Mendidik anak kecil itu artinya menjalani hidup penuh warna. Penuh tantangan.
Iya, tantangan. Bukan “beban” *hidup penuh optimisme :)
Peluh dan penat, semuanya lewat. Karena kita sadar, ini adalah sebuah misi besar: membangun generasi tangguh.
Membangun generasi dimulai dari rumah. Dari ibu.
Ibu yang mendedikasikan waktunya untuk mendidik anak. Waktu dan pikirannya tercurah.
Terkadang mesti pandai-pandai memanfaatkan satu waktu untuk lebih dari satu kegiatan:
- Menyusui si kecil, sekalian ibu bisa luruskan punggung.
- Menalqin Alquran untuk si kecil, sekalian ibu bisa murajaah hafalan.
- Menyusun materi belajar si kecil, sekalian ibu bisa tambah ilmu.
Memang
jadi bu guru di rumah itu mesti all-out. Nggak bisa cuma dijadikan
sampingan. Waktu, tenaga, dan pikiran mesti benar-benar dialokasikan.
Kenapa?
Karena
mendidik anak sejak belia, bagaikan mengukir di atas batu. Kalau Anda
berpikiran begitu, Anda sama dengan Bu Guru Soh, PhD.
“Sering orang menanyakan mengapa dia tetap menjadi guru SD. Jawabnya singkat, ‘Mengajar anak-anak SD ini sungguh menyenangkan, saya ingin berelasi dengan mereka dan meletakkan dasar. Kalau mengajar di level yang lebih tinggi kurang menarik’,” tulis Simanjuntak.
Motivasi
Dr Soh saat mengambil PhD bukanlah supaya bisa dapat gaji atau kedudukan
lebih tinggi, melainkan supaya bisa mendalami bidang yang mereka
ajarkan di kelas dan mendapatkan pengertian yang lebih lengkap sehingga
dapat mengajar dengan lebih baik. (Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2011/09/13/10332869/Lulusan.PhD.Pilih.Jadi.Guru.SD)
Nah, semangat banget ya Bu Soh. Itu untuk mendidik anak orang lain loh. Bagaimana lagi kalau mendidik anak sendiri?
Dan … anak adalah salah satu sumber pahala terbesar bagi seorang ibu. Yakin, ‘kan?
**
Athirah Mustadjab
Artikel UmmiUmmi.Com
Artikel UmmiUmmi.Com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer