Luar biasa! Itulah ucapan kekaguman yang mungkin
terlontar dari mulut kebanyakan orang jika mendengar ucapan tiga orang
Sahabat Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam yang bertekad untuk
lebih mendekatkan diri kepada Allâh Ta'âla dengan melakukan perbuatan
ibadah. Bagaimana tidak terkagum? Salah satu diantara mereka bertekad
untuk melakukan shalat malam tanpa tidur, yang lain ingin berpuasa
setiap hari tanpa berbuka seharipun, yang ketiga tidak mau menikah.
Semuanya bertujuan mendekatkan diri kepada Allâh
Ta'âla. Sebuah niat yang mulia dan itulah yang sering dinilai oleh
kebanyakan orang tanpa peduli dengan benar atau tidaknya ibadah yang
dilakukan oleh seseorang. Padahal untuk urusan ibadah tidak cukup hanya
niat tapi juga harus mengikuti cara yang dicontohkan oleh Rasûlullâh
shallallâhu 'alaihi wa sallam. Oleh karena itu, lihatlah bagaimana
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam merespon ketika kabar tentang
tekad ketiga Sahabat radhiyallâhu 'anhum itu sampai ke beliau
shallallâhu 'alaihi wa sallam. Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam
bukannya kagum atau bahagia, namun sebaliknya, beliau shallallâhu
'alaihi wa sallam marah dan menasehati mereka bertiga secara langsung.
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda :
أَنْتُمْ الَّذِينَ قُلْتُمْ كَذَا وَكَذَا أَمَا
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَخْشَاكُمْ لِلَّهِ وَأَتْقَاكُمْ لَهُ لَكِنِّي
أَصُومُ وَأُفْطِرُ وَأُصَلِّي وَأَرْقُدُ وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ
رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي رواه البخاري ومسلم
Apakah kalian yang mengatakan begini-begini? Demi
Allâh saya adalah orang yang paling takut dan paling bertakwa kepada
Allâh di antara kalian. Akan tetapi saya berpuasa juga berbuka, saya
shalat malam namun juga tidur, dan saya mengawini wanita. Barangsiapa
tidak suka pada Sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.
Itulah respon Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa
sallam terhadap para Sahabatnya yang hendak beribadah dengan cara
mengikuti Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam namun tidak dalam
waktu pelaksanaannya. Lalu bagaimana dengan orang yang tidak mengikuti
Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam dalam sesuatu yang mereka klaim
“ibadah”?!
Salah satu golongan dalam Islam yang dikenal
khalayak sebagai ahli ibadah adalah golongan sufi. Golongan ini selalu
dikaitkan dengan berbagai praktik yang berkaitan dengan tazkiyatun nafsi
(pembersihan jiwa) dari segala dosa, juga dikaitkan praktik zuhud
terhadap dunia dan menfokuskan diri hanya untuk beribadah kepada Allâh
Ta'âla.
Itulah hal-hal baik yang sering dikaitkan dengan
sufi, sehingga tidak mengherankan kalau kemudian sufi atau ajaran
tasawuf mendapatkan tanggapan positif dari banyak kalangan. Mereka pun
berduyun-duyun mengikuti ajaran itu. Mereka meniti jalan itu, tanpa
mencari tahu terlebih dahulu apa dan bagaimana ibadah ala sufi itu dalam
pandangan Islam.
Apakah cara ibadah mereka itu sesuai dengan ajaran
Islam? Zikir misalnya, mereka lakukan dengan disertai gerakan anggota
badan tertentu, bahkan ada yang sampai meloncat-loncat, seakan tak
sadar. Mereka ingin 'fly' bersama Allâh Ta'âla. Kita patut bertanya,
darimanakah cara berzikir seperti ini?
Islam mengajarkan zikir itu dilakukan dengan suara
lirih, tapi mereka berteriak-teriak. Islam mengharamkan nyanyian,
sebagian dari mereka malah menjadikannya sebagai cara beribadah. Sungguh
aneh memang, tapi itulah yang terjadi.
Hal lain yang harus diperhatikan oleh seseorang yang
mendambakan keselamatan dirinya di dunia dan akhirat adalah masalah
keyakinan. Dia tidak terlihat mata, tapi memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam kebaikan jiwa dan akhirnya keselamatan jiwa tersebut.
Perhatikanlah keyakinan sebagian komunitas sufi ini yang meyakini jika
seseorang telah sampai pada derajat tertentu, maka dia akan terbebas
dari kewajiban menjalankan syariat.
Benarkah keyakinan ini? Untuk menjawabnya, lihatlah
kehidupan Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam. Adakah yang lebih
tinggi derajatnya dibandingkan beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam?
Adakah yang kualitas ibadahnya melebihi kualitas ibadah beliau
shallallâhu 'alaihi wa sallam?
Meski tidak ada yang menyamai, namun Rasûlullâh
shallallâhu 'alaihi wa sallam tidak menyatakan dirinya lepas dari
kewajiban menjalankan syariat. Beliau shallallâhu 'alaihi wa sallam
tetap menjalankan ibadah shalat meski sedang merasakan kesakitan luar
biasa menjelang meninggal dunia. Dari sini kita tahu, keyakinan bahwa
seseorang terbebas dari kewajiban tertentu adalah keyakinan keliru.
Masih terkait keyakinan sebagian komunitas sufi,
yaitu keyakinan mereka terhadap penghuni kubur tertentu yang diyakini
memiliki kedudukan di sisi Allâh Ta'âla. Berdasarkan keyakinan ini,
mereka berduyun-duyun, mencurahkan tenaga, mengeluarkan harta dan siap
menempuh perjalanan jauh, demi bisa berziarah ke kuburan tententu untuk
menjadikannya sebagai wasilah dalam berdoa, bahkan tidak menutup
kemungkinan di antara mereka ada yang meminta dan memohon kepada
penghuni kubur itu.
Ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Saat
ziarah kubur, Islam mengajarkan kepada kita untuk mendoakan penghuni
kubur, bukan sebaliknya minta didoakan. Perhatikan doa ziarah kubur yang
diajarkan Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wa sallam, bukankah itu
merupakan doa untuk penghuni kubur? Berlebih-lebihan dalam mengagungkan
orang-orang shalih telah menyeret sebagian komunitas sufi, sehingga
terjebak dalam pengkultusan kubur.
Itulah secuil informasi tentang ajaran sufi. Semoga
menjadi perhatian dan semoga Allâh Ta'âla senantiasa memberikan taufiq
dan hidayah kepada kita dalam meniti perjalan hidup ini.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer