Pertanyaan :
Assalamu’alaykum
Saya mau tanya perihal terjemahan Al-Qur’an yang biasanya ada kata
“kami menurunkan”…kami disana itu maksudnya apa ya?
aryoniam@gmail.com
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Pertama, bahwa al-Quran turun dengan bahasa arab. Karena itu, setiap
kata yang ada dalam al-Quran, tidak boleh kita pahami dengan pendekatan
bahasa kita. Karena akan memberikan kesimpulan yang berbeda.
Sebagai contoh, kata ’fitnah’. Dalam bahasa kita, fitnah artinya tuduhan dusta.
Ini berbeda dengan makna fitnah dalam bahasa arab. Fitnah dalam bahasa
al-Quran, maknanya adalah semua bentuk ujian atau keadaan yang
menggoyang iman seseorang.
Karena itu, termasuk kesalahan, ketika ada seseorang yang membantah
tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya. Lalu dia mengutip ayat,
وَالْفِتْنَةُ أَشَدُّ مِنَ الْقَتْلِ
”Fitnah lebih kejam dari pada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 191).
Kemudian dia mengatakan, dosa memfitnah (menuduh dusta) lebih besar dari pada pembunuhan.
Jelas ini pendalilan yang tidak pada tempatnya. Karena makna kata
’fitnah’ pada ayat di atas adalah kekufuran dengan sepakat ahli tafsir.
(Zadul Masir, 1/155). Artinya sama sekali tidak ada kaitannya dengan
makna fitnah dalam bahasa kita yaitu tuduhan dusta.
Kedua, kata ’kami’ dalam bahasa
arab, tidak selalu menunjukkan kata ganti orang pertama jamak. Kata
’kami’ dalam bahasa arab juga digunakan untuk mengagungkan (ta’dzim)
orang yang berbicara.
Syaikhul Islam mengatakan,
فالله
سبحانه وتعالى يذكر نفسه تارة بصيغة المفرد مظهراً أو مضمراً، وتارة بصيغة
الجمع كقوله: “إنا فتحنا لك فتحاً مبيناً ” وأمثال ذلك. ولا يذكر نفسه
بصيغة التثنية قط، لأن صيغة الجمع تقتضي التعظيم الذي يستحقه ، وربما تدل
على معاني أسمائه، وأما صيغة التثنية فتدل على العدد المحصور، وهو مقدس عن
ذلك
Allah ta’ala menyebut
dirinya dengan kata yang bermakna tunggal, baik dengan kata ganti
tunggal atau dengan menyebut namanya. Dan terkadang, Allah menyebut
dengan bentuk jamak, seperti firman-Nya,
إنا فتحنا لك فتحاً مبيناً
“Sesungguhnya Kami akan memberikan kemenangan yang nyata bagimu.” (QS. Al-Fath: 1).
Atau yang semisal dengan ayat di atas.
Dan Allah tidak pernah menyebut dirinya dengan kata yang menunjukkan
makna ganda, sama sekali. Karena bentuk jamak memberikan makna
pengagungan (ta’dzim), yang Dia berhak untuk menyandangnya. Dan
terkadang menunjukkan makna-makna nama-Nya. Sementara kata yang bermakna
ganda, kata itu menujukkan bilangan tertentu, dan Allah Maha Suci dari
pembatasan bilangan ini. (Aqidah at-Tadmuriyah, hlm. 29).
Ketiga, makna kata ’kami’ dalam bahasa Indonesia
Dalam bahasa Indonesia, kata ’kami’ juga digunakan untuk selain makna
jamak. Dalam pidato resmi, pak RT, pak Lurah, ketua takmir, sering kali
menggunakan kata ini. ’Kami selaku ketua RT’, ’Kami selaku ketua takmir
masjid…’ dst. Padahal kita tahu, Pak RT hanya satu, Pak Lurah juga satu,
ketua takmir juga satu.
Dan jika kita perhatikan, makna kata ’kami’ dalam bahasa Indonesia,
berbeda dengan makna kata ’kami’ dalam bahasa arab. Orang yang berbicara
menggunakan kata ’kami’ justru untuk menunjukkan kerendahan hati.
Sebaliknya, ketika pidato, mereka menghindari kata ’Aku’, karena kata
ini terlalu menonjolkan dirinya.
Coba kita bandingkan dua kalimat berikut:
”Kami selaku ketua RT, …”
”Aku, selaku ketua RT, …”
Kalimat pertama mengesankan kerendahan, dan kalimat kedua mengesankan keangkuhan.
Karena itu, kata [نحن] atau [إنا] dalam al-Quran, akan lebih tepat jika
diterjemahkan dengan AKU, dan bukan KAMI. Karena kata ganti tunggal
jamak dalam bahasa arab, fungsinya adalah untuk pengagungan, berbeda
dengan bahasa kita.
Allahu a’lam
Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)