Tanya: Apa kalimat yang tepat yang harus diucapkan imam ketika merapatkan shaf makmum? Trim’s
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan anjuran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada para sahabat untuk merapatkan shaf. Diantaranya,
1. Hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan makmumnya,
أَقِيمُوا صُفُوفَكُمْ وَتَرَاصُّوا
”Luruskan shaf kalian dan rapatkan.” (HR. Bukhari 719)
2. Juga dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan,
سوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَفِّ مِنْ تَماَمِ الصَّلَاةِ
”Luruskan shaf kalian, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat.” (HR. Muslim 433).
3. Hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan,
أقيموا الصَفِّ فِي الصَّلَاةِ فَإِنَّ إِقَامَةَ الصَفِّ مِنْ حُسْنِ الصَّلَاةِ
Luruskan shaf dalam shalat, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat. (HR. Muslim 435)
4. Hadis dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan,
اِسْتَوُّوا وَلَا تَـخْتَلِفُوا فَتَخْتَلِفَ قُلُوبُكُمْ
Luruskan, dan jangan berselisih (dalam lurusnya shaf), sehingga hati kalian menjadi berselisih.
Kata Ibnu Mas’ud, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan di atas, sambil mengusap pundak-pundak makmum. (HR. Muslim 122).
5. Hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan,
أَقِيمُوا
الصُّفُوفَ وَحَاذُوا بَيْنَ الْمَنَاكِبِ وَسُدُّوا الْخَلَلَ وَلِينُوا
بِأَيْدِي إِخْوَانِكُمْ وَلَا تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَّيْطَانِ
”Luruskan
shaf, rapatkan pundak, dan tutup celah, perlunak pundak kalian untuk
saudaranya, dan jangan tinggalkan celah untuk setan.” (HR. Abu Daud 666 dan dishahihkan al-Albani)
Makna: “perlunak pundak kalian
untuk saudaranya” adalah hendaknya dia mempemudah setiap orang yang
masuk shaf, dengan berusaha agar pundaknya tidak mengganggu orang lain.
6. Hadis Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan,
أَتِـمُّوْا الصَّفَّ الـمُقَدَّمَ، ثُمَّ الَّذِي يَلِيْهِ
“Penuhi shaf depan, kemudian shaf berikutnya…” (HR. Abu Daud 671 dan dishahihkan al-Albani).
Dan masih terdapat beberapa
riwayat lainnya, yang itu semua menunjukkan betapa besar perhatian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap kesempurnaan shalat jamaah, yang
meliputi lurus dan rapatnya shaf, terpenuhinya shaf terdepan, tidak
boleh ada yang berbeda, tidak mengganggu sesama jamaah, dst.
Apakah Harus Kalimat di Atas?
Jika kita perhatikan semua riwayat di atas, redaksi yang disampaikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
ketika menata shaf sahabat, berbeda-beda antara satu kesempatan dengan
kesempatan yang lain. Ini menunjukkan bahwa tidak ada kalimat baku yang
harus diucapkan oleh imam ketika menata shaf makmum. Karena yang lebih
menjadi tujuan adalah bagaimana makmum shafnya rapat, lurus, tidak ada
celah, shaf depan dipenuhi terlebih dahulu, dst. Bukan semata-mata
kalimat tanpa makna.
Imam Ibnu Utsaimin menjelaskan,
لو
التفت الإمام ووجد الصف مستقيماً متراصاً ، والناس متساوون في أماكنهم ،
فالظاهر أنه لا يقول لهم استووا ، لأنه أمر قد حصل إلا أن يريد اثبتوا على
ذلك ؛ لأن هذه الكلمات لها معناها ، ليست كلمات تقال هكذا بلا فائدة …
Jika imam melihat shaf para
makmum telah lurus rapat, dan jamaah sudah menempati posisi lurus dengan
tepat, yang benar, imam tidak perlu menyuruh makmum ‘luruskan’. Karena
shaf sudah lurus. Kecuali jika maksud imam, menyuruh makmum untuk terus
mempertahankan lurusnya shaf. Karena kalimat semacam ini memiliki maksud
sebagaimana maknanya. Bukan semata diucapkan begitu saja, tanpa maksud…
(Liqa’at Bab al-Maftuh, dikutip dari: http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=197655)
Dengan demikian, perintah imam
semacam ini harus disesuaikan dengan kondisi makmumnya. Ketika
kebanyakan makmum tidak memahami bahasa arab, akan percuma ketika imam
memerintahkan mereka untuk meluruskan shaf seperti yang disebutkan dalam
beberapa hadis di atas. Makmum tidak akan merespon perintahnya.
Mungkin anda pernah melihat sebuah jamaah, ketika Pak Imam sudah mengingatkan,
سوُّوا صُفُوفَكُمْ فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَفِّ مِنْ تَماَمِ الصَّلَاةِ
”Luruskan shaf kalian, karena meluruskan shaf bagian dari kesempurnaan shalat.”
Tapi ternyata shaf makmum tetap
belepotan dan tidak lurus. Padahal mereka dengan serempak mengatakan,
‘Sami’na wa atha’naa’ yang artinya “kami dengar dan kami taat.”
Di mana taatnya, sementara shafnya masih tidak lurus dan rapat.
Dalam kondisi ini, akan lebih
tepat, imam menggunakan bahasa yang mereka pahami, ’Luruskan shaf,
rapatkan shaf, agar tidak diisi setan.’ Atau yang semisalnya.
Allahu a’lam.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer