Sragen (Ahad, 12 Des 2010) Dalam
rangka membentengi aqidah umat dari pendangkalan aqidah, Majelis Tabligh
dan Dakwah Khusus mendatangkan Mantan Pendeta Hindu sebagai pembicara
Pengajian Rutin Ahad Pagi. Beliau, ustadz Abdul Azis, S.Ag mantan
pendeta hindu dari Blitar membeberkan berbagai praktek hinduisme di
kalangan Islam.
Berikut materi: Banyak upacara adat yang
menjadi tradisi di beberapa lingkungan masyarakat Islam yang sebenarnya
tidak diajarkan dalam Islam. Tradisi tersebut ternyata bukan bersumber
dari agama Islam, tetapi bersumber dari agama Hindu. Agar lebih jelasnya
dan agar umat Islam tidak tersesat, marilah kita tela’ah secara singkat
hal-hal yang seolah-olah bermuatan Islam tetapi sebenarnya bersumber
dari agama Hindu.
- 1. Tentang Selamatan yang Biasa Disebut GENDURI [Kenduri atau Kenduren]
Genduri merupakan upacara ajaran Hindu.
[Masalah ini] terdapat pada kitab sama weda hal. 373 (no.10) yang
berbunyi “Antarkanlah sesembahan itu pada Tuhanmu Yang Maha Mengetahui”.
Yang gunanya untuk menjauhkan kesialan.
“Sloka prastias mai pipisatewikwani widuse bahra aranggaymaya jekmayipatsiyada duweni narah”.
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah :
مَا أُرِيدُ مِنْهُمْ مِنْ رِزْقٍ وَمَا أُرِيدُ أَنْ يُطْعِمُونِ (٥٧)
”Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi-Ku makan.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:57)
Juga terdapat pada kitab siwa sasana hal. 46 bab ‘Panca maha yatnya’. Juga terdapat pada Upadesa hal. 34, yang isinya:
- a. Dewa Yatnya [selamatan]
Yaitu korban suci yang [secara] tulus
ikhlas ditujukan kepada Sang Hyang Widhi dengan jalan bakti sujud
memuji, serta menurut apa yang diperintahkan-Nya (tirta yatra) metri
bopo pertiwi.
- b. Pitra Yatnya
Yaitu korban suci kepada leluhur
(pengeling-eling) dengan memuji [yang ada] di akhirat supaya memberi
pertolongan kepada yang masih hidup.
- c. Manusia Yatnya
Yaitu korban [yang] diperuntukan kepada keturunan atau sesama supaya hidup damai dan tentram.
- d. Resi Yatnya
Yaitu korban suci [yang] diperuntukan kepada guru atas jasa ilmu yang diberikan (danyangan).
- e. Buta Yatnya
Yaitu korban suci yang diperuntukan kepada semua makhluk yang kelihatan maupun tidak, untuk kemulyaan dunia ini (unggahan).
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah :
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ (١٧٠)
”Dan apabila dikatakan kepada mereka:
“Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak),
tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?”.(QS. Al-Baqoroh[2]:170)
[Lihat juga QS. Al-Maidah[5]:104, Az-Zukhruf [43]:22)
[Lihat juga QS. Al-Maidah[5]:104, Az-Zukhruf [43]:22)
Tujuan dari yang [disebutkan] di atas
merupakan usaha untuk meletakkan diri pada keseimbangan dalam hubungan
diri pribadi dengan segala ciptaan Tuhan, [serta] untuk membantu
kesucian/penghapus dosa.
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Allah :
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ (٢)
”Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu
Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya” (QS. Az-Zumar [39]:2). Periksa juga surat 18: 110, 39: 65, 16: 36, 7: 59,65,73,85, 4: 116, 6: 88, 17: 39.
2. Tentang Sesajen
2. Tentang Sesajen
“Makiyadi sandyan malingga renbebanten kesaraban kerahupan dinamet deninhuan keletikaneng rinubebarening………..”
Sesajen tujuannya memberi makan leluhur pada waktu hari tertentu atau dilakukan pada setiap hari.
[Dilakukan] untuk memberikan keselamatan kepada yang masih hidup, juga persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan sinar suci kepada para Dewa. Karena pemujaan tersebut dianggap mempengaruhi serta mengatur gerak kehidupan, bagi mereka yang masih menginginkan kehidupan [dan] hasil/rezeki di dunia akan mengadakan pemujaan dan persembahan ke hadapan para Dewa. [Hal ini] juga terdapat pada kitab Bagawatgita hal. 7 no. 22, yang artinya “Diberkati dengan kepercayaan itu, dia mencari penyebab apa yang dicita-citakan”.
[Dilakukan] untuk memberikan keselamatan kepada yang masih hidup, juga persembahan kepada Tuhan yang telah memberikan sinar suci kepada para Dewa. Karena pemujaan tersebut dianggap mempengaruhi serta mengatur gerak kehidupan, bagi mereka yang masih menginginkan kehidupan [dan] hasil/rezeki di dunia akan mengadakan pemujaan dan persembahan ke hadapan para Dewa. [Hal ini] juga terdapat pada kitab Bagawatgita hal. 7 no. 22, yang artinya “Diberkati dengan kepercayaan itu, dia mencari penyebab apa yang dicita-citakan”.
[Masalah ini] bertentangan dengan Firman Allah :
وَلا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لا يَنْفَعُكَ وَلا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (١٠٦)
”Dan janganlah kamu menyembah apa-apa
yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu
selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka
sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.“(QS. Yunus [10]:106) Periksa juga surat Ghofir :60.
3. Tentang Wanita Hamil
Selama bayi dalam kandungan dibuatkan
tumpeng selamatan (telonan, tingkepan). [Hal ini] terdapat dalam kitab
Upadesa hal. 46. Dan setelah bayi lahir, ari-ari[nya] terlebih dahulu
dibersihkan dan dicampurkan dengan bunga, dan kemudian dimasukkan dalam
kelapa/kendil untuk kemudian ditanam. Bila perempuan di kiri pintu, bila
laki-laki di kanan pintu dan diadakan genduri (sepasar, selapan,
telonan, dst)
Tentang bunga:
Putih : Dewa Brahma
Merah : Dewa Wisnu
Kuning : Dewa Syiwa
4. Tentang Penyembelihan Kurban
Penyembelihan kurban untuk orang mati
pada hari naasnya (hari 1,7,4,….1000) [terdapat] pada kitab Panca Yadnya
hal. 26, Bagawatgita hal. 5 no. 39 yang berbunyi “Tuhan telah
menciptakan hewan untuk upacara korban, upacara kurban telah diatur
sedemikian rupa untuk kebaikan dunia.” (Mewedha, yasinan, tahlilan)
Bertentangan dengan Firman Allah :
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (١٦٢)
“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS.An-Al’aam [6]: 162). Lihat juga 27: 80, dan 35: 22
5. Tentang Kuade/Kembar Mayang
Kuade merupakan hasil karya dan sebagai
simbol pada manusia atas kemurahan para Dewa-Dewa. Sedang kembar mayang
sebagai penolak balak dan lambang kemakmuran.
Kita harus yakin atas pertolongan Alloh Subhanahu wa Ta’ala
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلا غَالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (١٦٠)
“Jika Allah menolong kamu, maka tak
adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu
(tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong
kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah
saja orang-orang mukmin bertawakkal.” (QS. Ali Imron [3]: 160)
Sesuai perintah Alloh [mengenai] jalan keselamatan
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا (١٥)
”Barangsiapa yang berbuat sesuai
dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka
sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang
yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan
meng’azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS.Al-Isro’[17]: 15). Periksa juga 39: 55
6. Tentang Mendirikan Rumah
Pada dasarnya rumah yang baru lulus [selesai dibangun], melakukan [hal-hal] sebagai berikut:
a. Membuat carang pendoman (takir)
b. Peralatan jangga wari (tikar, kasur, bantal, sisir, cermin)
7. Tentang Hari/Saptawara [berkaitan dengan mencari rezeki]
Minggu Raditya 5 [arah Timur]
Senin Soma 4 [arah Utara]
Selasa Anggoro 3 [arah Barat Daya]
Rabu Buda 7 [arah Barat]
Kamis Respati 8 [arah Tenggara]
Jum’at Sukra 6 [arah Timur Laut]
Sabtu Sanescara 9 [arah Selatan]
Palawara hari:
Tumanes Legi 5
Pahing 9
Pon 7
Wage 4
Kliwon 8
8. Tentang Pujian [yakni yang dilakukan sesudah adzan untuk menunggu iqomat]
Terdapat pada kitab Rig Weda hal. 10
:”Tunja tunji ya utari stoma indrastya wajrinah nawidhi asia sustutim”
Artinya: ‘Makin tinggilah pujian kami dalam nyanyian kepada Dewa Indra
Yang Perkasa’.
[Hal ini] bertentangan dengan Firman Alah :
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ (٢٠٥)
”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak
mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’roof[7]: 205). Periksa juga 7: 55, 19: 1,2,3
Berikut Ini Dikutip Dari : Tim Penyusun Dan Peneliti Naskah Buku – Direktorat Jenderal Bimbingan Hindu Dan Budha
- Roh itu bertingkat kedudukannya, berfungsi menunjang kelestarian alam dan kita yang masih hidup.
- Menunjang kehidupan roh tersebut.
- Meningkatkan kedudukan roh walau di alam Dewata, agar akhirnya manunggal dengan Brahma dan agar tidak terlahir lagi dalam bumi [reinkarnasi].
- Bahwa amerta adalah santapan yang diperlukan untuk kelestarian para dewa dan roh dewa dan roh suci lainnya. Dan apabila kita berhasil mempersembahkan amerta itu ke hadapan para dewa, maka sebagai imbalan, roh tersebut yang ada hubungannya dengan kita diampuni dan dibebaskan serta berhak mendapat tempat yang lebih tinggi.
- Bahan baku amerta ialah makanan, minuman serta sari rasa yang sedap. Inilah yang dibutuhkan makhluk itu.
- Dengan memenuhi persyaratan, kita bisa memohon amerta untuk kepentingan pribadi maupun dewa dan roh yang lain. Dengan mengorbankan makanan [dan] minuman tertentu dapat dijadikan bahan dasar permohonan. Semakin banyak persembahan atau kurban akan semakin baik. Dan amerta semakin banyak, akhirnya roh pemohon bersama dengan bahan [menyebar] ke alam sekitar melalui suara dengan pemujaan, genta, dan asap dupa.
- Slametan memberikan kekuatan hidup para dewa, memberikan ampunan kepada roh yang berdosa, [dan] dapat memberikan kesucian pada roh yang sudah diampuni dosanya.
- Akan tetapi kalau tidak, slametan asura akan bebas mengganggu manusia. Banyak orang sakit, kesurupan, roh orang yang baru meninggal mengikuti sanak keluarga.
- Para dewa akan puas kalau [diadakan] genduri. Sesaji roh suci itu pun akan sering turun ke bumi sebagai tamu luhur bagi masyarakat pemuja sekaligus menurunkan berkah subur makmur panen berlimpah. Dewa akan turun keseluruhan dengan berpasangan, menyantap genduri [dan] sesajen yang dipersembahkan.
Subhanakallohumma wa bihamdihi, asyhadu
an laa ilaaha illa anta, wa astaghfiruka wa atuubu ilaika Wa akhiru
da’wana, walhamdulillahirobbil ‘alamin
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer