Ada suatu kaedah yang bisa menjadi patokan apakah suatu amalan baik atau tidak. Yang di mana kaedah ini merupakan prinsip ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Law kaana khoiron lasabaqunaa ilaih …
Para ulama berkata,
لَوْ كَانَ خَيرْاً لَسَبَقُوْنَا إِلَيْهِ
“Seandainya amalan tersebut baik, tentu mereka (para sahabat) sudah mendahului kita untuk melakukannya.”
Ibnu Katsir berkata ketika memafsirkan firman Allah, surat Al Ahqaf ayat 11,

وأما أهل السُّنّة والجماعة فيقولون في كلِّ فِعلٍ وقولٍ لم يَثبت عن الصحابة: هو بدعة؛ لأنه لو كان خيرًا؛ لَسَبقونا إليه؛ لأنهم لم يتركوا خصلة مِن خصال الخير إلا وقد بادروا إليها”.
“Adapun para ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah, mereka berkata pada setiap amalan atau perbuatan yang tidak pernah dilakukan oleh para sahabat, mereka menggolongkannya sebagai bid’ah. Karena para sahabat tidaklah melihat suatu kebaikan kecuali mereka akan segera melakukannya.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir)
Perkataan Ahlus Sunnah tersebut dikatakan oleh Ibnu Katsir di tempat yang lain dalam Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim ketika membawakan ayat,
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”, beliau berkata,
ومن هذه الآية استنبط الشافعي ومن تبعه أن القراءة لا يصل إهداء ثوابها إلى الموتى ؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم ، ولهذا لم يندب إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه، ولا أرشدهم إليه بنص ولا إيماء ، ولم ينقل عن أحد من الصحابة رضي الله عنهم ، ولو كان خيراً لسبقونا إليه وباب القربات يقتصر فيه على النصوص ، ولا يتصرف فيه بأنواع الأقيسة والآراء ، فأما الدعاء والصدقة ، فذاك مجمع على وصولها ومنصوصٌ من الشارع عليها
Dari ayat ini Imam Syafi’i dan ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa bacaan Qur’an tidak sampai pahalanya pada mayit karena bacaan tersebut bukan amalan si mayit dan bukan usahanya. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menganjurkan umatnya dan tidak memotivasi mereka untuk melakukan hal tersebut. Tidak ada nash (dalil) dan tidak ada bukti otentik yang memuat anjuran tersebut. Begitu pula tidak ada seorang sahabat Nabi -radhiyallahu ‘anhum- pun yang menukilkan ajaran tersebut pada kita. Law kaana khoiron la-sabaquna ilaih (Jika amalan tersebut baik, tentu para sahabat lebih dahulu melakukannya). Dalam masalah ibadah (qurobat) hanya terbatas pada dalil, tidak bisa dipakai analogi dan qiyas. Adapun amalan do’a dan sedekah, maka para ulama sepakat akan sampainya (bermanfaatnya) amalan tersebut dan didukung pula dengan dalil (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim karya Ibnu Katsir, 13: 279).
Silakan terapkan prinsip ulama Ahlus Sunnah di aats untuk menilai suatu perkara ibadah -bukan perkara dunia- apakah perkara tersebut baik ataukah tidak. Seandainya orang saat ini melakukan suatu amalan ibadah atau suatu perayaan namun para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan dan mencontohkannya, maka sudah pasti amalan tersebut bermasalah. Karena para sahabat Rasul tentu lebih semangat dalam kebaikan daripada kita. Atau mungkin kita sudah merasa lebih baik dari mereka?
Catatan: Yang kami bicarakan di atas adalah perihal agama, bukan perkara dunia. Pembaharuan teknologi saat ini tidak termasuk dalam bahasan di atas.
Semoga Allah memberi petunjuk dan hidayah.
Disusun di Pesawat Etihad perjalanan Jeddah – Abu Dhabi, 9 Rabi’ul Awwal 1435 H.
Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers