(( Nasehat Terbuka Untuk Wakil Sekjen MUI & Kaum Muslimin Secara Umum ))
Bismillah Was Sholatu Wa Salamu ‘Ala Rasuulillah, Wa ‘Ala Aalihi Wa Shohbihi Wa Man Waalah. Amma ba’du.
Lidah memang tak bertulang, oleh
karena-nya lah Baginda Nabi pernah bersabda bahwa dua hal yang
menyebabkan manusia masuk neraka adalah sesuatu yang berada diantara dua
paha’ (yakni kemaluan) dan sesuatu yang berada diantara dua bibir
(yakni lisan).
Dosa lisan tidak menjamin untuk tidak
menerpa orang bersorban atau berjubah sekaligus, atau bahkan seseorang
yang telah menyandang gelar “Syaikh”.
Na’am, semoga Allah menjauhkan kita dari segala maksiat yang dapat menyebabkan kita di campakkan ke dalam neraka !!
Nabi melarang ummatnya untuk berbuat
ghibah, yakni menggunjiing dan mengoleksi cacat atau keburukan pribadi
seorang muslim, meskipun hal itu ada pada dirinya, apabila keburukan itu
tidak ada pada dirinya lalu di ceritakan dan di umbar dihadapan
manusia,maka itu di namakan BUHTAN, dan dosanya lebih besar lagi,
Ma’adzallah….!
Teungku Zulkarnain, MA, adalah salah
seorang Ulama Indonesia yang sangat terhormat, beliau adalah seorang
Ulama neo-Shufi yang dikenal sangat mendukung gerakan Jama’ah Tabligh di
Nusantara, beliau sering di undang untuk bertindak sebagai narasumber
di acara-acara besar Jama’ah Tabligh, jord, dan yang semisalnya. Kini
beliau menjabat sebagai wakil sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI). Saya
(Abu Husein At-Thuwailibi) pernah langsung duduk di hadapan beliau,
menghadiri majelis beliau di Medan Sumatera Utara.
Ulama asal tanah melayu ini memang di
kenal cerdas dan berwawasan, penuh wibawa dan kharisma, beliau tinggal
di Jakarta saat ini, dan aktif mengisi acara-acara keislaman di
Jabodetabek.
Satu hal yang terpuji dari seorang Teungku
Zulkarnain adalah, beliau seorang oknum MUI yang dikenal keras terhadap
Syi’ah Rafidhah. Beliau dan Ustadz Fahmi Salim, Lc., MA. (ketua Sekjen
MUI) sering diundang dalam forum-forum diskusi Sunni-Syi’ah.
Saya cukup tahu beliau, beliau memang
dikenal sangat benci terhadap dakwah Salafiyah yang sering ia sebut
“Wahabi”. Beliau tidak jarang mengkritik “Wahabi” di forum-forum terbuka
bahkan di hadapan orang awam bahwa “Wahabi” itu sesat, menyimpang,
berbahaya, dan lainnya, saya mendengar sendiri dengan telinga saya.
Na’am, apabila kritikan terhadap “Wahabi”
itu mengandung unsur Ilmiah dan ditopang oleh argumentasi, maka ini
masih bisa diterima dan di jadikan bahan diskusi, sebagai khazanah
Islamiyah. Akan tetapi justru kritikan itu lebih sering di dasari
kebencian dan tidak didasari fakta valid, justru fitnah dan adu domba
yang mengandung tendensi negatif.
Tadi malam, dalam acara Dialog (Wawancara)
di TV ONE jum’at 03 oktober 2015 pukul 21:00 WIB Teungku Zulkarnain
berkata (kurang lebih):
“Saya mendengar dari beberapa murid saya;
katanya Abdul Hakim Abdat mengatakan mengikuti pemerintah dalam hal
‘Idul Adha adalah Musyrik, padahal Ibnu ‘Utsaimin Tokoh wahabiy salafiy
mengatakan dalam hal ini rukyatul hilal mengikuti mathla’ negara masing-masing. Jadi kita mengikuti negara Indonesia”
[Selesai Kutipan]
Dengan nama Allah, saya menantang Teungku
Zulkarnain atau siapa saja diantara murid beliau yang berani
mempertanggung jawabkan perkataan yang di klaim sebagai perkataan
Al-Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat ini.
Saya menantang Teungku Zulkarnain untuk berdiskusi secara langsung (karena bulan depan In Sya’ Allah bila tak berhalangan saya ke Jakarta). Saya meminta BUKTI ilmiah atas perkataan yang disandarkan atas nama Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat bahwa beliau menyatakan “Musyrik” bagi yang sesiapa melaksanakan Idul Adha mengikuti pemerintah. !!!
Apabila Teungku Zulkarnain atau
murid-murid yang menjadi pihaknya tidak bisa membuktikan akan hal itu,
maka ini berarti DUSTA dan FITNAH yang merusak nama baik seorang Ulama
ahli hadits Indonesia, yang disadari atau tidak hal ini dapat memicu
perpecahan dan adu domba antar sesama Kaum Muslimin.
Abdul Hakim Bin Amir Abdat adalah seorang
guru, pakar Hadits yang diakui di negeri ini, banyak menulis buku dan
kitab, beliau memiliki forum sendiri dalam mengoreksi Hadits-hadist
Nabawi secara ilmiah dan selektif, disamping itu beliau memiliki banyak
pengikut dan jama’ah. Saya kira siapapun tidak pantas untuk membuat
propaganda dan fitnah terhadap seorang Juru dakwah secara membabi buta,
apalagi melalui siaran Televisi yang ditonton ribuan bahkan jutaan
masyarakat Muslimin.
Saya wasiatkan agar kiranya Teungku
Zulkarnain dan kita semua untuk bertaqwa kepada Allah dari merusak
kehormatan seorang Muslim. Dan kami sebagai seorang Muslim berkewajiban
untuk membela kehormatan muslim mana saja yang di rusak tanpa hak. Bukan
semata-mata membela sosok Abdul Hakim Bin Amir Abdat secara fanatik,
akan tetapi membela siapa saja yang benar.
Sepanjang penelitian kami, Allahu A’lam,
Al-Ustadz Abdul Hakim Bin Amir Abdat hanya menyatakan bahwa “pendapat
yang mengikuti pemerintah dalam Idul adha adalah pendapat yang
bathil…dst”. Sebagaimana yang terdapat dalam kitab beliau Al-Masaa-il
Jilid 5 pada masalah ke-110 dan di kutip oleh situs www.moslemsunnah.wordpress.com .
Sama sekali beliau tidak pernah menyatakan
bahwa hal tersebut adalah “Musyrik”. Ucapan ini sungguh berat, berat
timbangannya di sisi Allah. Karena mengindikasikan bahwa seolah beliau
“mengkafirkan” mayoritas ummat Islam yang berhari raya sesuai dengan
Rukyat Pemerintah.
Apabila ternyata Ustadz Abdul Hakim Bin
Amir Abdat benar terbukti berkata demikian, maka saya dan kaum muslimin
berlepas diri dari kesalahan beliau dan kita akan adakan klarifikasi
secara valid, namun apabila ternyata hal ini tidak terbukti, maka
Teungku Zulkarnain atau murid-murid nya TELAH BERDUSTA dan BUHTAN atas
nama seorang Ulama, dan ini merupakan DOSA BESAR, serta tidak pantas di
lakukan oleh seorang Ulama yang menjabat sebagai wakil sekjen MUI,
apalagi bergelar “MA”.
Dan oleh sebab itu, sebagai hak seorang Muslim yang wajib di tunaikan, maka Teungku Zulkarnain -mau tidak mau- harus meminta ma’af kepada pihak yang terkait, sebab telah melakukan pencemaran nama baik dan pembunuhan karakter, dan ini melanggar Undang-undang dan adab keislaman. Apalagi dilakukan oleh seorang Ulama yang di jadikan panutan oleh kaum Muslimin, khusunya jama’ah dakwah tabligh yang gemar mengumandangkan “Akhlaqul Karimah” dan “Adab-adab syar’iyyah”.
Adapun terkait masalah Rukyat Dzulhijjah,
maka tidak kita pungkiri bahwa di sana terjadi perselisiahan ilmiah
diantara para ‘Ulama secara tajam, yang mana kedua-dua pendapat tersebut
sama kuatnya, sehingga tak layak hal ini dijadikan bahan perdebatan
yang menyebabkan perpecahan dan tali ukhuwah antar sesama Ahlus Sunnah
menjadi renggang. Karena menurut hemat kami, kedua pendapat Ulama dalam
hal ini sama kuatnya, tinggal kembali kepada individu masing-masing,
sedangkan kebenaran datangnya dari Allah.
Catatan buat kaum Muslimin: mungkin perlu
diketahui bahwa tidak semua anggaota MUI berpemikiran sama seperti
Al-Ustadz Teungku Zulkarnain,MA. Disana terdapat banyak para Ulama yang
memiliki manhaj yang adil lagi lurus, diantaranya adalah Ustadz Fahmi
Salim,Lc., MA., dan juga Al-Ustadz Kyai Haji Chalil Ridwan,Lc yang
memberi kata pengantar terhadap buku Kyai Haji Firanda Andirja yang
berjudul “Banyolan Ulama Syi’ah”.
Disana ada pula Kyai Haji Habib Ahmad Bin Zein Al-Kaff (ketua PWNU Jawa Timur) yang pernah mengatakan, “Wahabi itu ahlus sunnah, saudara kita, tapi kalau Syi’ah bukan”. Seharusnya Teungku Zulkarnain bersikap bijak sana dan arif terhadap perselisihan yang ada, sebagaimana sikap para tokoh NU semisal Habib Salim Muhdhor jakarta dan Habib Ahmad Zein Al-Kaff Jatim.
Semoga Allah menjaga beliau.
Mungkin hanya ini yang dapat kami sampaikan sebagai nasehat buat diri kami sendiri dan kaum Muslimin pada umumnya.
Adapun alasan kami menulis tanggapan ini
dan menasehati Teungku Zulkarnain di hadapan ummat, karena Teungku
Zulkarnain pun menyatakan DUSTA dan BUHTAN (kalau tidak terbukti)
terhadap Ustadz Abdul Hakim Abdat juga di hadapan Ummat. Sehingga ummat
pun mesti dijelaskan akan hal ini dan tidak terbawa dengan opini yang
dibentuk oleh Teungku Zulkarnain.
Semoga Allah membimbing kita ke jalan yang lurus dan memasukkan kita ke dalam golongan jalan yang selamat (Al-Firqatun-Najiyah).
Allahu A’lam.
Hamba yang dho’if,
Abu Husein At-Thuwailibi.
Abu Husein At-Thuwailibi.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer