Akhwatmuslimah.com – Setelah malam-malam panjang
yang dihabiskannya untuk menyendiri (khola’) di Gua Hira’, pada suatu
malam Rasulullah pulang dalam keadaan gemetar sekujur tubuhnya. Kemudian
berkatalah Beliau kepada istrinya: Khadijah binti Khuwailid,“ Selimuti
aku, selimuti aku.”
Khadijah pun kemudian menyelimutinya. Setelah hilang rasa takutnya,
Beliau pun berkata: “Tahukah engkau apa gerangan yang terjadi denganku?”
Lalu beliau pun menceritakan hal yang dialaminya. Selanjutnya Beliau berkata,”Sesungguhnya aku mengkhawatirkan diriku.”
Khadijah, sang istri shalihah pun berkata,”Tak perlu khawatir.
Tenanglah dan gembirakan dirimu. Demi Allah, Allah tidak akan pernah
menyia-nyiakanmu. Sungguh, engkau adalah seorang yang suka menyambung
tali kekerabatan (silaturahim), selalu bicara jujur, membantu
meringankan beban orang lain, menolong orang yang sengsara, selalu
menghormati tamu, dan membela orang yang berada dalam kebenaran.” (Al Ghazali, 2005: hal 136)
Tak kurang hanya menghibur, Khadijah pun kemudian mengajak beliau
menemui pamannya, seorang Ahli Kitab, Waraqah bin Naufal. Hingga beliau
pun tak ragu lagi akan perubahan luar biasa yang beliau tahu akan di
hadapinya. Sesak kegalauan dan pesimisme, berubah menjadi kesejukan, dan
harapan yang luas. Serta loncatan mendadak yang begitu jauh dari
jangkauannya. Namun kini diyakininya sepenuh hati. Inilah nubuwwah…
Puncak Kegelisahan adalah Awal Hidayah
Perhatikanlah bagaimana seorang Khadijah, yang disebut Rasulullah
sebagai “Istri yang aku diselimuti cintanya”, menunjukkan cintanya yang
luar biasa kepada suami shalihnya.
Ketika suami sedang berada di puncak kegelisahan dan membutuhkan
waktu untuk menyendiri (khola’) di Gua Hira’, beliau mendukung dengan
menyiapkan bekal makan, dan pastinya sebuah doa yang tulus akan
keselamatan suaminya.
Bagaimana dengan kita?
Mari kita introspeksi, apakah ketika suami sedang butuh untuk menyendiri di tengah kegelisahannya, kita malah ribut, ribet, dan rewel
karena merasa ingin selalu ditemani dan didampingi suami dalam
keseharian membesarkan anak-anak di rumah? Padahal ada cita besar yang
sedang menanti keluarga kita bila suami didukung untuk menyendiri barang
sejenak.
Pernahkah terpikirkan meniru Khadijah, yang mendukung bahkan menyiapkan perbekalan untuk suami ber khola’ meninggalkan rumah berhari-hari untuk mendekatkan diri pada Rabb-nya?
Belajarlah untuk meyakini bahwa suami yang sedang gelisah dan butuh
waktu untuk mendekat pada Rabb-nya akan mendapat hidayah yang luar
biasa. Dukung dan sertai saja suami kita dengan doa tulus ikhlas, agar
dilindungi Allah dan mendapatkan hidayah yang pada akhirnya akan
bermanfaat bagi kita dan anak-anak kita dengan kesholihannya yang
bertambah.
Kriteria Suami Yang Baik
Namun memang untuk sampai pada keyakinan untuk mendukung dan
menyertainya dengan doa tulus ikhlas, suatu hal yang wajar bila kita
memerlukan suatu kondisi bahwa memang yang kita dukung itu adalah demi
mendapat ridho Allah Subhanahuwata’ala. Begitulah, dalam siroh di atas,
kita juga dapat mengambil pelajaran lain. Salah satunya adalah bagaimana
memastikan suami kita adalah suami yang baik yang harus kita dukung
perubahannya.
Dialog Khadijah yang sedang menenangkan suaminya yang gemetar menjadi kunci untuk menjabarkan kriteria suami yang baik.
Beberapa kriteria suami yang baik berdasar dialog Bunda Khadijah adalah sebagai berikut:
1. Suka menyambung tali kekerabatan (silaturahim)
2. Selalu bicara jujur
3. Membantu meringankan beban orang lain
4. Menolong orang yang sengsara
5. Selalu menghormati tamu
6. Membela orang yang berada dalam kebenaran
Maka untuk para suami, penuhilah kriteria suami yang baik ini. Hingga
para istri akan menjadi yakin, dan kemudian mendukung setiap perubahan
yang dicanangkan suaminya. Karena keyakinan adalah modal awal untuk
membawa perubahan itu menjadi sesuatu yang manfaat dan mendapat ridho
Allah Subhanahuwata’ala.
Apa yang sebaiknya dilakukan menghadapi suami yang gelisah?
Sungguh sangat menarik, dari kisah yang ditulis hanya kurang dari 5
paragrah ini, kita dapat mengambil langkah-langkah yang sangat
aplikatif. Berikut adalah langkah-langkah yang kita ambil pelajarannya
dari Ummul Mukminin Khadijah ketika Rasulullah pulang dengan membawa
kegelisahan yang pada akhirnya membawa perubahan baru, bukan hanya untuk
rumah tangga mereka, namun juga bagi ummat.
1. Ketika suami pulang dalam keadaan gelisah, usahakan jangan banyak
bertanya. Lakukan saja apa yang diinginkan suami. Bila suami tak
mengatakan apa-apa, cukuplah sebuah sentuhan fisik yang diberikan
sebagai wujud memberi ketenangan bagi suami tercinta.
2. Ketika suami sudah tenang, dan memulai pembicaraan, jadilah istri
yang siap mendengarkan. Usahakan jangan dulu memotong apalagi
menunjukkan sikap tak percaya dan kemudian menjadikan suami tidak mau
menyelesaikan pembicaraannya.
3. Hibur dan tenangkan suami dengan kalimat-kalimat penghiburan yang akan menenangkannya.
4. Bila suami mengungkapkan ketidak-percayadiri-annya, maka jadilah
orang yang pertama percaya dan mendukungnya dengan menyebutkan
kelebihan-kelebihan dirinya.
5. Biarkanlah suami beristirahat sejenak untuk mengistirahatkan gejolak yang ada dalam dirinya.
6. Pikirkan dan ajaklah suami menemui ahli ilmu yang dapat membantu memberikan solusi-solusi perubahan yang bermanfaat.
7. Dampingi, dukung, dan jadilah istri yang dapat membantu menawarkan
alternatif solusi dalam setiap proses perubahannya mendekat pada
Rabb-nya.
Semoga Allah memudahkan kita semua.
Ya Allah, bimbinglah kami…
Wallahu’alam bish-shawab.
=========
Sumber : parentingnabawiyah
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer