.” (HR. An-Nasa’i no. 898
dari Muhammad bin Maslamah z. Dishahihkan dalam Shahih Ibni Majah dan
Al-Misykat no. 821)
4. Bacaan:
وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ. إِنَّ صَلاَتِي
وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلهِ رَبِّ الْعَلَمِيْنَ، لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلاَقِ، لاَ
يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ. وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ
وَسَيِّئَ الْأَخْلاَقِ، لاَ يَقِي سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ
“Aku hadapkan wajahku kepada Dzat yang telah memulai penciptaan
langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya, dalam keadaan lurus
condong kepada al-haq, lagi berserah diri, dan aku bukanlah termasuk
orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku, ibadah sembelihanku, hidup
dan matiku, hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu
bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku termasuk orang-orang
yang berserah diri. Ya Allah, tunjukilah aku kepada amalan yang terbaik
dan akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada
amalan dan akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Jagalah aku dari amal
yang buruk dan akhlak yang jelek, tidak ada yang dapat menjaga dari amal
dan akhlak yang buruk kecuali Engkau.” (HR. An-Nasa’i no. 896 dari
Jabir c. Dishahihkan dalam Shahih Ibni Majah dan Al-Misykat no. 820)
5. Bacaan:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
“SUBHANAKA ALLAHUMMA WA BIHAMDIKA WA TABARAKAS-MUKA WA TA’ALA JADDUKA WA LA ILAHA GHAIRAKA”
“Mahasuci Engkau, ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah
keberkahan nama-Mu, Mahatinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 776,
An-Nasa‘i no. 899, dan selain keduanya dari Abu Sa’id Al-Khudri z.
Dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda yang
maknanya, “Ucapan yang paling dicintai oleh Allah adalah seorang hamba
mengucapkan: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ… (Diriwayatkan oleh Ibnu Mandah
dalam At-Tauhid, 2/123. Juga diriwayatkan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum
wal Lailah, 488/849, dengan sanad yang hasan sebagaimana dalam
Ash-Shahihah no. 2939)
6. Bacaan:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ, وَتَبَارَكَ اسْمُكَ, وَتَعَالَى
جَدُّكَ, وَ لاَ إِلَهَ غَيْرُكَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ (ثَلَاثًا),
اللهُ أَكْبَر كَبِيْرًا (ثَلَاثًا)
“Mahasuci Engkau, ya Allah, dan sepenuh pujian kepada-Mu. Berlimpah
keberkahan nama-Mu, Mahatinggi kemuliaan dan keagungan-Mu, dan tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Engkau. Tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Allah (3 kali), Allah Maha Besar (3 kali).” (HR. Abu Dawud no.
775 dari Abu Sa’id Al-Khudri z. Dishahihkan dalam Shahih Abi Dawud)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat malam (tahajud).
7. Bacaan:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً
ALLAHU AKBAR KABIRAW WAL HAMDU LILLAHI KATSIIRAW WASUBHAANALLAAHI BUKRATAN WA ASHIILAN
“Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak.
Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.” (HR. Muslim no. 1357 dan
yang selainnya dari Ibnu Umar c)
Doa ini diucapkan seorang sahabat ketika beristiftah, maka Rasulullah
Shallallaahu ‘alaihi wasallam setelah menanyakan siapa pengucapnya,
beliau bersabda, “Aku merasa kagum dengan doa tersebut! Dibukakan untuk
doa tersebut pintu-pintu langit.”
8. Bacaan:
الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
ALHAMDU LILLAHI HAMDAN KATSIIRAN THAYYIBAN MUBAARAKAN FIIHI
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi
diberkahi di dalamnya.” (HR. Muslim no. 1356 dari Anas bin Malik z)
Doa ini diucapkan seorang sahabat yang lain ketika beristiftah, maka
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sungguh aku melihat
dua belas malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang akan
mengangkat doa tersebut.”
9. Bacaan:
اللُّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ قَيِّمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ، لَكَ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ حَقٌّ،
وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَقَوْلُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ
حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ، وَمُحَمّدٌ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ،
اللَّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ،
وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ
لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ،
أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ, لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ،
وَلاَ حَوْلَ وَ لاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
“Ya
Allah, hanya milik-Mu lah segala pujian. Engkau adalah Penegak (yang
menjaga dan memelihara) langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di
dalamnya. Dan hanya milik-Mu lah segala pujian, hanya milik-Mu lah
kerajaan langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Hanya
milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah pemberi cahaya langit-langit
dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah Raja
langit-langit dan bumi dan siapa yang ada di dalamnya. Hanya milik-Mu
lah segala pujian. Engkau adalah Al-Haq (Dzat yang pasti wujudnya),
janji-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar, ucapan-Mu benar, surga itu
benar adanya, neraka itu benar adanya, para nabi itu benar, Muhammad itu
benar dan hari kebangkitan itu benar (akan terjadi). Ya Allah, hanya
kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya
kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku kembali, dan hanya
karena-Mu aku berdebat, hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah
dosa-dosa yang telah kuperbuat dan yang belakangan kuperbuat, ampunilah
apa yang aku rahasiakan dan apa yang kutampakkan. Engkau adalah Dzat
yang Terdahulu, dan Engkau adalah Dzat yang Paling Akhir, tidak ada
sesembahan yang benar kecuali Engkau, tiada daya dan upaya kecuali
dengan pertolongan Allah.” (HR. Al-Bukhari no. 1120 dan Muslim no. 1805
dari Ibnu Abbas c, lafadz yang dibawakan adalah lafadz Al-Bukhari)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa mengucapkan doa istiftah ini dalam shalat tahajjud.
10. Bacaan:
اللَّهُمَّ رَبَّ جِبْرَئِيْلَ وَمِيْكَائِيْلَ وَإِسْرَافِيْلَ،
فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ،
أَنْتَ تَحْكُمُ بَيْنَ عِبَادِكَ فِيمَا كاَنُوْا فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ،
اهْدِنِي لِمَا اخْتُلِفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ، إِنَّكَ
تَهْدِي مَنْ تَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ
“Ya
Allah, wahai Rabb Jibril, Mikail dan Israfil! Wahai Yang memulai
penciptaan langit-langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya! Wahai
Dzat Yang mengetahui yang gaib dan yang tampak! Engkau
menghukumi/memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka
berselisih di dalamnya. Tunjukilah aku mana yang benar dari apa yang
diperselisihkan dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan hidayah
kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” (HR. Muslim no.
1808 dari Aisyah x)
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengucapkannya dalam shalat lail (shalat malam).
11. Bacaan:
اللهُ أَكْبَرُ (عَشْرًا)، الْحَمْدُ لِلهِ (عَشْرًا)، سُبْحَانَ اللهِ
(عَشْرًا), لاَ إِلَهَ إلاَّ اللهُ (عَشْرًا)، أَسْتَغْفِرُ اللهَ
(عَشْراً).
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَاهْدِنِي، وَارْزُقْنِي، وَعَافِنِي (عَشْرًا).
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الضِّيْقِ يَوْمَ الْحِسَابِ (عَشْرًا)
Allah Maha Besar (10 kali). Segala puji bagi Allah (10 kali).
Mahasuci Allah (10 kali), tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah
(10 kali), aku memohon ampun kepada Allah (10 kali).
(kemudian membaca) Ya Allah, ampunilah aku, berilah petunjuk kepadaku, berilah rezeki kepadaku dan maafkanlah aku. (10 kali)
(kemudian diteruskan dengan membaca) Ya Allah, sungguh aku berlindung
kepada-Mu dari kesempitan pada hari penghisaban (perhitungan amalan).
(HR. Ahmad 6/143 dan Ath-Thabarani dalam Al-Ausath 62/2, dari Aisyah
x, dengan sanad yang shahih sebagaimana dalam Ashlu Shifati Shalatin
Nabi n, 1/267 )
Doa-doa istiftah tersebut tidak digabungkan saat dibaca
Doa-doa istiftah di atas tidak digabungkan saat dibaca, karena Nabi
Shallallaahu ‘alaihi wasallam ketika ditanya Abu Hurairah Radhiyallaahu
‘anhu tentang bacaan istiftah beliau, beliau menjawab dengan bacaan:
اللَّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ….
Beliau tidaklah menyebut doa istiftah yang lain setelah itu. Ini
menunjukkan bahwa beliau tidak menggabungkan doa-doa istiftah yang ada.
(Asy-Syarhul Mumti’, 3/52)
Sumber :
(LENGKAP) DO’A ISTIFTAH/”IFTITAH” YANG BENAR DAN ARTINYA
DALAM LATIN BAHASA INDONESIA : Bacaan Iftitah dan terjemahannya, Do’a
Iftitah dalam Sholat, “Do’a Iftitah Allaahumma ba’id baini”, Do’a
Iftitah menurut sunnah
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer