Artikel kali ini adalah lanjutan dari pembahasan kami dalam faedah tafsir surat Al Mulk. Namun pembahasan ini akan melebar sampai pembahasan ramalan bintang dan zodiak dalam ilmu astrologi. Semoga bermanfaat.
Allah Ta’ala berfirman,
الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَوَاتٍ طِبَاقًا مَا تَرَى فِي خَلْقِ الرَّحْمَنِ مِنْ تَفَاوُتٍ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَى مِنْ فُطُورٍ (3) ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ (4) وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ (5)
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 3-5)
Apakah Langit Ada yang Cacat?
Dalam ayat ini, Allah
menciptakan langit berlapis-lapis atau bertingkat-tingkat. Kemudian
Allah tanyakan, apakah ada sesuatu yang cacat atau retak di langit
tersebut? Jawabannya tentu saja tidak. Kemudian Allah memerintah
melihatnya berulang lagi (bahkan berulang kali), apakah ada yang cacat
di langit itu? Hasilnya, jika dilihat berulang kali tidak ada cacat sama
sekali pada ciptaan Allah tersebut. Namun yang didapat adalah rasa
payah karena berulangkalinya menelusuri langit itu.
Syaikh As Sa’di mengatakan
bahwa jika sama sekali di langit tersebut tidak ada cacat, maka ini
menunjukkan sempurnanya hasil ciptaan Allah. Ciptaan Allah tersebut
begitu seimbang dilihat dari berbagai sisi, yaitu dari warna,
hakikatnya, dan ketinggiannya. Begitu pula pada ciptaan Allah lainnya
seperti matahari, rembulan dan bintang yang bersinar.[1]
Keindahan Langit Ciptaan Allah
Dalam ayat selanjutnya, Allah
menjelaskan kebagusan langit ciptaan-Nya. Langit tersebut menjadi indah
dan menawan karena dihiasi dengan bintang-bintang. Bintang dalam ayat di
atas disebutkan berfungsi untuk melempar setan dan sebagai penghias
langit. Namun sebenaranya fungsi bintang masih ada satu lagi. Bintang
secara keseluruhan memiliki tiga fungsi.
Fungsi Bintang di Langit
Fungsi pertama: Untuk melempar setan-setan yang akan mencuri berita langit. Hal ini sebagaimana terdapat dalam surat Al Mulk,
وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ
“Dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” (QS. Al Mulk: 5)
Setan mencuri berita langit
dari para malaikat langit. Lalu ia akan meneruskannya pada tukang ramal.
Akan tetapi, Allah senantiasa menjaga langit dengan percikan api yang
lepas dari bintang, maka binasalah para pencuri berita langit tersebut.
Apalagi ketika diutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, langit terus dilindungi dengan percikan api. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا, وَأَنَّا لا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الأرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
“Dan sesungguhnya kami
dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk
mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa
yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai
panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami
tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang
dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki
kebaikan bagi mereka.” (QS. Al Jin: 9-10). Berita langit yang setan tersebut curi sangat sedikit sekali.[2]
Fungsi kedua: Sebagai penunjuk arah seperti rasi bintang yang menjadi penunjuk bagi nelayan di laut.
وَعَلامَاتٍ وَبِالنَّجْمِ هُمْ يَهْتَدُونَ
“Dan (Dia ciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang itulah mereka mendapat petunjuk.”
(QS. An Nahl: 16). Allah menjadikan bagi para musafir tanda-tanda yang
mereka dapat gunakan sebagai petunjuk di bumi dan sebagai tanda-tanda di
langit.[3]
Fungsi ketiga: Sebagai penerang dan penghias langit dunia. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ
“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang.” (QS. Al Mulk: 5)
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ
“Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang.” (QS. Ash Shofaat: 6)
Mengenai surat Al Mulk ayat 5, ulama pakar tafsir –Qotadah As Sadusiy- mengatakan,
إن الله جلّ ثناؤه إنما خلق هذه النجوم لثلاث خصال: خلقها زينة للسماء الدنيا، ورجومًا للشياطين، وعلامات يهتدي بها ؛ فمن يتأوّل منها غير ذلك، فقد قال برأيه، وأخطأ حظه، وأضاع نصيبه، وتكلَّف ما لا علم له به.
“Sesungguhnya Allah
hanyalah menciptakan bintang untuk tiga tujuan: [1] sebagai hiasan
langit dunia, [2] sebagai pelempar setan, dan [3] sebagai penunjuk arah.
Barangsiapa yang meyakini fungsi bintang selain itu, maka ia berarti
telah berkata-kata dengan pikirannya semata, ia telah mendapatkan nasib
buruk, menyia-nyiakan agamanya (berkonsekuensi dikafirkan) dan telah
menyusah-nyusahkan berbicara yang ia tidak memiliki ilmu sama sekali.”[4]
Dari sini Qotadah melarang mempelajari kedudukan bintang, begitu pula
Sufyan bin ‘Uyainah tidak memberi keringanan dalam masalah ini.[5]
Mempelajari Posisi Benda Langit
Ada dua ilmu yang mempelajari posisi benda langit yaitu ilmu astronomi (ilmu tas-yir) dan ilmu astrologi (ilmu ta’tsir).
Pertama: Ilmu astronomi (ilmu tas-yir)
Astronomi, yang secara
etimologi berarti “ilmu bintang” adalah ilmu yang melibatkan pengamatan
dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu
ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda
yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang
melibatkan mereka.
Astronomi adalah salah satu di
antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran
aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi,
ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan
dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki
asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom
menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.[6]
Kedua: Ilmu astrologi (ilmu ta’tsir)
Astrologi adalah ilmu yang
menghubungkan antara gerakan benda-benda tata surya (planet, bulan dan
matahari) dengan nasib manusia. Karena semua planet, matahari dan bulan
beredar di sepanjang lingkaran ekliptik, otomatis mereka semua juga
beredar di antara zodiak. Ramalan astrologi didasarkan pada kedudukan
benda-benda tata surya di dalam zodiak.
Seseorang akan menyandang tanda
zodiaknya berdasarkan kedudukan matahari di dalam zodiak pada tanggal
kelahirannya. Misalnya, orang yang lahir awal desember akan berzodiak
Sagitarius, karena pada tanggal tersebut Matahari berada di wilayah rasi
bintang Sagitarius. Kedudukan Matahari sendiri dibedakan antara waktu
tropikal dan waktu sideral yang menyebabkan terdapat dua macam zodiak,
yaitu zodiak tropikal dan zodiak sideral. Sebagian besar astrologer
Barat menggunakan zodiak tropikal.
Di bola langit terdapat garis
khayal yang disebut dengan lingkaran ekliptika. Jika diamati dari bumi,
semua benda tatasurya (planet, Bulan dan Matahari) beredar di langit
mengelilingi lingkaran ekliptika. Keistimewaan dari keduabelas zodiak
dibanding rasi bintang lainnya adalah semuanya berada di wilayah langit
yang memotong lingkaran ekliptika. Jadi dapat disimpulkan zodiak adalah
semua rasi bintang yang berada disepanjang lingkaran ekliptika.
Rasi-rasi bintang tersebut adalah:
- Capricornus: Kambing laut
- Aquarius: Pembawa Air
- Pisces: Ikan
- Aries: Domba
- Taurus: Kerbau
- Gemini: Si Kembar
- Cancer: Kepiting
- Leo: Singa
- Virgo: Gadis Perawan
- Libra: Timbangan
- Scorpius: Kalajengking
- Sagitarius : Si Pemanah[7]
Hukum Mempelajari Ilmu Astronomi dan Ilmu Astrologi
Para ulama dalam menilai ilmu yang mempelajari kedudukan bintang ada dua pendapat:
Pendapat pertama: Terlarang
mempelajari posisi benda langit. Inilah pendapat Qotadah dan Sufyan bin
‘Uyainah. Alasan mereka melarang hal ini dalam rangka saddu adz dzari’ah
yaitu menutup jalan dari hal yang dilarang. Mereka khawatir jika
kedudukan bintang tersebut dipelajari, akan diyakini bahwa posisi benda
langit tersebut bisa berpengaruh pada takdir seseorang. Dan ini adalah
penambahan dari tiga fungsi benda langit sebagaimana yang telah
dijelaskan di atas.
Pendapat kedua: Tidak mengapa mempelajari posisi benda langit. Yang dibolehkan di sini adalah ilmu tas-yir (ilmu astronomi). Inilah pendapat Imam Ahmad, Ishaq bin Rohuyah dan kebanyakan ulama.
Pendapat kedua inilah yang
lebih tepat karena berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari ilmu
astronomi dan tidak termasuk sebab yang dilarang. Ilmu tas-yir
(ilmu astronomi) memiliki beberapa manfaat. Di antaranya bisa dipakai
untuk kepentingan agama seperti mengetahui arah kiblat dan waktu shalat.
Atau untuk urusan dunia seperti mengetahui pergantian musim. Ini semua
termasuk ilmu hisab dan dibolehkan.[8]
Sedangkan yang terlarang untuk dipelajari adalah ilmu yang pertama yang disebut dengan ilmu ta’tsir (ilmu astrologi). Dalam ilmu astrologi, ada keyakinan bahwa posisi benda-benda langit berpengaruh pada nasib seseorang.[9] Padahal tidak ada kaitan ilmiah antara posisi benda langit dan nasib seseorang. Inilah yang keliru.
Keyakinan Terhadap Zodiak dan Ramalan Bintang
Ada tiga macam keyakinan yang dimaksud dan ketiga-tiganya haram.
Pertama:
Keyakinan bahwa posisi benda langit yang menciptakan segala kejadian
yang ada di alam semesta dan segala kejadian berasal dari pergerakan
benda langit.
Keyakinan semacam ini adalah keyakinan yang dimiliki oleh Ash Shobi-ah.
Mereka mengingkari Allah sebagai pencipta. Segala kejadian yang ada
diciptakan oleh benda langit. Pergerakan benda langit yang ada dapat
diklaim menimbulkan kejadian baik dan buruk di alam semesta. Keyakinan
semacam ini adalah keyakinan yang kufur berdasarkan kesepakatan para
ulama.
Kedua: Keyakinan bahwa posisi benda langit yang ada hanyalah sebagai sebab (ta’tsir)
dan benda tersebut tidak menciptakan segala kejadian yang ada. Yang
menciptakan setiap kejadian hanyalah Allah, sedangkan posisi benda
langit tersebut hanyalah sebab semata. Keyakinan semacam ini juga tetap
keliru dan termasuk syirik ashgor. Karena Allah sendiri tidak
pernah menjadikan benda langit tersebut sebagai sebab. Allah pun tidak
pernah menganggapnya punya kaitan dengan kejadian yang ada di muka bumi,
seperti turunnya hujan dan bertiupnya angin. Semua ini kembali pada
pengaturan Allah dan atas izin-Nya, dan sama sekali tidak ada kaitannya
dengan kedudukan benda langit yang ada. Allah hanya menciptakan bintang
untuk tiga tujuan sebagaimana telah dikemukakan di atas.
Ketiga: Posisi
benda langit sebagai petunjuk untuk peristiwa masa akan datang.
Keyakinan semacam ini berarti mengaku-ngaku ilmu ghoib. Ini termasuk
perdukunan dan sihir. Perbuatan semacam ini termasuk kekufuran
berdasarkan kesepakatan para ulama.[10]
Intinya, ketiga keyakinan di
atas adalah keyakinan yang keliru, walaupun hanya menganggap sebagai
sebab sedangkan yang menciptakan segala peristiwa adalah Allah.
Keyakinan semacam inilah yang tersebar luas di tengah-tengah masyarakat
muslim dalam majalah, koran, di dunia maya seperti di situs jejaring
sosial (Facebook dan Friendster). Sebagian muslim masih saja mempercayai
ramalan-ramalan bintang semacam zodiak (Aquarius, Pisces, Sagitarius,
dll). Mereka meyakini bahwa pasangan yang cocok untuk dirinya adalah
jika memiliki zodiak A, karena berdasarkan ramalan zodiaknya. Jika dia
memiliki pasangan dari zodiak C, maka boleh jadi ada ketidakcocokan.
Inilah perbuatan dosa yang sudah semakin tersebar luas di masyarakat
muslim.
Mengenai hukum membaca ramalan
bintang secara lebih lengkap -insya Allah- akan kami ulas pada posting
selanjutnya dalam kategori aqidah.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi kaum muslimin. Janganlah pernah bosan untuk mempelajari Al Qur’an melalui tafsirnya walaupun hanya satu atau dua ayat.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Panggang, Gunung Kidul, 3 Dzulhijah 1430 H
- Setiap hari harus disibukkan dengan mengkaji Al Qur’an -
[1] Taisir Al Karimir Rohman, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, hal. 875, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H.
[2] Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, Syaikh Sholih bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan, 2/14-15, Terbitan Ulin Nuha, tahun 2003.
[3] Idem
[4] Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir Ath Thobariy dalam Jami’il Bayan fii Ta’wilil Qur’an, 23/508, Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, 1420 H. Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy mengatakan bahwa sanadnya hasan. Lihat Tafsir Juz Tabaarok, Syaikh Musthofa Al ‘Adawiy, hal. 20, Maktabah Makkah, cetakan pertama, tahun 1423 H.
[5] Disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahab dalam Kitabut Tauhid.
[8] Lihat Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Abu ‘Isa ‘Abdullah bin Salam, hal. 167-168, Pustaka Muslim, cetakan pertama, 1428 H dan I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, 2/18.
[9] Sumber Wikipedia [english], kata “Astrology”.
[10] Lihat I’anatul Mustafid bi Syarh Kitabit Tauhid, 2/17.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer