Allah
telah mengutus para rasul untuk menyeru kepda al haq (kebenaran) dan
memberi petunjuk kepada seluruh makhluk Nya. Mereka diutus untuk
menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan, agar tidak ada
hujjah (alasan) bagi manusia dihadapan Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka
telah menyampaikan risalah, mengemban amanah, memberi nasehat kepada
umatnya dan bersabar atas caci makiannya, serta berjihad di jalan
Allah sampai Allah tegakkan (sempurnakan) risalah bagi mereka dan
terputuslah seluruh udzur manusia. Allah berfirman:
“Dan
sungguh Kami kelah mengutus rasul pada setiap umat (untuk menyeru )
agar beribadah hanya kepada Allah dan menjauhi thoghut (sesuatu yang
disembah selain Allah), maka diantara mereka ada yang mendapatkan
petunjuk dari Allah, dan ada pula yang telah pasti kesesatannya. Maka
berjalanlah kalian di muka bumi, dan lihatlah bagaimana akibat
orang-orang yang mendustakan (menyelisihi rasul dan mendustakan Al
Haq)”. (QS. Al Nahl:36)”
“Dan
tidaklah kami mengutus seorang rasul sebelum kamu kecuali telah
diwahyukan kepada nya bahwa sesungguhnya tidak ada Ilaah (sesembahan
yang berhak untuk diibadahi) kecuali Aku (Allah). Maka beribadahlah
kalian kepada-Ku.” (QS.Al Anbiya’:25)
“Dan
tanyakanlah kepada para rasul yang telah Kami utus sebelum kamu
(Muhammad) apakah Kami telah menjadikan atas mereka (manusia) untuk
memberikan peribadahan kepada(berhala atau sesembahan )selain Allah
yang mempunyai sifat Ar Rahman,” (QS. AZ Zukhruf:45)
Di
dalam ayat ayat tersebut, Allah telah menjelaskan bahwa Dia telah
mengutus para rasul untuk menyeru kepada manusia agar beribadah hanya
kepada Allah, memperingatkan mereka dari kesyirikan, dan memberikan
peribadahan kepada selain Allah. Para rasul telah mengemban amanah
tersebut, dan telah menyerukan kepada menusia agar beribadah hanya
kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Mereka telah meningalkan untuk umatnya
prinsip prinsip keadilan, kebaikan dan keselamatan serta kebahagiaan
yang sempurna. Tugas terpenting bagi mereka adalah menyampaikan dan
menerangkan risalah, adapun hidayah dan taufik untuk menerima Al haq
(kebenaran) ada di tangan Allah dan bukan ditangan para rasul atau
selainnya. Allah berfirman:
“Bukan
kewajibanmu untuk memberikan hidayah kepada mereka, akan tetapi
Allahlah yang memberi hidayah (petunjuk) bagi siapa yang
dikehendaki-Nya”. (Al Baqarah : 272)
“Sesungguhnya
kami telah mengutus para rasul dengan bukti bukti yang nyata
(mu’jizat, hujjah, dan dalil) dan menurunkan bersama mereka Al
kitab dan neraca (keadilan dan kebenaran yang lurus) supaya manusia
melaksanakan keadilan (mengikuti para rasul).” (Al Hadiid:25)
Tidak
terkecuali nabi kita Muhammad sebagai penutup, imam, dan orang yang
paling mulia serta utama diantara para rasul, beliau telah
mendapatkan pertolongan dan keberhasilan dalam dakwahnya dengan
sempurna. Allah telah menyempurnakan agama islam dan nikmatnya kepada
beliau dan umatnya, dan menjadikan syariat islam sebagai syariat
sempurna yang mengandung seluruh bentuk kemaslahatan baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk dua golongan (manusia dan jin) .
Allah berfirman :
“Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agama islam untuk kalian, telah Aku
cukupkan nikmat-Ku untuk kalian, dan telah Aku ridhoi islam sebagai
agama kalian”. (QS.Al Maidah:3)
“Dan
kami tidak mengutus kamu (Muhammad) kecuali sebagai pembawa kabar
gembira dan pemberi peringatan kepada seluruh umat manusia.”
(QS.Saba:28)
“Katakanlah
(wahai Muhammad),’Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah
atas kalian semua (manusia dan jin), yaitu Allah yang memiliki
(merajai) seluruh langit dan bumi, tidak ada Ilaah (yang berhak
diibadahi) kecuali Dia, yang menghidupkan dan mematikan, maka
berimanlah kalian kepada Allah dan rasulnya, nabi yang ummi yang
beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya
kalian mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.” (QS.Al A’raf:158)
Sungguh
sedikit sekali manusia yang meng-ijabah-i (menerima) dakwahnya para
rasul. Kebanyakan mereka mengingkarinya, baik disebabkan karena
kebodohan, taklid (mengikuti) bapak-bapak/pendahulu mereka yang
sesat, atau mengikuti hawa nafsu dan perasaan. Allah berfirman :
“Bahkan
mereka berkata,’Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami di
atas suatu agama dan sesungguhnya kami adalah orang-orang yang
mendapatkan petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka’. Demikianlah,
kami tidak mengutus sebelum kamu (Muhammad) seorang pemberi
peringatanpun dalam suatu negeri kecuali orang-orang kaya di negeri
itu berkata,’sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami di atas
suatu agama dan sesunggguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak
mereka.’ Katakanlah (Muhammad kepada musyrikin),’Apakah (kalian
akan mengikutinya) meskipun aku membawakan untuk kalian (agama) yang
lebih memberi petunjuk daripada yang kalian peroleh dari bapak-bapak
kalian?’Mereka berkata,’Sesungguhnya kami mengingkari (agama)
yang kamu diutus untuk menyampaikannya’. Maka kami binasakan
mereka, maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan.”
(QS. Az Zukhruf:22-25)
Allah
berfirman ketika menyebutkan berhala laata,’Uzza, dan Manat:
“Itu
hanyalah nama-nama yang kalian dan bapak-bapak kalian ada-adakan.
Allah tidak menurunkan suatu hujjah (keterangan) untuk menyembahnya.
Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka dan hawa nafsu (yang
bathil). Sesungguhnya Rabb mereka telah mendatangkan petunjuk kepada
mereka.“ (QS. An Najm:23)
Masih
banyak ayat-ayat dalam Al Qur’an yang menyebutkan pengingkaran,
kedengkian, permusuhan dan kesombongan yang dilakukan manusia kepada
para rasul, padahal mereka mengetahui kebenaran. Demikian juga
golongan yahudi, mereka mengenal Muhammad seperti mengenal anak-anak
mereka sendiri. Akan tetapi, dengan sebab permusuhan dan kedengkian,
mereka mendustakan dan tidak mau mengikuti Nabi.
Pengingkaran
golongan Yahudi atas Muhammad, juga terjadi atas Fir’aun dan
kaumnya. Allah 'Azza wa Jalla berfirman menyebutkan perkataan Musa
‘alaihissalam kepada Fir’aun dan kaumnya:
“Musa
‘alaihissalam berkata, “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa
tidak ada yang menurunkan mu’jizat-mu’jizat itu kecuali Rabb
sekalian langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata (bagi yang
mempersaksikan)....”. (QS. Al-Isro’: 102).
Allah
'Azza wa Jalla berfirman tentang Fir’aun dan kaumnya:
“Maka
ketika mu’jizat-mu’jizat Kami yang jelas sampai kepada mereka,
mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata’. Mereka
mengingkarinya karena kedhaliman mereka (sebagai karakter mereka yang
dilaknat) dan kesombongan (untuk mengikuti kebenaran), padahal mereka
meyakini (kebenaran) tersebut. Maka lihatlah bagaimana keadaan dan
akibat orang-orang yang berbuat kebinasaan”. (QS. An Naml: 13-14).
Allah
'Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang kafir Quraisy yang
mendustakan Muhammad:
“Sesungguhnya
Kami mengetahui bahwa apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu,
sesungguhnya mereka bukan mendustakan kamu tetapi orang-orang yang
dhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah”. (QS. Al-An’aam:
33).
Orang-orang kafir Quraisy pada masa Jahiliyyah, mereka mengetahui dan mempersaksikan Muhammad sebagai seorang yang jujur dan membawa amanah, bahkan mereka memberikan gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Ketika Muhammad membawa risalah Islam, yang berlawanan dengan apa yang ada pada orang kafir Quraisy yakni yang mereka dapatkan dari bapak-bapak dan nenek moyang mereka, maka mereka mengingkari, mendustakan, memusuhi, mencaci maki, dan menyusun makar untuk membunuh Muhammad.
Orang-orang kafir Quraisy pada masa Jahiliyyah, mereka mengetahui dan mempersaksikan Muhammad sebagai seorang yang jujur dan membawa amanah, bahkan mereka memberikan gelar Al Amin (orang yang dapat dipercaya). Ketika Muhammad membawa risalah Islam, yang berlawanan dengan apa yang ada pada orang kafir Quraisy yakni yang mereka dapatkan dari bapak-bapak dan nenek moyang mereka, maka mereka mengingkari, mendustakan, memusuhi, mencaci maki, dan menyusun makar untuk membunuh Muhammad.
Ini
adalah sunnatullah (ketetapan Allah) atas para rasul ‘alaihimussalam
dan para da’i yang menyeru kepada Al Haq. Mereka akan mendapatkan
ujian, pendustaan, dan permusuhan kemudian Allah akan memberikan
akhir yang terbaik kepada mereka. Perkara demikian dipersaksikan di
dalam ayat-ayat Al-Qur'aan dan Hadits yang shohih, juga kejadian yang
ma’rufah (diketahui oleh umat manusia) dahulu maupun sekarang.
Demikian juga persaksian Heraql (Raja Romawi) ketika bertanya kepada
Abu Sofyan tentang keadaan Muhammad dan permusuhan Abu Sofyan
dengannya. Setelah Abu Sofyan menerangkan keadaan beliau, maka Heraql
berkata, “Demikianlah keadaan para rasul .Mereka mendapatkan ujian
kemudian Allah berikan kepada mereka akhir yang terbaik”.
Sungguh
Allah telah memberikan jaminan kepada para rasul ‘alaihimussalam
dan pengikutnya dengan pertolongan, kekuasaan, dan akibat yang baik
di dunia dan di akhirat. Allah berfirman yang artinya :
“Dan
sungguh telah tetap kalimat Kami (di Lauh Mahfudz) kepada hamba-hamba
Kami yang menjadi rasul. Sesungguhnya mereka itulah yang pasti
mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami (para rasul
‘alaihimussalam dan pengikutnya) itulah yang pasti mendapatkan
kemenangan”. (QS. As Shaffat: 171-173)
“Hai
orang-orang yang beriman, jika kalian menolong (agama) Allah, pasti
Dia akan menolong kalian dan meneguhkan (menetapkan) kedudukan
kalian. Dan orang-orang yang kafir maka kebinasaanlah bagi mereka dan
Allah 'Azza wa Jalla membatalkan amal-amal mereka.Yang demikian itu
disebabkan kebencian mereka terhadap apa yang difirmankan Allah 'Azza
wa Jalla (Al-Qur'aan) maka Allah menghapuskan (pahala dan amalan
mereka)”. (QS. Muhammad: 7-9)
“Dan
sudah menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman”.
(QS. Ar Ruum: 47)
Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan firman Allah 'Azza wa Jalla tersebut. Barangsiapa yang memperhatikan sunnatullah pada diri rasul dan orang-orang yang beriman, akan mengetahui kebenaran dari sisi dalil naql (apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur'aan) maupun dari sisi kejadian yang disaksikan oleh umat manusia, yakni pertolongan yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka.
Masih banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan firman Allah 'Azza wa Jalla tersebut. Barangsiapa yang memperhatikan sunnatullah pada diri rasul dan orang-orang yang beriman, akan mengetahui kebenaran dari sisi dalil naql (apa yang dikatakan Allah dalam Al-Qur'aan) maupun dari sisi kejadian yang disaksikan oleh umat manusia, yakni pertolongan yang diberikan oleh Allah Azza wa Jalla kepada mereka.
Adapun
yang menimpa sebagian dari kaum muslimin, yaitu kekalahan di beberapa
medan pertempuran karena dosa-dosa yang mereka kerjakan, penyimpangan
atas perintah Allah, tidak adanya persiapan yang cukup dalam
menghadapi musuh-musuh Islam, atau rahasia hikmah yang tinggi dan
sempurna yang dimiliki oleh Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman:
“Dan
seluruh musibah yang menimpa kalian adalah disebabkan oleh perbuatan
tangan-tangan kalian sendiri, dan Allah Azza wa Jalla memaafkan
sebagian besar dari dosa-dosa kalian”. (QS. Asy Syuraa: 30)
Allah berfirman tentang perkara yang menimpa kaum muslimin pada Perang Uhud,
Allah berfirman tentang perkara yang menimpa kaum muslimin pada Perang Uhud,
“Dan
mengapa ketika kalian ditimpa musibah (kekalahan pada Perang Uhud,
yaitu terbunuhnya 70 orang kaum muslimin) padahal kalian telah
menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuh kalian
(kemenangan pada Perang Badar, yaitu terbunuhnya 70 orang musyrikin
dan tertawannya 70 orang musyrikin) kalian mengatakan, ‘Dari mana
datangnya kekalahan ini ?’ Katakanlah, ‘Itu dari diri kalian
sendiri (kesalahan menyelisihi perintah Rasulullah )'. Sesungguhnya
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali 'Imron: 165)
“Seluruh
kebaikan (karunia anak, kebaikan jiwa, harta, dan lain-lain) yang
kamu peroleh adalah dari Allah (keutamaan, kasih, dan rahmat Allah),
dan seluruh bencana (mudlorot yang menimpa harta kekayaan, kematian
anak-anak, paceklik, dan lain-lain) yang menimpamu, maka dari dosa
dan kesalahan dirimu sendiri”. (QS. An Nisa’: 79)
Siapa saja yang memperhatikan dakwahnya para rasul dan keadaan ummatnya, akan mengetahui dengan jelas bahwa tauhid yang diserukan oleh mereka ada 3 macam. Dua macam ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik yaitu Tauhid Ar-Rububiyyah dan Tauhid Al Asma’ wa As Shifat. Namun itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.
Siapa saja yang memperhatikan dakwahnya para rasul dan keadaan ummatnya, akan mengetahui dengan jelas bahwa tauhid yang diserukan oleh mereka ada 3 macam. Dua macam ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik yaitu Tauhid Ar-Rububiyyah dan Tauhid Al Asma’ wa As Shifat. Namun itu tidak memasukkan mereka ke dalam Islam.
Tauhid
Ar-Rububiyyah adalah menetapkan dan meyakini seluruh perbuatan Rabb
(Allah ‘Azza wa Jalla) seperti : menciptakan, memberi rizki,
mengatur dan menghidupkan, mematikan, dan lain-lain.
Ini
semua ditetapkan dan diyakini oleh orang-orang musyrik dan Allah
'Azza wa Jalla mengharuskan dengan ketetapan dan keyakinan mereka itu
supaya memberikan Tauhid Al ‘Ibadah (seluruh bentuk peribadahan)
hanya kepada-Nya.
Sebagaimana
firman Allah 'Azza wa Jalla:
“Dan
sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka (orang-orang musyrik
yang menyembah Allah dan menyembah selain-Nya), ‘Siapakah yang
menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan ?’
Mereka akan mengatakan Allah, maka bagaimana mereka (dapat)
dipalingkan (untuk memberikan seluruh peribadahan hanya kepada Allah
'Azza wa Jalla atau mentauhidkan-Nya)”. (QS. Al ‘Ankabut: 61)
“Dan
sesugguhnya jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang musyrik),
‘Siapa yang menciptakan mereka ?’ Mereka mengatakan, ‘Allah”.
(Az Zukhruf: 87)
قُل مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيَّتَ مِنَ الحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُل أَفَلاَ تَتَّقُونَ
قُل مَن يَرْزُقُكُم مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ أَمَّن يَمْلِكُ السَّمْعَ والأَبْصَارَ وَمَن يُخْرِجُ الحَيَّ مِنَ المَيِّتِ وَيُخْرِجُ المَيَّتَ مِنَ الحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ الأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللّهُ فَقُل أَفَلاَ تَتَّقُونَ
“Katakanlah,
‘Siapakah yang memberikan rizki kepada kalian dari langit dan bumi,
atau siapakah yang memiliki (berkuasa dan menciptakan) pendengaran
dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (menumbuhkan tumbuhan
dari biji dan sebaliknya, mengeluarkan mukmin dari kafir dan
sebaliknya, mengeluarkan ayam dari telur dan sebaliknya, dan lainnya)
dan siapa yang mengatur seluruh urusan ?' Maka mereka akan
mengatakan, ‘Allah’. Maka katakanlah, ‘Mengapa kalian tidak
bertaqwa (kepada-Nya) ?” (QS. Yunus: 31)
Makna
dari firman Allah 'Azza wa Jalla أَفَلاَ
تَتَّقُون adalah
kenapa kalian menserikatkan (menyekutukan) Allah 'Azza wa Jalla dalam
beribadah, padahal kalian mengetahui, menetapkan, dan meyakini bahwa
semua yang melakukan penciptaan tersebut adalah Allah 'Azza wa
Jalla.
Masih
banyak ayat-ayat dalam Al-Qur'aan yang semakna dengan ayat-ayat
tersebut yang keseluruhannya menunjukkan ketetapan dan keyakinan
orang-orang musyrik akan perbuatan yang dilakukan oleh Allah 'Azza wa
Jalla, yang dengan keyakinan itu tidak memasukkan mereka ke dalam
Islam (mereka dihukumi sebagai orang-orang kafir). Semua itu
disebabkan tidak ikhlash (murni)-nya mereka dalam memberikan
peribadahan hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla (dalam memberikan
Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada Allah). Penetapan dan keyakinan
mereka atas seluruh perbuatan Allah 'Azza wa Jalla (Tauhid Ar
Rububiyah) sebagai hujjah (dalil) atas mereka karena Al Khaliq (Allah
yang menciptakan seluruh makhluk-Nya) yang mereka yakini mengharuskan
untuk memberikan Tauhid Al ‘Ibadah hanya kepada-Nya. Maka kewajiban
manusia untuk memberikan Tauhid Al 'Ibadah (seluruh bentuk
peribadahan) hanya kepada Allah 'Azza wa Jalla karena Dialah yang
menciptakan, memberi rizki, mengatur, menghidupkan, mematikan, dan
lain-lain atas seluruh makhluk-Nya.
Yang
kedua adalah Tauhid Al-Asma’ wa Ash-Shifat. Banyak sekali di dalam
ayat ayat al Qur’an Allah menyebutkan tentang tauhid tersebut. Dan
orang orang musyrik tidak mengingkari seluruh asma dan sifat Allah,
kecuali Ar Rahman saja yang mereka ingkari, sebagaimana firman Allah
:
“Dan
mereka (musyrikin) mengingkari sifat Ar-Rahman (Sifat Allah yang
menunjukkan keluasan rahmat atas seluruh makhluk). Katakanlah
(Muhammad ) :’Dialah Rabb-ku, tiada ilah yang berhak disembah
selain Dia.Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya aku
bertaubat”. (Qs.Ar-Ra’d :30)
Pengingkaran ini disebabkan karena kesombongan dan kedurhakaan mereka. Apabila mereka tidak sombong dan durhaka, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah memiliki sifat Ar Rahman, sebagaimana banyak dijumpai dalam syair syair mereka. Allah berfirman:
Pengingkaran ini disebabkan karena kesombongan dan kedurhakaan mereka. Apabila mereka tidak sombong dan durhaka, niscaya mereka akan mengetahui bahwa Allah memiliki sifat Ar Rahman, sebagaimana banyak dijumpai dalam syair syair mereka. Allah berfirman:
“Dia-lah
Allah yang tiada ilah yang berhak disembah kecuali Dia, yang
mengetahui hal ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Rahman dan
Rahim”.(Qs.Al Hasyr: 22)
“Tidak
ada sesuatu pun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuraa: 11).
“Maka
janganlah engkau mengadakan sesuatupun sekutu bagi Allah.
Sesungguhnya Allah mengetahui dan kalian tidak mengetahui.” (QS. An
Nahl: 74).
Dan masih banyak ayat ayat yang semakna dengan ayat di atas, yang keseluruhannya menunjukan bahwa Allah mempunyai nama nama yang mulia dan sifat sifat yang tinggi. Nama dan sifat Allah menunjukan kesempurnaan yang mutlak bagi Dzat Nya, nama- nama Nya, sifat -sifat Nya, perbuatan -perbuatan Nya. Tidak ada yang menyamai satupun dari makhluk Nya.
Dan masih banyak ayat ayat yang semakna dengan ayat di atas, yang keseluruhannya menunjukan bahwa Allah mempunyai nama nama yang mulia dan sifat sifat yang tinggi. Nama dan sifat Allah menunjukan kesempurnaan yang mutlak bagi Dzat Nya, nama- nama Nya, sifat -sifat Nya, perbuatan -perbuatan Nya. Tidak ada yang menyamai satupun dari makhluk Nya.
Salaful
ummah yaitu generasi sahabat, tabi’in, atba’at tabi’in, telah
bersepakat atas kewajiban untuk beriman kepada seluruh ayat ayat Al
Qur’an dan hadits - hadits yang shahih yang mengkhabarkan nama dan
sifat Allah , dan beriman bahwa Allah mempunyai sifat - sifat
tersebut secara hakiki dan bukan sebagai sifat kiasan atau mengubah
makna sesungguhnya. Nama- nama dan sifat Allah sesuai dengan
kesempurnaan dan kebesaran Nya. Tidak ada satu makhlukpun yang
sebanding atau serupa dengan Nya. Tidak ada yang mengetahui
kaifiyahnya ( bentuk dari sifat sifat Allah ) kecuali hanya Dia
sendiri yang mengetahui . Allah mempunyai sifat sifat yang hakiki
sesuai dengan makna dhohir dari Al Qur’an dan hadits ( misalnya
mengkabarkan bahwa Allah mempunyai wajah dan tangan). Itu semua
hakiki atas Allah dan tidak ada yang serupa dengan Nya dari makhlukya
sebagaimana firman Allah:
“Tidak
ada sesuatupun yang sama dengan Dia. Dan Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” (QS. Asy Syuuro: 11).
Adapun
yang ketiga adalah tauhid al Ibadah (kewajiban memberikan ibadah
hanya kepada Allah). Dengan tauhid ini Allah mengutus para rasul-Nya,
diturunkan seluruh kitab-kitab Allah untuk didakwahkan dan diamalkan,
diciptakan manusia dan jin, dan dengan sebab tauhid ini pula terjadi
al khusumah (permusuhan dan pertentangan) antara para rasul dan
kaumnya.
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya :
"Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk
menyeru: 'Sembahlah Allah saja dan jauhilah thoghut,' maka diantara
mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula orang-orang
yang telah pasti kesesatannya." (QS. An Nahl: 36).
“Dan
Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya, bahwasanya tidak ada ilah (sesembahan) yang
berhak disembah kecuali Aku, maka beribadahlah kalian
(kepadaKu)."(QS. Al Anbiya: 25).
Allah
‘Azza wa Jalla berfirman tentang nabi Nuh, Shalih, Hud, Syu'aib
‘alaihimussalam yang setiap mereka berkata kepada kaumnya yang
artinya :
“Hai
kaumku, sembahlah Allah sekali-kali tiada ilah (sesembahan) yang
berhak untuk diibadahi bagi kalian kecuali Allah." (QS. Al
A'raaf: 73).
“Dan
Ibrahim ketika ia berkata kepada kaumnya: 'Sembahlah oleh kalian
Allah 'Azza wa Jalla dan bertakwalah kepada-Nya. Yang demikian adalah
lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (QS. Al Ankabut:
16).
"Dan
tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali supaya mereka
menyembah kepada-Ku." (QS. Adz Dzariyat: 56).
"Hai
manusia beribadahlah kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian
dan orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al
Baqarah: 21).
“Dan
Rabb-mu telah menetapkan supaya kalian jangan menyembah kecuali
kepada-Nya.” (QS. Al Isro: 23).
Dan
masih banyak ayat-ayat Al Qur'an yang semakna dengan firman Allah
tersebut, yang keseluruhannya menunjukkan bahwa Allah mengutus para
rasul, menurunkan kitab-kitab Nya, menciptakan makhluk-Nya hanya
untuk menyembah kepada-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya dengan satu
makhluk pun.
Bermacam-macam
peribadahan yang diberikan musyrikin kepada selain Allah, diantara
mereka ada yang menyembah para nabi dan orang-orang sholeh,
berhala-berhala, pohon-pohon dan batu-batu, bintang-bintang dan
lain-lain, maka Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab
untuk mengingkari seluruh perkara tersebut, dan mendakwahkan kepada
mereka untuk menyembah atau beribadah hanya kepada Allah dan tidak
kepada yang lainnya. Tidak berdo'a kecuali hanya kepada Allah, tidak
bertawakal kecuali kepada-Nya dan tidak mendekatkan diri dengan
amalan nadzar dan penyembelihan kecuali hanya di atas perintah Allah.
Demikian pula dengan seluruh bentuk dan macam ibadah (seluruh perkara
yang dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan dan amalan yang
dhohir maupun yang batin), semuanya wajib diserahkan untuk Allah
semata.
Orang
orang musyrik yang memberikan ibadahnya kepada para nabi, orang-
orang shalih, berhala-berhala, yang bersamaan dengan itu mereka juga
beribadah kepada Allah, beranggapan bahwa mereka dapat mendekatkan
diri kepada Allah dan mendapatkan syafa'at dari mereka (yang
diibadahi selain Allah) di sisi Allah. Maka, Allah ‘Azza wa Jalla
batalkan anggapan dan keyakinan mereka dalam Al Qur'an yang artinya
:
"Dan
mereka menyembah kepada selain Allah yang tidak dapat mendatangkan
ke-madlarat-an kepada mereka dan tidak pula manfaat, dan mereka
berkata:'Mereka itu pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.'
Katakanlah: 'Apakah kalian mengkhabarkan kepada Allah suatu perkara
(yang belum pernah ada) di langit dan di bumi ?' Maka, Maha Suci
Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan." (QS.
Yunus: 18).
"Ingatlah
hanya milik Allah-lah agama yang suci (dari kesyirikan), dan
orang-orang yang mengambil wali selain Allah berkata: 'Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka memberikan kepada kami
syafa'at di sisi Allah.' Sesungguhnya Allah akan menghukumi (pada
hari kiamat) diantara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk (hidayah) kepada
orang-orang pendusta (kepada Allah) dan kafir (sangat mengingkari
ayat-ayat Allah)." (QS. Az Zumar: 3)
Ketika
nabi kita Muhammad ‘alaihisshalaatu wasallam menyeru kepada orang
orang kafir Quraisy dan yang lainnya, dari penduduk kafir arab atas
tauhid ini (tauhid Al Ibadah), mereka mengingkarinya dengan alasan
bahwa apa yang diserukan oleh beliau menyelisihi dari apa yang mereka
dapatkan dari bapak bapak dan pendahulu (nenek moyang ) mereka. Allah
berfirman yang artinya :
“Sesungguhnya
mereka dahulu (di dunia) apabila dikatakan kepada mereka laa ilaha
illallah, mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: 'Apakah
sesungguhnya kami harus meninggalkan sesembahan-sesembahan kami
karena seseorang penyair gila (yaitu Muhammad )'. Sesungguhnya dia
(Muhammad ) telah datang membawa kebenaran (syariat Allah) dan
membenarkan rasul-rasul sebelumnya.” (QS. Ash Shoffat: 35-37).
Ayat
ini menunjukkan bentuk kekufuran dan kesombongan serta permusuhan
orang-orang musyrik yang sangat banyak disebutkan dalam Al
Qur'an.
Maka wajib bagi da'iilallah untuk menyeru kepada umat manusia kembali kepada agama Allah dengan dasar ilmu dan bimbingan Allah , dan bersabar dengannya serta tidak berputus asa dalam berdakwah. Mereka harus selalu mengingat janji yang diberikan oleh Allah kepada para rasul dan pengikutnya, yaitu an nashr( pertolongan ) dan at tamkin (ketetapan dan kekuasaan) di bumi, apabila mereka menolong agama-Nya, bersabar di atasnya dan istiqomah di dalam mentaati Allah dan rasul-Nya.
Maka wajib bagi da'iilallah untuk menyeru kepada umat manusia kembali kepada agama Allah dengan dasar ilmu dan bimbingan Allah , dan bersabar dengannya serta tidak berputus asa dalam berdakwah. Mereka harus selalu mengingat janji yang diberikan oleh Allah kepada para rasul dan pengikutnya, yaitu an nashr( pertolongan ) dan at tamkin (ketetapan dan kekuasaan) di bumi, apabila mereka menolong agama-Nya, bersabar di atasnya dan istiqomah di dalam mentaati Allah dan rasul-Nya.
Sebagaimana
yang telah disebutkan oleh Allah dalam Al Qur'an, demikian pula
dengan keadaan nabi kita Muhammad ‘alaihishalaatu wasallam. Beliau
telah mendapatkan ujian dalam dakwahnya dan bersabar sebagaimana
keadaan rasul sebelumnya. Beliau tetap istiqomah dalam dakwahnya dan
berjihad di jalan-Nya dengan sebenar-benarnya. Juga para shahabat
beliau, mereka bersabar memberikan pertolongan dan berjihad bersama
beliau sampai Allah tinggikan agama Islam atas seluruh agama. Allah
muliakan tentara tentara-Nya. Allah rendahkan dan hinakan musuh-musuh
Nya, dan masuklah manusia ke dalam agama Allah (al Islam) dengan
berbondong bondong.
Inilah
sunatullah (ketetapan Allah) kepada para hamba Nya, tidak ada yang
bisa mengubah dan mengganti sunatullah. Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman yang artinya :
“Dan
sudah menjadi kewajiban Kami menolong orang-orang yang beriman."
(QS. Ar Ruum:47).
"Dan
sungguh telah tetap kalimat Kami (di Lauh Mahfudz) kepada hamba-hamba
Kami yangmenjadi rasul, sesungguhnya mereka itulah yang pasti
mendapatkan pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami (para rasul
dan pengikutnya) itulah yang pasti mendapatkan kemenangan." (QS.
Ash Shoffat: 171-173).
Dan
saya meminta pertolongan kepada Allah untuk menolong agama-Nya dan
meninggikan kalimat-Nya, memperbaiki kehidupan seluruh kaum muslimin
dan menyatukan hati-hati mereka di atas al haq (kebenaran),
memberikan hidayah kepada kaum muslimin agar mereka bersatu di atas
syari'at-Nya, memberikan pemimpin yang baik dan terbimbing di atas
petunjuk-Nya, dan menyatukan mereka semua untuk menegakkan dan
berhukum dengan syari'at-Nya serta menjauhkan kaum muslimin dari
menyelisihi hukum-hukum Nya.
(Tamat)
(Diterjemahkan dari Risalah Fatawa Asy Syaikh Al 'Allamah 'Abdul 'Aziz bin ‘Abdillah bin Baaz)
(Tamat)
(Diterjemahkan dari Risalah Fatawa Asy Syaikh Al 'Allamah 'Abdul 'Aziz bin ‘Abdillah bin Baaz)
Sumber:
www.darussalaf.or.id
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer