Ikhwatal Islam, coba perhatikan siapa yang menciptakan
langit dan bumi? Yang menciptakan laut yang bergelombang? Yang
menciptakan tetumbuhan? Bahkan yang menciptakan diri kita ini? Dialah
Allah. Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan sesuatu karena
adanya hikmah. Manusia diciptakan tidak mungkin diciptakan sia-sia
begitu saja. Allah berfirman (yang artinya): “apakah kalian mengira
bahwa Kami menciptakan kalian itu dengan sia-sia? Dan apakah kalian
mengira bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al Mu’minun: 115).
Ikhwatal Islam, sadarkah kita bahwa kita ini adalah hamba
Allah. Bahwa kita ini adalah budak, seorang abdun. Kita sangat butuh
kepada nikmat-nikmat Allah. Pernahkah kita berkata: “saya tidak butuh kepada nikmat Allah”, barang sekejap mata? Pernahkah kita berkata: “saya tidak butuh kepada nikmat Allah dan karunianya”,
walaupun hanya sedetik? Sementara udara kita terus hirup. Kita butuh
air setiap harinya. Kita pun butuh makanan setiap hari. Bayangkan apa
jadinya jika kita tidak bisa menghirup udara! Bayangkan jika Allah
jadikan air kering kerontang tak ada yang bisa diminum! Bayangkan apa
jadinya bila Allah tahan air hujan sehingga kita tidak bisa merasakan
banyak kenikmatan! Bayangkan apabila Allah menghentikan buah-buahan
untuk tumbuh dan berkembang!
Maka saudaraku, semoga Allah memuliakanmu, kita ini hamba. Sadarlah
bahwa kita ini adalah hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tanyakan pada
diri kita semua, apakah kita lebih suka menjadi hamba Allah ataukah
menjadi hamba hawa nafsu? Ataukah kita lebih suka menjadi hamba-hamba
dinar, dirham atau hamba-hamba manusia? Yang ternyata manusia tidak bisa
memberikan manfaat dan mudharat (tanpa izin Allah), tidak bisa
memberikan pahala dan siksa (tanpa izin Allah).
Saudaraku, kita diciptakan oleh Allah dalam bentuk yang paling sempurna. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “sungguh kami telah ciptakan manusia dalam bentuk yang paling bagus”
(QS. At Tin: 4). Akan tetapi ketika kita tidak sadar bahwa kita adalah
hamba, bahwa kita adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah Ta’ala, maka
kita menjadi rendah derajatnya. Oleh karena itu setelahnya Allah
berfirman, “kemudian Kami kembali ia ke tempat yang paling rendah (api neraka)” (QS. At Tin: 5). Akibat dari apa? Akibat ia tidak sadar bahwa ia adalah hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Anda punya mobil? Anda punya hotel? Anda punya rumah mewah? Anda
seorang jendral? Anda seorang yang berkedudukan tinggi? Anda seorang
presiden? Baiklah. Siapa yang memberikan itu semua kepada anda? Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Kalau Allah mau mencabut itu semua dari kita dan dari anda, bagi Allah
itu mudah sekali. Betapa banyak kaum yang Allah berikan kepada mereka
kenikmatan lalu sekonyonh-konyong Allah cabut dari mereka akibat maksiat
yang mereka lakukan.
Saudaraku, semoga Allah memuliakanmu. Betapa kita harus menyadari
bahwa kita adalah hamba Allah yang telah diberikan berbagai macam nikmat
oleh Allah. Tidak ada yang bisa disombongkan dari kita. Kita lemah.
Harta yang kita miliki, kedudukan yang kita tempati, ketampanan yang
kita miliki, semuanya diberikan oleh Allah. Jadi untuk apa kita
sombongkan? Semua itu akan ditanya oleh Allah kelak.
Allah Rabbul Izzati wal Jalalah, menyebut hamba-hambanya dengan pemuliaan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “dan
hamba-hamba Ar Rahman yang itu adalah orang-orang yang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,
mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (QS. Al Furqan: 63). Di sini Allah menisbatkan “hamba-hamba” dengan “Ar Rahman” menunjukkan pemuliaan. Kita tidak ingin menjadi hamba harta, hamba kedudukan, hamba dunia.
Kata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, “celaka hambanya dinar, celaka hambanya dirham, celaka hambanya khamisah (sejenis baju)” (HR. Al Bukhari). Subhaanallah,
tentu kita tidak ingin kita yang diciptakan sebagai hamba yang mulia
kemudian kita menjadi rendah karena menghambakan diri kepada makhluk.
Kita hamba Allah, dan kita bangga dengan penghambaan kepada Allah.
Menghambakan diri kepada Allah adalah kemuliaan. Karena Allah lah yang
memiliki kemuliaan. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda, “perbanyaklah mengucapkan ‘yaa dzal jalali wal ikram‘” (HR. Tirmidzi, dishahihkan Al Albani dalam Ash Shahihah).
Anda ingin mendapatkan keagungan? Anda ingin mendapatkan kemuliaan?
Maka ingatlah, keagungan dan kemuliaan itu milik Allah. Siapa yang
memuliakan Allah, Allah akan jadikan ia mulia di hadapan manusia. Siapa
yang mengagungkan Allah, Allah jadikan ia agung di hadapan manusia.
Lihatlah para Nabi, mereka agung dan mulia di mata manusia. Kenapa?
Karena mereka memuliakan dan mengagungkan Allah. Lihatlah para Malaikat,
mereka mulia di mata manusia. Siapa diantara kita yang tidak ingin
disebut “anda bagaikan malaikat!”. Saya yakin kalau ada orang yang disebut “anda bagaikan malaikat!” dia akan tersanjung. Karena ia tahu bahwa Malaikat adalah makhluk yang senantiasa taat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Tapi bagaimana jika anda dikatakan “anda seperti iblis!”,
anda tentu akan marah. Kenapa? Karena iblis bermaksiat kepada Allah.
Demikian lah orang-orang yang bermaksiat kepada Allah, yang tidak sadar
bahwa dirinya adalah hamba. Yang ia pun sombong dari menjalankan
perintah-perintah Allah. Maka Allah jadikan ia hina di hadapan manusia.
Allah jadikan ia hina di hadapan seluruh makhluk.
Mana yang lebih anda sukai? Nanti pada hari kiamat anda berkumpul
dengan para Nabi dan orang-orang shalih? Ataukah berkumpul dengan
Fir’aun, Qarun dan Haman? Tentu anda akan berkata “saya ingin berkumpul dengan para Nabi”.
Kenapa? Karena mereka orang-orang yang menaati Allah, mengagungkan
Allah dan memuliakan Allah. Maka wahai saudaraku, apabila kita sebagai
seorang hamba ingin mencari kemuliaan, muliakanlah Allah. Apabila kita
sebagai seorang hamba ingin mencari keagungan, agungkanlah Allah. Karena
Allah lah yang memiliki kemuliaan dan keagungan.
Sadarilah bahwa diri kita adalah seorang hamba. Makanya disebutkan dalam sebuah atsar, “semoga Allah merahmati seorang hamba, yang menyadari siapa dirinya”.
Kita harus tahu diri bahwa kita ini hamba Allah, diciptakan oleh Allah,
diberi segala kenikmatan oleh Allah, berarti tugas kita adalah
bersyukur kepada Allah dan menyadari bahwa kita akan kembali kepada
Allah. Kemudian pada hari itu kita akan ditanya oleh Allah tentang
perbuatan-perbuatan kita.
Kita diciptakan oleh Allah untuk tujuan yang agung yaitu ibadah. Maka
mintalah pertolongan dari Allah agar kita dibantu memperbaiki ibadah
kita kepada Allah. Makanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:
/allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika/
“Ya Allah bantulah aku agar senantiasa berdzikir kepada-Mu, mensyukuri nikmat-Mu dan memperbaiki ibadahku kepada-Mu” (HR. Abu Daud, Ibnu Hibban, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abi Daud).
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam merasa bangga dirinya sebagai hamba. Beliau bersabda, “sesungguhnya aku ini adalah hamba. Maka katakanlah tentangku: hamba Allah dan Rasul-Nya” (HR. Al Bukhari). Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam mengatakan: “aku ini adalah hamba”! Manusia yang paling tinggi derajatnya di sisi Allah ternyata ia tidak malu untuk menyatakan: “aku ini hamba Allah”.
Bahkan para malaikat pun tidak merasa sombong untuk berkata bahwa
mereka adalah hamba Allah. Karena menjadi hamba Allah itu mulia.
Sedangkan mereka yang mencari kedudukan duniawi, mereka tidak sadar
bahwa mereka menghambakan diri kepada makhluk. Rendah. Mereka tidak
sadar bahwa mereka menghambakan diri kepada harta. Rendah. Mereka tidak
sadar bahwa mereka menghambakan diri kepada hawa nafsu. “Sesungguhnya hawa nafsu selalu menyeret kepada keburukan” (QS. Yusuf: 53).
Maka saudaraku, sadarkan bahwa kita ini adalah hamba? Kata Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, “siapa
yang berucap: Aku ridha Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku,
dan Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam sebagai Nabiku, maka ia
wajib masuk ke dalam surga” (HR. Muslim).
Indah jika kita menghambakan diri kepada Allah. Semakin kita berusaha
menghambakan diri, kita akan semakin mendapatkan kesempurnaan di sisi
Allah. Semoga yang sedikit ini mengingatkan diri kita bahwa kita ini
hamba, dan bahwa kewajiban kita adalah menghambakan diri kepada Allah
dengan merealisasikan semua ibadah hanya kepada Allah. Doa kita hanya
kepada Allah, tawakkal kita hanya kepada Allah, harap kita kepada Allah,
cinta dan benci kita karena Allah, dan semua ibadah hanya kepada Allah.
Allah berfirman (yang artinya), “katakanlah: sesungguhnya shalat, sembelihanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah, Rabbul ‘alamin” (QS. Al An’am: 162).
Subhanallah, itulah mereka hamba-hamba yang mulia. Maka jadikanlah kita mulia dengan menghambakan diri kepada Allah.
***
Ust. Badrusalam Lc.
Dari Buletin Al Hikmah edisi 3-46, diterbitkan oleh Radio Rodja
Ust. Badrusalam Lc.
Dari Buletin Al Hikmah edisi 3-46, diterbitkan oleh Radio Rodja
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer