Mengapa bekerja keras sampai lembur segala? Bukankah urusan rejeki sudah ditakdirkan alias telah dijamin ? Sedangkan surga atau neraka harus diupayakan, alias belum ada jaminan..
Satu motivasi untuk beribadah dan
mengutamakan urusan akhirat yang nampak indah dan menyejukkan hati.
Terlebih bagi anda yang telah memahami bahwa urusan dunia begitu hina
dina sedangkan akhirat begitu mulia, dan memahami bahwa urusan rejeki benar-benar urusan kodrat ilahi.
(يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِي
الطَّلَبِ فَإِنَّ نَفْساْ لَنْ تَمُوَت حَتىَّ تَسْتَوْفِيَ رِزْقَهَا
وَإِنْ أَبْطَأَ عَنْهَا، فَاتَّقُوا الله وَأَجْمِلُوا فِي الطَّلَبِ،
خُذُوا مَا حَلَّ وَدَعُوا مَا حَرَمَ). رواه ابن ماجة
“Wahai
umat manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, dan tempuhlah jalan yang
baik dalam mencari rizqi, karena sesungguhnya tidaklah seorang hamba
akan mati, hingga ia benar-ebnar telah mengenyam seluruh rizqinya,
walaupun telat datangnya. Maka bertakwalah kepada Allah, dan tempuhlah
jalan yang baik dalam mencari rizqi. Tempuhlah jalan-jalan mencari rizki
yang halal dan tinggalkan yang haram.” (HR. Ibnu Majah 1756, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah).
Mendengar motivasi ini, anda semakin tergugah untuk meningkatkan
ibadah, dan zuhud terhadap urusan dunia. Tentu saja ini adalah sikap
yang begus dan patut diapresiasi.
Walau demikian, sadarkah anda bahwa ungkapan di atas walau bertujuan
baik, namun disadari atau tidak mengandung kesalahan besar. Karena
ternyata urusan surga dan neraka juga telah menjadi bagian dari kodrat
ilahi. Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam menghadiri penguburan seorang jenazah. Sambil menanti proses penggalian selesai, berliau duduk lalu bersabda:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ مَا مِنْ نَفْسٍ مَنْفُوسَةٍ
إِلاَّ وَقَدْ كَتَبَ اللَّهُ مَكَانَهَا مِنَ الْجَنَّةِ وَالنَّارِ
وَإِلاَّ وَقَدْ كُتِبَتْ شَقِيَّةً أَوْ سَعِيدَةً
“Tiada seorang jiwapun melainkan Allah telah menuliskan tempat
kembalinya, baik di surga atau di neraka, dan juga telah dituliskan
apakah ia berbahagia atau sengsara”
Tak ayal lagi, pernyataan Nabi shallallahu alaihi wa sallam ini mengejutkan para sahabat, sehingga salah seorang dari mereka segera bertanya: “Wahai
Rasulullah , bila demikian apa tidak lebih baik kita mengandalkan
catatan takdir kami dan meninggalkan segala bentuk amalan (usaha)?“. Menanggapi pertanyaan ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ فَسَيَصِيرُ إِلَى
عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ
فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ
أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ
وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ
“Siapapun yang ditakdirkan termasuk dari orang yang berbahagia
niscaya ia berhasil mengamalkan amalan orang-orang yang berbahagia.
Sebaliknya orang yang ditakdirkan menjadi bagian dari orang-orang
serangsara, niscaya ia hanyut dalam amalan orang-orang sengsara.
Beramallah kalian, karena setiap orang pastilah mendapat
kemudahan. orang-orang yang berbahagia pastilah dimudahkan untuk
mengamalkan amalan orang-orang yang berbahagia. Sedangkan orang-orang
sengsara pasti pula dimudahkan untuk hanyut dalam amalan orang-orang
sengsara“.
Selanjutnya beliau membaca ayat berkut:
( فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى
فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى وَكَذَّبَ
بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى)
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan
bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami
kelak akan memudahkan baginya jalan yang mudah (kebahagiaan). Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan
pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan memudahkan baginya (jalan)
yang sukar (kesengsaraan)” (QS. Al Lail 5-10) [HR. Muslim 2647]
Semoga bermanfaat.
—
Penulis: DR. Muhammad Arifin Baderi, Lc., MA.
Artikel Muslim.Or.Id
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer