Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya :
سئل فضيلة الشيخ العلامة ابن عثيمين رحمه الله تعالى – هل صوت المرأة عورة ؟
Apakah suara wanita itu aurat ?
Syaikh rahimahullah menjawab :
فأحاب قائلاً : من تأمل نصوص الكتاب والسنة وجدها تدل على أن صوت المرأة ليس بعورة , بل بعضها على ذلك بأدنى نظر
فمن ذلك قوله تعالى يخاطب نساء النبي صلي الله عليه وسلم فَلا تَخْضَعْنَ بِالْقَوْلِ فَيَطْمَعَ الَّذِي فِي قَلْبِهِ مَرَضٌ وَقُلْنَ قَوْلاً مَعْرُوفاً.
Siapa saja yang memperhatikan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah maka akan mendapati bahwa suara wanita bukanlah aurat. Bahkan sebagian dalil-dalil yang ada hanya memerlukan sedikit pemikiran untuk menetapkan hokum tersebut. Diantaranya firman Allah ta’ala kepada istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Maka janganlah kalian tunduk (melemah lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” [Al Ahzab: 32]

فإن النهي عن الخضوع بالقول ، وإباحة القول المعروف يدل على أن صوتها ليس بعورة إذ لو كان عورة لكان مطلق القول منها منكراً ، ولم يكن منها قول معروف ، ولكان تخصيص النهي بالخضوع عديم الفائدة
Larangan melemah lembutkan suara dan bolehnya mengucapkan perkataan yang baik menunjukkan bahwa suara wanita bukanlah aurat. Karena seandainya suara mereka termasuk aurat maka semua ucapan yang mereka katakan merupakan perkara munkar, tidak ada yang ma’ruf. Jika demikian maka pengkhususan larangan mengucapkan perkataan secara lemah lembut tidak ada faedahnya.
وأما السنة فالأدلة على ذلك كثيرة ، فالنساء اللاتي يأتين إلي النبي صلي الله عليه وسلم يخاطبنه بحضور الرجال ولا ينهاهن ، ولا يأمر الرجال بالقيام ولو كان الصوت عورة لكان سماعه منكراً ووجب أحد الأمرين ، لأن النبي صلي الله عليه وسلم لا يقر منكر .وقد صرح فقهاؤنا الحنابلة بأن صوت المرأة ليس بعورة.
Adapun dari As Sunnah banyak dalil yang menunjukkan bahwa suara wanita bukanlah aurat. Para wanita yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka berbicara kepada Nabi dengan kehadiran para sahabat laki-laki dan Nabi tidak melarang mereka dan tidak memerintahkkan kepada para sahabat laki-laki untuk pergi. Seandainya suara mereka aurat maka mendengar suara mereka (wanita) termasuk suatu kemungkaran dan wajib melakukan salah satu dari dua perkara tersebut karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyetujuai dan mendiamkan kemungkaran. Demikian pula para ulama’ fiqih Hanabilah menegaskan bahwa suara wanita bukan aurat.
وأما قول النبي صلي الله عليه وسلم : ” إذا نابكم شيء في الصلاة فليسبح الرجال وليصفق النساء . فهذا مقيد في الصلاة ، وظاهر الحديث أنه لا فرق بين أن تكون مع الرجال أو في بيت لا يحضرها إلا النساء أو محارم ، والعلم عند الله تعالى .
Sedangkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Jika kalian mengingatkan imam ketika shalat, untuk laki-laki mengucapkan subhanallah sedangkan wanita dengan menepuk tangan.”  Hadits ini terkait dengan shalat dan dzahir hadits menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan apakah wanita itu shalat bersama laki-laki atau shalat dirumah yang hanya diikuti oleh wanita atau saudara mahram. Dan ilmu tentang permasalahan ini ada disisi Allah ta’ala.
و سئل الشيخ المحدث عبد المحسن العباد حفظه الله تعالى
Syaikh Al Muhaddits Abdul Muhsin Al ‘Abbad hafidzahullah ditanya :
 س : هل صوت المرأة عورة ، وإذا كان كذلك فهل هناك دليل ؟
Apakah suara wanita itu aurat, jika ya, apakah ada dalil yang menunjukkan hal tersebut ?
Syaikh hafidzahullah menjawab :
فأجاب : صوت المرأة ليس بعورة باطلاق لأنه يمكن عند الحاجة يستمع لصوت المراة مثل الإستفتاء أو بيع أو شراء مع احتشام أو ما إلى ذلك ، لا بأس به ،
Suara wanita bukanlah aurat secara muthlaq. Karena biperbolehkan ketika ada kebutuhan untuk mendengarkan suara wanita seperti saat dia meminta fatwa, melakukan transaksi jual beli asalkan dengan sopan, atau perkara yang semisalnya maka hukumnya tidak mengapa.
ولكن المحذور هو الانتفاع بالصوت أو التلذذ بالصوت ، وكونها هي تلين صوتها وتخضع بالقول هذا الذي فيه المحذور ، أما مجرد الصوت من حيث هو ليس بعورة ، لكن إذا صار عن طريق كونها تلين صوتها وتخضع به وكون الانسان يتلذذ به ، وكونه يتمتع به ، هذا هو المحذور وهذا هو الممنوع
Akan tetapi yang hendaknya dijauhi adalah menikmati suara wanita tersebut atau berlezat-lezat dengannya. Suara wanita yang melemah melembutkan suaranya ketika berbicara inilah yang terlarang. Adapun hanya sekedar suara saja maka bukanlah aurat. Namun jika suara wanita tersebut lemah lembut sehingga para laki-laki berlezat-lezat dan menikmati dengannya, inilah yang hendaknya dijauhi dan terlarang.
Sumber : http://akhawat.islamway.net/forum/index.php?showtopic=28283

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers