Pertama: Memohon Pertolongan Kepada Allah
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan dalam kitab Madaarijus Saalikin,
”Makna pertama taubat adalah engkau memeriksa apa yang membuatmu tidak
berpegang teguh dengan tali Allah ketika engkau berbuat dosa. Allah
telah menahan penjagaan-Nya terhadap dirimu. Berpegang teguhlah dengan
tali Allah niscaya engkau mendapat petunjuk. Barangsiapa berpegang teguh
dengan tali Allah niscaya Dia akan menunjukinya kepada jalan yang
lurus.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
“Dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong” (QS. Al Hajj : 78 )
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ يَسْتَغَفِفْ يُعِفَّهُ
“Barangsiapa yang menjaga kehormatan dirinya niscaya Allah akan menjaga kehormatannya”
Raihlah kesucian diri dengan meminta pertolongan kepada Allah.
Kedua: Mengenal Allah dengan mengimani Asma’ dan Sifat-Nya serta merasakan kedekatan-Nya.
Ibnul Qoyyim rahimahullah menjelaskan: Yang lebih berat itu
semua adalah orang yang menyatakan terang-terangan perbuatan dosanya
padahal ia yakin Allah yang berada diatas Arsy selalu melihatnya. Jika
ia mengimani Allah selalu melihatnya lalu ia nekad berbuat
terang-terangan maka itu adalah sebuah perkara besar. Jika ia tidak
mengimani bahwa Allah selalu melihatnya dan mengetahui keadaannya maka
itu adalah kekufuran dan keluar dari Islam secara keseluruhan.
Masalahnya berputar pada dua perkara tersebut, antara tipisnya rasa malu
dan kekufuran serta keluar dari agama. Demikian pula termasuk syarat
sahnya taubat adalah meyakini bahwa Allah senantiasa melihat dan
memperhatikan dirinya. Allah mengetahui ketika ia berbuat dosa. Karena
taubat tidak sah kecuali dari seorang muslim. Kemudian pengobatannya
adalah dengan menolak bisikan-bisikan jahat dan mengisi waktu dengan
ketaatan.”
Ibnul Qoyyim melanjutkan: ”Tolaklah bisikan-bisikan jahat, jika tidak
ia akan menjadi syahwat. Jika tidak engkau tolak akan menjadi azimah
dan keinginan. Jika tidak engkau bendung akan menjadi perbuatan. Jika
tidak engkau imbangi dengan lawanya akan menjadi adat kebiasaan sehingga
sulit bagimu untuk meninggalkannya.”
Engkau harus bisa melepaskan diri dari adat kebiasaan, engkau harus
bisa menghentikannya. Engkau harus menepis bisikan-bisikan jahat sejak
awal. Bagaimana caranya ? Denganmenyibukkan diri.
-Menyibukkan diri dengan menghafal Al Qur’an, dzikrullah, karena itu merupakan jannah Allah dimuka bumi.
-Sibukkan dirimu dengan menuntut ilmu, luruskanlah aqidahmu dan
perbaikilah ibadahmu. Pelajarilah dalil-dalil syar’i atas setiap amalan
yang engkau lakukan.Sibukkan dirimu dengan aktifitas dakwah kepada agama
Allah, menggiring manusia ke jannah. Sibukkan hatimu dengan
mencintaiAllah, isilah dengan cahaya tauhid dan keihklasan.
Ketiga: Tundukanlah pandanganmu terhadap kaum wanita yang memamerkan aurat dipasar-pasar, terhadap papan-papan reklame, terhadap gambar-gambar,majalah-majalah, dan acara televisi.
Jagalah pendengaranmu, janganlah mendengarkan musik dan lagu agar
engkau tidak teringat pada masa lalumu sebelum iltizam. Berusahalah
sekuat mungkin.
Keempat: Menghindari ikhtilath (percampurbauran laki-laki dan wanita yang bukan mahram).
Berusahalah semaksimal mungkin untuk tidak bercampur baur dengan wanita.
—
Simak Tulisan Sebab Tergelincirnya Seseorang Ke Dalam Fitnah Syahwat
Dikutip dari buku “Futur Sindrom Awal Petaka”
Penulis Muhammad bin husein Ya’kub
Judul Asli “Min Asbaab Al-Futuur wa ‘Ilaajuhu”
Penerbit At Tibyan, Solo
Penulis Muhammad bin husein Ya’kub
Judul Asli “Min Asbaab Al-Futuur wa ‘Ilaajuhu”
Penerbit At Tibyan, Solo
Artikel WanitaSalihah.Com
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer