Penyusun : Abu Shalih Hartoyo
Assalamu’alaikum Warahmatullah…
Alhamdulillah millis ini semakin semarak, dan sangat terasa akan faidah-faidah yang bisa dipetik. Semoga millis ini dapat terus memberikan manfaat, khususnya ana pribadi, meningkatkan keistiqomahan, ukhuwah…ilmu, amal…dan dakwah..betapa dunia maya adalah dunia yang penuh ranjau mematikan jika kita tak hati-hati dalam melangkah dan berselancar…(bisa kemelep .. :p)
Dalam kesempatan ini, ana ingin berbagi faidah dari sedikit yang ana tahu tentang salam kepada orang tunggal. Apakah yang diucapkan “assalamu’alaika’ dhomir tunggal (ka) atau “Assalamu’alaikum”..(dhomir jama’) ?
yang nampak dari riwayat-riwayat yang datang baik dari Nabi ‘alaihisholatu wasallam maupun atsar para sahabat, adalah mereka tetap menggunakan dhomir tunggal “Ka” , Assalamu’alaika, dan bukan Assalamu’alaikum
Berikut beberapa riwayat-riwayatnya:
(1)
Jabir bin Muslim berkata :
Saya melihat seseorang yang manusia selalu bersandar kepada pendapatnya, tidaklah ia mengatakan sesuatu kecuali mereka akan bersandar kepadanya. Saya berkata: siapa ini ? maka mereka berkata: ini adalah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam , maka saya berkata :
“Alaikassalam wahai rasulullah…”sebanyak 2 kali.
Maka beliau berkata :
Janganlah engkau berkata ‘alaikassalam, tetapi katakanlah Assalamu’alaika
sesungguhnya ‘Alaikassalam adalah penghormatan kepada mayit. Ia berkata : Saya berkata : engkau rasullah sallallahu ‘alaihi wasallam ? beliau berkata : saya adalah Rasulullah yang jika mengenai padamu suatu keburukan, kemudian aku berdoa niscaya Ia akan menyembuhkannya darimu, dan apabila menimpa kepadamu kemarau setahun, niscaya Ia akan menumbuhkannya (bumi) untukmu…
Riwayat Abu Dawud, 4084. Syeikh AL Albani berkata : Shahih…

(2)
Salam para sahabat kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam dalam sholatnya ketika beliau masih hidup :
Mengabarkan kepada kami Syaqiq bin ‘Abdillah ia berkata:
Dulu, bila kami shalat bersama Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam, kami berkata
Assalamu’alallah sebelum para hamba-Nya. : Assalamu ‘ala jibril, Assalamu ‘ala mika’il, Assalamu ala fulan…, Assalamu ‘ala fulan…”
Ketika Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam berbalik wajah kearah kami, beliau bersabda :
“Sesungguhnya Allahlah Assalam (maha pemberi kesalamatan), bila kalian duduk dalam shalat, maka katakanlah :
Attahiyatu lillah, wa sholatu wathoyyibatu, Assalamu’alaika ayyuhannabiyyu warahmatullah…
(Shahih Al Bukhari, 5876),
(3)
Salam para malaikat kepada Adam, ‘Alaihissalam
Allah menciptakan Adam, dengan tinggi enam puluh hasta, kemudian Allah berkata : “pergilah dan salamlah kepada para malaikat ini, dengarkan ucapan penghormatan mereka sebagai ucapan penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu” kemudian Adam berkata : Assalamu’alaikum, maka para malaikat menjawab : “assalamu’alaika warahmatullah”
Shahih Bukhari, 5873 dalam riwayat lain, Nabi berkata : maka para mala’ikat pun menambah salamnya dengan warahmatullah…(Shahih Muslim, 2841)
Para malaikat tetap menggunakan dhomir (kata ganti) ka ketika menjawab salam Adam dan tidak kum.
(4)
Atsar dari sahabat:
Bahwasannya Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma apabila bertahiyat (mengucapkan penghormatan) kepada Anak ja’far (bin abdul muthollib), Ia berkata ; Assalamu’alaika wahai anak pemilik dua sayap…
(Shahih Al Bukhari 4016), Ibnu ‘Umar radliallahu’anhuma adalah orang yang mendekap tubuh Ja’far ibn ‘Abdil Muthollub ketika kedua tangannya putus pada peperangan mu’tah karena mempertahankan bendera perang..
(5)
Demikian pula ketika Ibnu Umar radliallahu’anhuma memberikan salam kepada Abdullah bin Zubair radliallahu’anhuma : Assalamu’alaika ya Aba khubaib.. Assalamu’alaika ya Aba Khubaib…(Shahih Muslim, 229)
(6)
Salam Abu dzar Radliallahu’anhu ketika pertama bertemu dengan nabi sallallahu ‘alaihi wasallam :
Saya adalah orang yang pertama kali melakukan tahiyyah (penghormatan) kepada Nabi dengan tahiyyah islam. Ia berkata : saya berkata “Assalamu’alaika ya Rasulullah..”
Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “wa’alaika warahmatullah…”
Beliau berkata : “siapa engkau..?” Abu dzar menjawab :” saya dari Ghifar…”
(Shahih Muslim, 132)
Dalam riwayat muslim yang lain, Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam menjawabnya (salam Abu Dzar) dengan : “ Wa’alaikassalam..”
Berkata Al Imam Nawawi rahimahullah rahmatan wasi’ah dalam kitabnya yang indah, Riyadhusholihin…
Disukai/disunnahkan bagi orang yang memulai salam : Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh, dengan menggunakan dhomir (kata ganti) jama’ (kum) meski yang diberi salam hanya satu… kemudian beliau membawakan Hadits ‘Imron bin Hushoin
(Riyadhusholihin Bab Kayfiatussalam..)
Menanggapi hal ini, Syeikh Muhammad bin Shölih Al ‘Utsaimin berkata dalam Syarh Riyadhussholihin…
Apabila kita salam kepada satu orang apakah dengan Assalamu’alaika atau Assalamu’alaikum ?
Asshohih..(Yang benar) adalah : Assalamu’alaika (dhomir tunggal-pen). Demikianlah yang tsabit dari Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam seperti dalam hadits Al musii’u fisholah (yang sholatnya salah), ia berkata : Assalamu’alaika..
Adapun istidlal muallif (Al Imam An Nawwi) dari hadits ‘Imron tidak ada dilalah (penunjukkan) didalamnya, hal ini dikarenakan laki-laki yang datang kepada Nabi adalah, bersama nabi terdapat jama’ah yang lain maka ia pun salam kepada seluruhnya, maka bila kepada orang banyak dengan menggunakan Assalamu’alaikum sedangkan kepada satu orang dengan Assalamu’alaika. Bila kamu menambahnya dengan warahmatullah maka itu adalah lebih baik…(syarhu riyadhussholihin bab kayfiatussalam)
Tambahan Faidah dalam Menjawab Salam
Syeikh Al ‘Utsaimin kembali berkata:
Berkata imam An Nawawi: Disukai dengan menggunakan “Wa” (wa’alaikum salam atau lebih lengkap-pen)…(ketika menjawab salam) dengan tambahan wawu (tidak sekedar ‘alaikum atau ‘alaika).
Syeikh Utsaimin berkata: Ini adalah baik, karena apabila dengan tambahan wawu maka akan menjadi jelas bahwa ia bersambung dengan kalimat yang digunakan oleh orang yang memberi salam pertama kali. Tetapi apabila tidak menggunakannya (wawu) maka tidak mengapa. Karena Ibrahim –‘alaihissalam-tidak menggunakan wawu ketika menjawab salam para malaikat


(فقالوا سلاما قال سلام)


(Adzdzariyat : 25) Para malaikat berkata : saläma, ibrahim menjawab : saläm…
Taqdir dari salam malaikat adalah : sallamna salaaman
Sedangkan Nabi ibrahim : ‘Alaikum salam… dengan tanpa wawu.
Salam nabi ibrahim ini lebih baik dari salam para malaikat, salam para malaikat menggunakan bentuk kalimat fi’liyah (kerja) sedangkan jawaban salam dari ibrahim menggunakan jumlah ismiyyah yang menunjukkan ketetapan (tsubut) dan dawam (Al Itqon, lishuyuti dan Al Burhan fi ‘ulumil Quran lil imam Azzarkasyi), dan ini selaras dengan adab menjawab salam : lebih baik atau sama…(faidza huyiyytum bitahiyyatin farudduha biahsana minha aw rudduha….)
Beberapa kesimpulan dan faidah yang bisa dipetik :
Sunnah nabi, malaikat, dan para shohabat ketika salam adalah mereka tetap menggunakan dhomir (kata ganti) bersesuaian dengan yang diberi salam, kepada orang tunggal laki-laki dengan Assalamu’alaika, wanita dengan assalamu’alaiki dan seterusnya..
Boleh menjawab salam dengan wawu atau tanpa wawu, namun yang lebih baik adalah dengan wawu, sebagai penegasan sambung terhadap kalimat kalimat pemberi salam yang awal..
Kita dilarang untuk memulai mengucapkan salam kepada orang yang masih hidup dengan ‘Alaikassalam, namun boleh menggunakannya sebagai jawaban-karena dia adalah athof /sambungan.
Wallahusubhanahu A’lam…
Maraji’ (maktaba shameela, syarh riyadhusholihin Syeikh Al’utsaimin)
sumber http://salafyitb.wordpress.com/2007/06/21/assalamualaikum-atau-assalamualaika/

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers