Bahagia rasanya saat akad nikah terucap, saat semarak walimatul ‘urs menggema, saat tali pernikahan
terikat. Saat itu telah halal cinta dua orang insan, saling mengisi
dan saling melengkapi setiap harinya. Saat itu pula masing-masing
pasangan akan memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan mereka.
Sang suami memiliki hak yang harus ditunaikan istrinya, dan sang
istripun mempunyai hak yang harus ditunaikan oleh suaminya. Alangkah
bahagianya jika masing-masing secara seimbang senantiasa berupaya
menunaikan kewajibannya.
Duhai saudariku muslimah, kini aku bertanya padamu… bukankah indah rasanya jika seorang istri mematuhi suaminya, kemudian ia senantiasa menjadi
penyejuk mata bagi suaminya, menjaga lisan dari menyebarkan rahasia
suaminya, lalu menjaga harta dan anak-anak suami ketika ia pergi?
Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada
perkara yang lebih bagus bagi seorang mukmin setelah bertakwa kepada
Allah daripada istri yang shalihah, bila ia menyuruhnya maka ia
menaatinya, bila memandangnya membuat hati senang, bila bersumpah (agar
istrinya melakukan sesuatu), maka ia melakukannya dengan baik, dan bila
ia pergi maka ia dengan tulus menjaga diri dan hartanya.” (HR. Ibnu
Majah)
Sehingga… kehidupan rumah
tangga pun akan berjalan penuh dengan kemesraan dan kebahagiaan. Yang
satu menjadi tempat berbagi bagi yang lain, saling menasehati dalam
ketakwaan, dan saling menetapi dalam kesabaran.
Saudariku
muslimah… tulisan tentang kewajiban istri dalam mematuhi perintah
suami telah banyak dibahas. Maka kini penulis akan mencoba
mengetengahkan hal-hal apa saja yang tidak boleh dipatuhi oleh seorang
istri di saat suaminya memerintah.
Ini Saatnya Mematuhi Perintah Suami
Diantara
ciri seorang istri sholihah adalah mematuhi perintah suaminya. Yang
dimaksud mematuhi perintah adalah mematuhi dalam hal yang mubah dan
disyari’atkan. Jika dalam perkara yang disyari’atkan, tentu hal ini
tidak perlu dipertanyakan lagi hukumnya, karena perkara yang demikian
adalah hal-hal yang Allah perintahkan kepada para hamba-Nya, seperti
kewajiban sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, memakai jilbab, dan
lain-lain. Maka untuk hal ini, seorang hamba
tidak boleh meninggalkannya karena meninggalkan perintah Allah Ta’ala
adalah sebuah dosa. Sedangkan dalam perkara yang mubah, jika suami
memerintahkan kita untuk melakukannya maka kita harus melaksanakannya
sebagai bentuk ketaatan kepada suami. Contohnya suami menyuruh sang
istri rajin membersihkan rumah, berusaha mengatur keuangan keluarga
dengan baik, selalu bangun tidur awal waktu, membantu pekerjaan suami,
dan hal-hal lain yang diperbolehkan dalam syari’at Islam.
Ada Saatnya Menolak Perintah Suami
Jika
dalam hal yang disyari’atkan dan yang mubah kita wajib mematuhi suami,
maka lain halnya jika suami menyuruh kepada istri untuk melakukan
kemaksiatan dan menerjang aturan-aturan Allah. Untuk yang satu ini kita
tidak boleh mematuhinya meskipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pernah bersabda, “Kalau sekiranya aku (boleh) memerintahkan
seseorang untuk sujud kepada orang lain maka akan aku perintahkan
seorang wanita untuk sujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
Kita tidak boleh tunduk
pada suami yang memerintah kepada kemaksiatan meskipun hati kita begitu
cinta dan sayangnya kepada suami. Jika kewajiban patuh pada suami
sangatlah besar, maka apalagi kewajiban mematuhi Allah, tentu lebih
besar lagi. Allahlah yang menciptakan kita dan suami kita, kemudian
mengikat tali cinta diantara sang istri dan suaminya. Namun perlu
diketahui, bukan berarti kita harus marah-marah dan bersikap keras
kepada suami jika ia memerintahkan suatu kemaksiatan kepada kita,
tetapi cobalah untuk menasehatinya dan berbicara dengan lemah lembut,
siapa tahu suami tidak sadar akan kesalahannya atau sedang perlu
dinasehati, karena perkataan yang baik adalah sedekah.
Saudariku, berikut ini beberapa contoh perintah suami yang tidak boleh kita taati karena bertentangan dengan perintah Allah:
1. Menyuruh Kepada Kesyirikan
Tidak
layak bagi kita untuk menaati suami yang memerintah untuk melakukan
kesyirikan seperti menyuruh istri pergi ke dukun, menyuruh mengalungkan
jimat pada anaknya, ngalap berkah
di kuburan, bermain zodiak, dan lain-lain. Ketahuilah saudariku,
syirik adalah dosa yang paling besar. Syirik merupakan kezholiman yang
paling besar (lihat QS Luqman: 13). Bagaimana bisa seorang hamba
menyekutukan Allah sedang Allah-lah yang telah menciptakan dan memberi
berbagai nikmat kepadanya? Sungguh merupakan sebuah penghianatan yang
sangat besar!
2. Menyuruh Melakukan Kebid’ahan
Nujuh
bulan (mitoni – bahasa jawa) adalah acara yang banyak dilakukan oleh
masyarakat ketika calon ibu genap tujuh bulan mengandung si bayi. Ini
adalah salah satu dari sekian banyak amalan yang tidak ada contohnya
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Walaupun begitu banyak
masyarakat yang mengiranya sebagai ibadah sehingga merekapun
bersemangat mengerjakannya. Ketahuilah wahai saudariku muslimah, jika
seseorang melakukan suatu amalan yang ditujukan untuk ibadah padahal
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah menyontohkannya, maka
amalan ini adalah amalan yang akan mendatangkan dosa jika dikerjakan.
Ketika sang suami menyuruh istrinya melakukan amalan semacam ini, maka
istri harus menolak dengan halus serta menasehati suaminya.
3. Memerintah untuk Melepas Jilbab
Menutup
aurat adalah kewajiban setiap muslimah. Ketika suami memerintahkan
istri untuk melepas jilbabnya, maka hal ini tidak boleh dipatuhi dengan
alasan apapun. Misalnya sang suami menyuruh istri untuk melepaskan
jilbabnya agar mendapatkan pekerjaan dengan gaji yang lumayan, hal ini
tentu tidak boleh dipatuhi. Bekerja diperbolehkan bagi muslimah (jika
dibutuhkan) dengan syarat lingkungan kerja yang aman dari ikhtilat
(campur baur dengan laki-laki) dan kemaksiatan, tidak khawatir
timbulnya fitnah, serta tidak melalaikan dari kewajibannya sebagai
istri yaitu melayani suami dan mendidik anak-anak. Dan tetap berada di
rumahnya adalah lebih utama bagi wanita (Lihat QS Al-Ahzab: 33). Allah
telah memerintahkan muslimah berjilbab sebagaimana dalam QS Al-Ahzab:
59. Perintah Allah tidaklah pantas untuk dilanggar, karena tidak ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Sang Pencipta.
3. Mendatangi Istri Ketika Haidh atau dari Dubur
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda, “…dan persetubuhan salah seorang
kalian (dengan istrinya) adalah sedekah.” (HR. Muslim)
Begitu
luasnya rahmat Allah hingga menjadikan hubungan suami istri sebagai
sebuah sedekah. Berhubungan suami istri boleh dilakukan dengan cara dan
bentuk apapun. Walaupun begitu, Islam pun memiliki rambu-rambu yang
harus dipatuhi, yaitu suami tidak boleh mendatangi istrinya dari arah
dubur, sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“(Boleh) dari arah depan atau arah belakang, asalkan di farji (kemaluan).” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka
ketika suami mengajak istri bersetubuh lewat dubur, hendaknya sang
istri menolak dan menasehatinya dengan cara yang hikmah. Termasuk hal
yang juga tidak diperbolehkan dalam berhubungan suami istri adalah
bersetubuh ketika istri sedang haid. Maka perintah mengajak kepada hal
ini pun harus kita langgar. Hal ini senada dengan sabda
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang menjima’ istrinya
yang sedang dalam keadaan haid atau menjima’ duburnya, maka
sesungguhnya ia telah kufur kepada Muhammad.” (HR. Tirmidzi, Abu Dawud,
Ibnu Majah, dan Ad-Darimi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu)
Belajarlah Wahai Muslimah!
Demikianlah saudariku pembahasan singkat yang dapat penulis sampaikan. Sebagai penutup, mari kita ringkas
pembahasan ini: Bahwa wajib bagi seorang istri untuk mematuhi apa yang
diperintahkan suaminya dalam perkara yang mubah apalagi yang
disyari’atkan Allah, namun tidak boleh patuh jika suami memerintahkan
kemaksiatan dan yang dilarang oleh Rabb Semesta Alam.
Lalu,
perkara apa sajakah yang termasuk dalam larangan Allah? untuk itu,
setiap hamba wajib mencari tahu tentang syari’at Islam karena dengannya
akan tercapai ketakwaan kepada Allah, yaitu melakukan yang Allah
perintahkan dan meninggalkan apa yang Allah larang. Wahai para wanita
muslim! Pelajarilah agama Allah dengan menghadiri majelis-majelis yang
mengajarkan ilmu syar’i atau dengan menelaah buku dan tulisan para
‘ulama. Tidaklah mungkin seseorang akan mengenal agamanya tanpa
berusaha mencari tahu. Dan tidak mungkin pula ilmu akan sampai
kepadanya jika ia hanya bermalas-malasan di rumah atau kos, atau hanya
sibuk berjam-jam berdandan di depan cermin, serta bergosip ria
sepanjang waktu. Sungguh yang seperti itu bukanlah ciri seorang
muslimah yang sejati. Bersegeralah melakukan kebaikan wahai saudariku,
karena Allah pasti akan membalas setiap kebaikan dengan kebaikan, dan
membalas keburukan dengan keburukan walaupun hanya sebesar biji sawi.
Setiap anak Adam memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang
melakukan kesalahan adalah yang senantiasa berusaha untuk memperbaiki dirinya.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer