Hari berganti hari, bulan
berganti bulan, waktu berjalan demikian cepat. Tidak terasa satu tahun lebih
telah berlalu menjalani dakwah tauhid di kampung Laut. Ketegangan, kesulitan,
senyuman, dan tangisan semuanya teralami ketika mengibarkan panji dakwah tauhid
di daerah ini. Semula tatapan pesimis muncul dari sebagian kaum muslimin yang
mendengar bahwa Ahlus sunnah mulai melangkahkan kaki untuk berdakwah di daerah
ini. Mereka merasa tidak percaya diri kalau masyarakat Kampung laut yang
terkenal dengan kehidupan keras , amoral, bodoh, dan miskin mau menerima dakwah
tauhid. Karena dahulu pernah ada beberapa ormas yang berupaya mencurahkan
dakwah Islam dengan menjalankan berbagai program sosial dan pembangunan masjid
namun hasilnya jauh dari yang mereka harapkan. Sehingga ungkapan keputusasaan
muncul dari mereka.
Allah Rabbul `Alamin adalah Dzat
yang Maha Berkehendak. Namun, ketika Allah menghendaki suatu kaum untuk
mendapatkan Hidayah-Nya, maka tidak ada satu orang pun yang bisa
menghalanginya. Demikian pula jika menghendaki kesesatan suatu kaum, maka tidak
ada seorang pun yang menghalanginya. Alhamdulillahilladzi bi ni`matihi tatimmu
Ash Sholihat, segala puji bagi Allah yang mana dengan Nikmat-Nya menjadi
sempurnalah berbagai amalan shalih. Berbekal tawakkal, do`a dan semangat
menteladani generasi salaf dalam berdakwah, Ahlus Sunnah yang berada di sekitar
Ponpes An Nur Al-Atsary Ciamis terjun untuk mempelopori dalam mengkibarkan
panji dakwah tauhid di Kampung Laut dengan sebuah harapan besar bahwa hal ini
akan menjadi sebab Hidayah dan Ukhuwah bagi masyarakat Kampung laut juga bagi
Ahlu Sunnah yang ada di berbagai daerah.
Sampai saat ini, kita melihat
adanya tanda-tanda dikabulkannya do`a dan harapan tersebut oleh Allah Ta`ala,
karena dengan sebab dakwah ini sekitar 100 orang masyarakat kampung laut telah
kembali masuk Islam, setelah sebelumnya murtad mengikuti seruan misionaris
Kristen. Selain itu, masjid-masjid jami di wilayah tersebut meminta untuk
dikunjungi dan diadakan pembinaan rutin, dan Ahlus Sunnah yang ada di berbagai
daerah kini mulai bangkit untuk sama-sama berta`awun. Semua ini menunjukan
adanya respon baik yang bisa dijadikan sebagai suatu kekuatan dan peluang untuk
melanjutkan dakwah tauhid yang mulia ini. Rasa penat dan letih yang terkadang
muncul ketika menjalani dakwah ini, namun rasa tak terasa hilang begitu saja
ketika mendengar ucapan Syahadat yang keluar dari lisan seorang muallaf. Betapa
tidak sebelumnya ia adalah seorang yang murtad kemudian memusuhi dakwah tauhid.
Pernah suatu ketika rombongan
da`i dari Ponpes An Nur Al Atsary mengunjungi sebuah lokasi wakaf di Desa Ujung
Gagak yang telah direncanakan untuk dilakukan pembangun masjid di atasnya,
namun pihak misionaris kristen mendahuluinya dengan membangun sebuah gereja
tepat di samping tanah tersebut. Ketika bangunan gereja itu diambil gambarnya
maka tiba-tiba ada seorang lelaki hitam berbadan kekar dengan bertelanjang dada
berlari menghampiri. Kemudian membentak rombongan da`i tersebut, belakangan
diketahui bahwa lelaki itu adalah seoarang yang murtad dan menjadi pendukung
utama para misionaris Kristen. Namun sungguh tidak disangka, berapa waktu
kemudian lelaki itu datang ke Ponpes an Nur Al Atsary ditemani beberapa orang
masyarakat Kampung Laut lainnya untuk menyatakan keislaman, Alhamdulillah. Rasa
haru pun kerap hadir, ketika melihat beberapa orang yang menyatakan bahwa
dirinya ingin bertaubat dari segala perbuatan dosa yang ia sering lakukan
kemudian ia menjalaninya dengan jatuh bangun sementara kondisi lingkungan belum
mendukung keinginannya.
Teringatlah seorang pemuda Karang
Anyar yang mana masyarakat telah mengenalnya sebagai “ jagoan” yang ditakuti,
hampir setiap hari miras ditenggaknya. Pada suatu hari ia dan sekitar sepuluh
orang teman-temannya yang “ se-profesi” datang ke Ponpes An Nur Al Atsary
bersama dengan orang yang mau masuk Islam. Para pemuda “ singa-singa kampung
Laut” yang berwajah garang tersebut menyatakan bahwa mereka masih beragama
Islam namun ingin bertaubat dan ingin memperbaiki jalan hidupnya, maka mereka
pun mendapatkan wejangan dan bimbingan dari asatidz Ponpes An Nur Al Atsary.
Kemudian setelah berbicara banyak hal yang menunjukan adanya keinginan baik
mereka pun pamit untuk pulang. Beberapa waktu kemudian, serombongan da`i dari
Ponpes An Nur Al-Atsary berkunjung ke Karang anyar setelah selesai berdakwah di
daerah Ujung Alang.
Ketika sedang berjalan di jalan
kampung menuju rumah sebuah penduduk, rombongan da`i tersebut melihat salah
seorang “ singa Kampung Laut” yang pernah datang ke Ponpes an Nur Al Atsary
dalam keadaan sedang berjalan limbung, maka dugaan pun muncul bahwa ia sedang
mabuk karena miras. Ketika ia melihat ke rombongan, ia segera berlari dengan
sempoyongan menuju rombongan da`i. Melihat kejadian ini beberapa anak kecil
yang sedang bermain di depan rumahnya segera berhamburan karena ketakutan,
khawatir jika pemuda itu mau mengamuk. Namun setelah sampai di hadapan
rombongan ia pun mengucapkan salam dan mengacung-acungkan kedua tangannya ke
atas kepala sambil berkata, “ maaf ustadz…..maaf ustadz….”. Ucapan ini terus ia
ulang-ulang sambil mengawal rombongan da`i menuju sebuah rumah penduduk, bahkan
ketika rombongan berjalan kearah dermaga untuk pulang ia tetap bersikeras untuk
mengawal, walaupun keadaannya sempoyongan.
Karena sudah masuk waktu Maghrib
rombongan memutuskan untuk sholat di sebuah mushola yang ada di sana, pemuda
itu pun berinisiatif mencarikan tempat yang bisa dijadikan untuk berwudlu. Ia
berlari ke pinggiran dermaga lalu mendorong beberapa perahu yang sedang
bersandar lalu ia ia bersihkan sampah-sampah di tepian sungai tersebut,
kemudian ia berkata, “ silahkan wudlu Ustadz…..!”, rasa takjub dan haru pun
belum berhenti sampai disana, ternyata ia memaksakan diri untuk ikut sholat
bersama rombongan, ia belum memahami kalau orang yang mabuk tidak boleh
mendekati sholat, ternyata ia mengikuti sholat maghrib berjama’ah sampai
selesai. Ketika rombongan sedang menjama Sholat isya, pemuda itu pun mulai
kelihatan tidak bisa mengalahkan rasa mabuknya, akhirnya ia pun jatuh
terbanting ke belakang kemudian tergeletak tak sadarkan diri.
Di saat rombongan bersiap-siap
pulang salah seorang warga membangunkannya dan mengatakan kalau rombongan para
ustadz akan pulang, ternyata di luar dugaan ia tiba-tiba bangkit dan memaksakan
diri untuk mengantar rombongan menuju perahu yang bersandar di dermaga.
Kemudian ia memegang perahu tersebut supaya rombongan bisa naik ke atasnya.
Tidak lama setelah rombongan mengucapkan salam kepadanya, perahu pun laju
meninggalkan pemuda tersebut yang melambaikan tangannya. Rombongan da`i pun
merasa takjub dan terharu dengan kejadian tersebut, mereka menyadari bahwa
sebenarnya telah muncul kecintaan dan keinginan baik dari pemuda tersebut,
namun apa daya ia belum bisa mengalahkan lingkungan dan pertemanan jelek yang
ada di sekitarnya. Alhamdulillah, kini pemuda tersebut sering terlihat hadir di
masjid mengerjakan sholat Jumat.
Bahkan ketika acara Tabligh Akbar
yang diadakan di Karang Anyar pada tanggal 21 April 2012 lalu, pemuda tersebut
mengenakan pakaian gamis panjang, dan di dadanya tersemat tanda panita tabligh
akbar. Hidayah Taufiq benar-benar ada di tangan Allah Ta`ala,kegembiraan yang
tiada terhingga akan dirasakan oleh para da`i jika melihat orang yang
didakwahinya dengan idzin Allah Ta`ala menyambut dan menerima dakwah tersebut.
Demikianlah yang dirasakan ketika para da`i Ponpes An Nur Al-Atsary melakukan
gebrakan awal untuk masuk ke Solok Jero sebuah daerah terpencil di wilayah
kampung laut yang berbatasan dengan pulau Nusakambangan Bara. disanalah para Misionaris sekte Bethel dan Advent
telah berhasil memurtadkan sekitar 40 kk petani. Bertemulah ketika itu dengan
salah seorang koordinator kelompok petani yang berada di sana. Pembicaraan pun
terjadi, dia menanyakan maksud rombongan Ponpes An Nur al Atsary masuk ke
daerah tersebut dengan membawa tiga ekor kambing dan sejumlah bahan bangunan,
dijelaskanlah kepadanya bahwa tiga ekor kambing itu adalah hewan qurban yang
akan disembelih dan dibagikan kepada para petani muslim disana, kemudian bahan
bangunan tersebut adalah untuk membantu para petani memperluas mushola mereka
yang sangat kecil.
Orang tersebut pun paham dan
merasa senang dengan kedatangan rombongan. Satu hal yang membuat rombongan
Ponpes an Nur Al Atsary merasa heran. Ketika itu orang tersebut mengaku
beragama Islam namun beberapa ucapanya persis ucapan kaum nashrani, seperti
kalimat-kalimat “ puji tuhan” dan “ rumah tuhan” sering ia tuturkan. Ternyata
dikemudian hari dia mengaku kalau ia sering diundang oleh Romo Carolus
ke Cilacap dengan alasan rapat kerja namun sebelumnya ia diajak untuk mengikuti
acara ritual mereka.
Kemudian Setelah dakwah Tauhid
digencarkan di daerah Solok Jero, orang tersebut sering menghadiri sholat Jumat
dan mengikuti pengajian-pengajian yang diadakan di masjid. Secara perlahan
perubahan pun terjadi pada dirinya. Alhamdulillah, saat ini orang tersebut
terlihat sering mengenakan pakaian gamis, memelihara jenggot dan senang
beraktivitas di masjid,bahkan ketika ia sempat mengirimkan sms kepada salah
seorang da`i Ponpes An Nur Al Atsary ia katakan, “ Alhamdulillah, Semoga
Kehadiran beliau Ustadz Muhammad banyak ilmu yang nanti ana timba, karena
tentang ilmu agama, jujur ana masih awam.” Subhanallah, jauh sekali ucapannya
tersebut dengan ucapan ketika pertama kali bertemu.
Sebab pertama yang membuat mereka
berkeinginan untuk keluar dari agama Kristen adalah kecurangan para pendeta
kepada mereka berdua dan kepada umatnya.
Ketika keduanya bekerja keras mewujudkan keinginan pendeta, namun ketika
ada bantuan materi yang seharusnya mereka terima ternyata “ dimakan” oleh para
pendeta, dan ketika mereka diminta oleh
sang pendeta utuk mengajukan proposal pengadaan mobil operasional, setelah
mobil tersebut turun ternyata mobil tersebut dipakai sendiri untuk kepentingan
pendeta, tapi sang stasi (tangan kanan pendeta) hanya diberikan sepeda untuk
operasionalnya.
Ketika jamaah Kristen ada
keperluan untuk menghadiri sebuah acara mereka di perintahkan oleh pendeta
untuk iuran, agar bisa menyewa sebuah mobil, dan hal ini sering mereka alami. Kemudian mereka
mengutarakan bahwa ketika melihat adanya
sekelompok ummat Islam yang sedang berdakwah di kampung laut dan berhasil
mengembalikan sejumlah warga yang murtad menjadi Islam kembali, mulailah mereka
berfikir untuk masuk Islam. Karena mereka melihat adanya persaudaraan (ukhuwah)
hakiki antar para muallaf dengan sekelompok yang berdakwah tersebut, yang mana
hal ini tidak mereka dapatkan di agama Kristen.
Akhirnya mereka pun memberanikan
diri untuk datang, dan pada waktu itulah mereka paham bahwa perbedaan Agama
Islam dengan Kristen bukan hanya dalam hal persaudaraan namun juga dalam
prinsip ketuhanan. Setelah prosesi masuk Islam selesai mereka berdua menyatakan,
“ Sekarang saya tahu siapa itu Tuhan”. Alhamdulillah, kini mereka paham bahwa
Robbul Alamin adalah Dzat yang Maha Esa, tidak memiliki anak dan satu-satunya
Dzat yang berhak untuk diibadahi, adapun
selain-Nya adalah makhluk tidak pantas diibadahi. Mereka berdua pun bertekad untuk mendakwahi
orang-orang yang dulu mereka murtadkan, Alhamdulillah melalui dua orang
tersebut sudah ada beberapa orang yang kembali ke islam. Semoga Allah
mengokohkan keislaman mereka dan menolong perjuangan mereka.
Terkadang kisah lucu yang
mengundang tawa muncul dari tingkah laku para muallaf, sebagaimana yang pernah
terjadi ketika serombongan warga kampung laut datang ke Ponpes an Nur
Al-Atsary dengan maksud untuk masuk
Islam. Setelah mendapatkan wejangan dan bimbingan tentang Agama Islam mereka pun bersyahadat,
kemudian mandi. Pada saat masuk waktu sholat mereka pun hadir dalam barisan
jamaah sholat, dan ternyata mereka betul-betul belum tahu tentang tata cara
sholat. Sehingga ketika sholat pandangan mereka tidak lepas dari gerakan jamaah
yang lain dan mereka ikuti semua gerakannya. Ketika sujud mereka pun ikut
sujud,lalu ketika jamaah bangkit dari sujud.
Sebagian mereka ikut bangkit
namun sebagian lagi tetap dalam posisi sujud, maka salah satu muallaf yang
bangkit dari sujud mencoba mengingatkan temannya yang tetap sujud, sambil
menedang –nendang dengan kakinya ia berkata, “ kang….kang….tangi ! kang…kang
…..tangi ! liane uis podo menyat “ (kang….kang…bangun! kang..kang ..bangun!
yang lain sudah berdiri). Tentu saja kejadian ini membuat jamaah yang ada di
samping mereka harus menahan tawa karena sedang sholat, seandainya tidak sedang
sholat niscaya ia akan tertawa terbahak-bahak, sebagaimana hal ini dituturkan
oleh Pak Ade Muslih, salah seorang jamaah sholat yang waktu kejadian tersebut
ada disamping mereka.
Bimbingan terus menerus
dilakukan, hal ini memang dibutuhkan oleh para muallaf. Kebanyakan dari mereka
belum mengetahui perkara-perkara mendasar dalam Islam, apakah Aqidah, Akhlaq,
ataupun Fiqh. Sampai-sampai tata cara wudlu dan sholat pun banyak yang belum
mengetahuinya. Sampai-sampai ada yang melaksanakan sholat sambil dia membaca
buku tata cara sholat di tangannya.
Alhamdulillah saat ini, telah berjalan pengajian rutin untuk mereka
selain khutbah dan sholat Jum`at. Para muallaf yang berada di daerah Solok jero
mereka bisa mengikuti pengajian setiap hari jumat setelah sholat Jum`at di
masjid Al-Muwahidin Solok Jero.
Untuk para Muallaf yang berada di
Desa Ujung gagak (karang Anyar) bisa mengikuti kajian rutin setiap malam Jum`at
di masjid Al barokah Ujung Gagak. Semangat mereka dalam tholabul Ilmi mulai
nampak, segaimana hal ini terlihat ketika diadakan pengajian, mereka antusias
untuk hadir dalam acara tersebut sampai bisa memenuhi masjid dan semangat
ibu-ibu petani Solok Jero dalam menimba ilmu Agama tidak kalah dengan para
suaminya. Setiap hari Jum`at setelah selesai sholat Jumat mereka turun dari
bukit-bukit berjalan kaki sambil membawa buku tulis dan pena menuju masjid
untuk mengikuti pengajian rutin.
Pada awalnya, banyak dari mereka
yang tidak memggunakan kerudung. Namun sekarang, Alhamdulillah mereka sudah terbiasa mengenakan pakaian
muslimah yang lebar-lebar. Pak Hasan
Makarim salah seorang Tokoh MUI Cilacap ketika kunjungannya ke Kampung Laut dan
melihat ibu-ibu petani Solok Jero, merasa Takjub dengan semangat mereka dalam
mengenakan pakaian muslimah bahkan merasa tidak percaya kalau yang dilihatnya
itu adalah muallaf. Bahkan pernah suatu
ketika seorang da`i ponpes an Nur Al Atsary memberikan pengajian bagi ibu-ibu
petani di Solok Jero,ia sempat kaget
ketika salah seorang ibu –ibu petani sudah ada yang berani mengenakan pakaian
hitam lengkap dengan cadarnya.
Dan Sekarang sebagian ibu-ibu
petani belajar agama Islam secara rutin setiap bada Sholat maghrib kepada
seorang istri kader da`i yang ditempatkan di masjid Solok jero. Saat menjelang
waktu maghrib terlihatlah ibu-ibu petani
tersebut turun dari pebukitan dengan mengenakan mukena putih dan membawa lampu
obor menuju masjid. Mereka pun ikut mengerjakan sholat maghrib berjamaah,
kemudian belajar hingga waktu sholat Isya. Setelah sholat isya mereka kembali
ke ke rumahnya masing-masing. Sebuah Pemandangan yang sudah sangat jarang
ditemukan, ternyata tinggal di hutan pun tidak menghalangi seseorang untuk menuntut ilmu agama.
Alhamdulillah, kesadaran orang
tua untuk menanamkan Ilmu agama Islam bagi anak-anak pun mulai muncul di hati
masyarakat kampung laut. Saat ini, sebagian anak-anak petani mengikuti program
belajar khusus bagi anak-anak yang diadakan di masjid Solok Jero dari pagi hari
hingga sore hari, bahkan sekitar empat anak petani telah dikirimmkan ke Ponpes
An Nur Al Atsary Ciamis untuk belajar Ilmu agama, dan beberapa Ahlu Sunnah di
daerah lain segera menyambut berita gembira ini. mereka menyatakan kesedian
untuk menanggung biaya anak-anak tersebut selama belajar di Pesantren.
Pendidikan Agama Islam untuk
putera puteri Kampung laut memang sangat penting karena Insya Allah Ta`ala
merekalah yang akan menjadi penerus Dakwah Tauhid di kampung halamannya. Oleh
karena itu kesempatan belajar harus dibuka lebar-lebar untuk mereka , terlebih
jika mengingat para misionaris Kristen yang gencar membuka program bea siswa
bagi putera-puteri kampung laut untuk disekolahkan di lembaga-lembaga
pendidikan mereka seperti Yos Sudarso, Akademi Maritim Nusantara, dan yang
lainnya.
`Izzatul Islam (kemulyaan Islam)
mulai dirasakan oleh masyarakat Kampung Laut. Hal ini nampak ketika pada
tanggal 21 April 2012 lalu, diadakanlah acara Tabligh akbar di Desa Ujung Gagak
(karang Anyar) Kecamatan Kampung laut dengan tema “ Menggapai kebahagiaan
Dengan Islam” dan sebagai pematerinya adalah Al ustadz Muhammad Umar As Sewwed
–hafidzahullah-. Acara ini dihadiri oleh Tokoh MUI Cilacap Pak Hasan Makarim,
Kepala Kecamatan Kampung laut, Kapolsek Kawunganten, dan beberapa orang anggota
Marinir. Suatu hal yang luar biasa, acara ini dihadiri oleh sekitar 1500
peserta yang berasal dari luar Kecamatan kampung laut selain peserta yang
berasal dari kampung laut.
Lebih dari 30 perahu yang
digunakan para peserta Tabligh akbar bersandar di dermaga Ujung Gagak, sehingga
sebagian nelayan menahan keberangkatannya ke laut karena merasa takjub dengan
pemandangan yang baru terjadi ini. Selama hidup di Kampung laut mereka baru
melihat sekitar 1500 orang hadir dalam sebuah Tabligh Akbar dalam keadaan
berpakaian jubah dan gamis. Tanpa sadar salah seorang penduduk berseloroh ,”
akeh banget…..” (banyak sekali…). Setelah acara selesai banyak penduduk yang
mencari pakain Jubah dan gamis, mereka merasa senang dan ingin meniru para tamu
peserta yang kemarin hadir di acara Tabligh Akbar. Mudah-mudahan pakaian
tersebut menjadi sebuah model yang terus mereka cintai.
Laa haula wa laa quwwata illa
billah, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan kehendak Allah, itulah kalimat
yang tepat untuk menggambarkan segala apa yang telah diperoleh Ahlu Sunnah
ketika berdakwah di kampung laut. Puji dan Syukur hanya bagi Allah Rabbul
Alamin yang telah memilih sebagian hambanya untuk menjadi sebab terbukanya
pintu hidayah dan kebaikan bagi suatu kaum yang dianggap lemah dan tak
berharga. Hal ini adalah sesuatu yang sangat berharga jauh lebih berharga dari
kekayaan yang mewah , sebagaimana sabda Rasululloh –Shalallahu alaihi wa
sallam- bahwa jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang dengan sebab
dirimu, maka hal itu lebih baik dari pada onta-onta merah (kendaraan yang
paling mewah). Kini saatnya bagi Ahlus
sunnah untuk bergandeng tangan merapatkan barisan menyusun langkah yang pasti
untuk mengibarkan panji Dakwah Tauhid menyongsong kemenangan yang Allah janjikan. Sungguh
wajah-wajah bercahaya yang merindukan Islam kini mulai muncul, bagaikan
Matahari Terbit Di kampung laut .
Wahai Ahlus Sunnah ! Siapa lagi
yang paling pantas berbelas kasih kepada
manusia kalau bukan kalian ?! Dunia dan keindahannya jangan sampai memperdaya
kalian, semua itu akan sirna, namun akan tetaplah amalan sholih menyertai
hingga kalian berjumpa dengan Robbul `Alamin……………..
sumber: http://www.salafy.or.id/
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer