(Oleh: Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Abdirrahman Baz rahimahullâh[1])
بِسْمِ ٱللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَصَلَّى ٱللهُ عَلَى رَسُوْلِ ٱللهِ وَعَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُ ، أَمَّا بَعْدُ
Berkenaan dengan kehadiran bulan
Ramadhân, saya menasehatkan kepada saudara-saudaraku kaum Muslimin
dimanapun berada agar senantiasa bertakwa kepada Allâh Ta’âla,
berlomba-lomba melakukan kebaikan, saling memberi nasehat dan sabar
dalam menasehati, saling menolong dalam melakukan kebaikan, menjauhi
semua perbuatan maksiat yang diharamkan oleh Allâh Ta’âla dimanapun dan
kapanpun jua, terutama pada bulan Ramadhân. Karena bulan Ramadhân adalah
bulan yang teramat mulia. Amalan-amalan shaleh di bulan ini
dilipat-gandakan balasannya dan orang yang berpuasa dan melakukan
qiyâmul lail (tarawih) dengan didasari iman dan mengharapkan pahala,
dosa-dosanya akan dihapus oleh Allâh Ta’âla.
Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa berpuasa pada Ramadhân karena iman dan mengharap pahala, maka dia diampuni dosanya yang telah lewat.[2]
Juga sabda Beliau Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam :
إِذَا دَخَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتْ الشَّيَاطِينُ
Apabila bulan Ramadhân telah tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dirantai.[3]
Juga sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam, yang artinya,
. وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ ، وَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ ، فَإِنْ سَابَّهُ أَحَدٌ ، أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ
“Puasa itu adalah perisai. Saat salah diantara kalian sedang berpuasa,
janganlah ia berbuat keji dan jangan menyalakan api permusuhan. Jika dia dihina atau diperangi oleh orang lain, hendaknya dia mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa.‘”[4]
janganlah ia berbuat keji dan jangan menyalakan api permusuhan. Jika dia dihina atau diperangi oleh orang lain, hendaknya dia mengatakan, ‘Aku sedang berpuasa.‘”[4]
Dan sabda Rasûlullâh Shallallâhu ‘Alaihi Wasallam,
« كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ. وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ ».
__________
yang artinya,
“Allâh Ta’âla
berfirman: ‘Semua amalan manusia dilipatgandakan. Satu kebaikan dibalas
dengan sepuluh kalinya sampai tujuh ratus kali lipat, Allah Azza wa
Jalla berfirman, kecuali puasa maka sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan
Saya akan membalasnya. Dia meninggalkan tuntutan syahwatnya, tidak
makan dan dia tidak minum demi Aku. Orang yang berpuasa mendapatkan dua
kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu
dengan Rabb-nya. Sungguh disisi Allâh, aroma mulut orang yang sedang
berpuasa itu lebih wangi daripada aroma kasturi.”[5]
Saya juga mewasiatkan kepada
saudara-saudaraku kaum Muslimin agar tetap istiqâmah pada siang ataupun
malam Ramadhân, berlomba-lomba melakukan kebaikan. Diantara perbuatan
baik itu adalah memperbanyak membaca al-Qur’ân sambil mentadabburi dan
memahaminya, memperbanyak tasbîh, tahmîd, tahlîl, takbîr, istighfâr,
berdoa kepada Allâh Ta’âla agar dimasukan ke surga dan diselamatkan dari
siksa neraka dan berbagai do’a kebaikan lainnya.
Tak lupa, saya juga mewasiatkan kepada
saudara-saudaraku kaum Muslimin agar memperbanyak shadaqah, membantu
orang-orang fakir, miskin, menunaikan zakat dan menyerahkannya kepada
yang berhak menerimanya, memperhatikan dakwah, mengajari orang yang
tidak tahu, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran dengan
cara yang lembut, penuh hikmah dan dengan metode-metode yang bagus bukan
yang buruk, istiqâmah diatas al-haq dan senantiasa bertaubat kepada
Allâh Ta’âla.
Allâh Ta’âla berfirman,
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَ الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
yang artinya,
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allâh, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs an-Nûr/24:31)
Juga firman Allâh Ta’âla,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang
yang mengatakan, “Rabb Kami adalah Allâh”, kemudian mereka tetap
istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada
(pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal
di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.“ (Qs al-Ahqâf/46:13-14)
Semoga Allâh Ta’âla senantiasa
memberikan taufik kepada kita semua untuk melakukan segala yang
diridhai-Nya dan semoga Allâh Ta’âla melindungi kita semua dari segala
fitnah yang menyesatkan serta jebakan setan.
Sesungguhnya Allâh Maha Pemurah lagi Maha Mulia.
________________________
[1] Diterjemahkan dari Majmu’ Fatâwâ wa Maqâlât Mutanawwi’ah, 15/48-50
[2] HR Bukhâri, no. 2014 dan Muslim, no. 760
[3]HR Bukhâri, no. 2014 dan Muslim, no. 760
[4] HR Bukhâri, no. 1904
[5] HR Bukhâri, no. 1904
(Majalah As-Sunnah Edisi Khusus (04-05) Tahun XIV)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer