Pertanyaan :
Bagaiman cara mengerjakan shalat nabi daud,berapakah jumlah rakaatnya
dan apakah ada doa khusus?…
Bagaiman cara mengerjakan shalat nabi daud,berapakah jumlah rakaatnya
dan apakah ada doa khusus?…
Dari: bel……..@gmail.com
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Tata cara ibadah shalat dan puasa Nabi Daud alaihis sholatu was salam telah dijelaskan dalam hadis secara global. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada beliau,
Tata cara ibadah shalat dan puasa Nabi Daud alaihis sholatu was salam telah dijelaskan dalam hadis secara global. Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada beliau,
أَحَبُّ
الصَّلاَةِ إِلَى اللَّهِ صَلاَةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ ،
وَأَحَبُّ الصِّيَامِ إِلَى اللَّهِ صِيَامُ دَاوُدَ ، وَكَانَ يَنَامُ
نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ وَيَنَامُ سُدُسَهُ ، وَيَصُومُ
يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا
“Shalat yang paling
dicintai oleh Allah adalah shalatnya Nabi Daud ‘alaihis salam. Dan puasa
yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Daud. Beliau tidur
setengah malam kemudian bangun (qiyam lail) sepertiga malam dan tidur
lagi seperenam malam. Beliau puasa selang-seling, sehari puasa, sehari
tidak.” (HR. Bukhari 1131, Muslim 1159, Abu Daud 2448, dan yang
lainnya).
Cara menghitung setengah,
atau sepertiga malam, dimulai sejak shalat isya hingga subuh. Dr. Abdul
Muhsin al-Abbad dalam Syarh Sunan Abu Daud menjelaskan,
“Beliau tidur setengah malam, artinya: beliau tidur setelah shalat isya. jadi dihitung sejak setelah shalat isya hingga terbit fajar (subuh), setengahnya untuk tidur. Kemudian setelah itu, masuk sepertiga malam. (Syarh Sunan Abu Daud, Dr. Abdul Muhsin, 13/287).
“Beliau tidur setengah malam, artinya: beliau tidur setelah shalat isya. jadi dihitung sejak setelah shalat isya hingga terbit fajar (subuh), setengahnya untuk tidur. Kemudian setelah itu, masuk sepertiga malam. (Syarh Sunan Abu Daud, Dr. Abdul Muhsin, 13/287).
Jika di Jogjakarta, isya
jam 19.30 dan subuh jam 4.30. Berarti bangun tengah malam jam 00.00,
kemudian qiyam lail selama sepertiga malam. Artinya shalat dari jam
00.00 hingga jam 03.00. Lalu tidur lagi selama 1/6 malam, yaitu dari jam
03.00 hingga subuh jam 04.30.
Al-Hafidz Ibnu Hajar menukil keterangan al-Muhallab yang mengatakan,
كَانَ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام يُجِمّ
نَفْسه بِنَوْمٍ أَوَّل اللَّيْل ، ثُمَّ يَقُوم فِي الْوَقْت الَّذِي
يُنَادِي اللَّه فِيهِ : هَلْ مِنْ سَائِل فَأُعْطِيَهُ سُؤْله , ثُمَّ
يَسْتَدِرْك بِالنَّوْمِ مَا يَسْتَرِيح بِهِ مِنْ نَصَب الْقِيَام فِي
بَقِيَّة اللَّيْل
Nabi Daud ’alaihis salam merutinkan bangun di awal malam, kemudian
bangun di waktu mustajab doa, ketika Allah menyeru: ”Siapa yang meminta,
akan Aku kabulkan permintaannya.” kemudian beliau tidur, untuk
istirahat setelah mengalami capeknya qiyam lail di sisa malamnya.
[Fathul Bari, 3/16].
Mengapa Qiyam Lail Model ini Paling Dicintai?
Dijelaskan oleh al-Muhallab dalam lanjutan keterangannya, bahwa ada banyak faktor, mengapa shalat Nabi Daud dicintai Allah, diantaranya
1. Ringan bagi jiwa, sehingga tidak bosan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Dijelaskan oleh al-Muhallab dalam lanjutan keterangannya, bahwa ada banyak faktor, mengapa shalat Nabi Daud dicintai Allah, diantaranya
1. Ringan bagi jiwa, sehingga tidak bosan. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ اللَّه لَا يَمَلّ حَتَّى تَمَلُّوا
Allah tidak akan bosan (dalam memberi pahala) sampai kalian bosan (dalam beramal).
Dan Allah suka apabila Dia terus-menerus memberikan pahala dan karunia kepada hamba, seusai hamba itu melakukan amal.
2. Ada waktu untuk istirahat badan, karena beliau tidur lagi setelah qiyam lail. Berbeda dengan orang yang bergadang semalaman.
3. menyiapkan tenaga untuk shalat subuh, dzikir pagi petang, dengan semangat dan tidak lemah.
4. Lebih menjaga amal dari kondisi riya. Karena orang yang tidur di seperenam malam terakhir, orang melihatnya beliau baru bangun dan wajahnya tidak terlihat pucat.
[Simak Fathul Bari, 3/16].
Dan Allah suka apabila Dia terus-menerus memberikan pahala dan karunia kepada hamba, seusai hamba itu melakukan amal.
2. Ada waktu untuk istirahat badan, karena beliau tidur lagi setelah qiyam lail. Berbeda dengan orang yang bergadang semalaman.
3. menyiapkan tenaga untuk shalat subuh, dzikir pagi petang, dengan semangat dan tidak lemah.
4. Lebih menjaga amal dari kondisi riya. Karena orang yang tidur di seperenam malam terakhir, orang melihatnya beliau baru bangun dan wajahnya tidak terlihat pucat.
[Simak Fathul Bari, 3/16].
Berapa Jumlah Rakaatnya?
Dalam hadis di atas, tidak dijelaskan jumlah rakaat shalat malam yang dikerjakan Nabi Daud ’alaihis salam. Hadis di atas hanya menjelaskan rentang waktu Nabi Daud ’alaihis salam melakukan qiyam lail. Sementara qiyam lail, tidak harus dalam bentuk shalat. Membaca al-Quran, berdzikir, membaca shalawat, atau ketaatan lainnya yang dilakukan di malam hari, termasuk qiyam lail.
Dalam hadis di atas, tidak dijelaskan jumlah rakaat shalat malam yang dikerjakan Nabi Daud ’alaihis salam. Hadis di atas hanya menjelaskan rentang waktu Nabi Daud ’alaihis salam melakukan qiyam lail. Sementara qiyam lail, tidak harus dalam bentuk shalat. Membaca al-Quran, berdzikir, membaca shalawat, atau ketaatan lainnya yang dilakukan di malam hari, termasuk qiyam lail.
Dalam Maraqi Al-Falah dinyatakan,
معنى
القيام أن يكون مشتغلا معظم الليل بطاعة , وقيل : ساعة منه , يقرأ القرآن
أو يسمع الحديث أو يسبح أو يصلي على النبي صلى الله عليه وسلم
Makna Qiyam lail adalah
seseorang sibuk melakukan ketaatan pada sebagian besar waktu malam. Ada
yang mengatakan, boleh beberapa saat di waktu malam. Baik membaca
Al-Quran, mendengar hadis, bertasbih, atau membaca shalawat untuk Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah,
34/117).
Karena itu, bagi orang yang hendak meniru qiyam lail model Nabi Daud ‘alaihis salam,
dia bisa tidur setelah isya, kemudian bangun di pertengahan malam,
kemudian shalat tahajud dan qiyam lail selama sepertiga malam dengan
jumlah rakaat bebas. Bisa 11 rakaat, atau 13 rakaat, atau lebih dari itu
juga diperbolehkan. Jika jumlah rakaatnya sedikit, shalatnya diperlama.
Jika jumlah rakaatnya banyak, shalatnya lebih pendek.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer