Oleh
Ustadz Arief B bin Usman Rozali
http://almanhaj.or.id/content/3154/slash/0/tafsir-surat-al-qadr-tanda-tanda-lailatul-qadr/
بسم الله الرحمن الرحيم
إِنَّا
أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ {1} وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ
الْقَدْرِ {2} لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3}
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ
أَمْرٍ {4} سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ {5}
1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur`an) pada malam kemuliaan.
2. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
5. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Pada
edisi sebelumnya, telah kami sampaikan tentang Lailatul Qadr. Pada
malam itu penuh dengan kebaikan dan keberkahan seluruhnya, selamat dari
segala kejahatan dan keburukan apapun, setan-setan tidak mampu berbuat
kerusakan dan kejahatan sampai terbit fajar di pagi harinya. Hal-hal apa
saja yang berkaitan dengan Lailatul Qadr?
TANDA TANDA LAILATUL QADR
Tanda-tanda Lailatul Qadr telah dijelaskan oleh Rasulullah dalam beberapa riwayat berikut :
Sebagaimana dikatakan oleh Ubay bin Ka’b pada hadits yang sudah diterangkan di atas [1], beliau berkata:
بِالْعَلاَمَةِ
أَوْ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ, أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
Dengan tanda yang pernah Rasulullah kabarkan kepada kami, yaitu (matahari) terbit (pada pagi harinya) tanpa sinar (yang terik).
Juga sebagaimana hadits Ibnu Abbas, ia berkata:
أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ
الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ,
تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ.
"Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda tentang (tanda-tanda)
Lailatul Qadr: “Malam yang mudah, indah, tidak (berudara) panas maupun
dingin, matahari terbit (di pagi harinya) dengan cahaya kemerah-merahan
(tidak terik)" [2].
Juga hadits Jabir bin Abdillah, ia berkata:
قَالَ
رَسُوْلُ اللهِ : إِنِّيْ كُنْتُ أُرِيْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, ثُمَّ
نُسِّيْتُهِا, وَهِيَ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ لَيْلَتِهَا, وَهِيَ
لَيْلَةٌ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ.
"Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya aku pernah
diperlihatkan (bermimpi) Lailatul Qadr. Kemudian aku dibuat lupa, dan
malam itu pada sepuluh malam terakhir. Malam itu malam yang mudah,
indah, tidak (berudara) panas maupun dingin" [3].
Demikian pula hadits Ubadah bin Ash Shamit, ia berkata:
أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ,
مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ
وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ,
وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ
أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ
الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً
سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ
لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ
أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ
لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ
لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.
"Sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr
(terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan
malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah
akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam
itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh,
dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,”
dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya
tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan,
malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada
malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan
sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya
terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan
tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu"
[4]
KEUTAMAAN LAILATUL QADR & AMALAN-AMALAN YANG UTAMA DIKERJAKAN PADA MALAM ITU
Adapun keutamaan Lailatul Qadr, maka cukuplah bagi kita firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang telah diterangkan di atas.
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ . تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا .
(Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril –QS Al Qadr ayat 3, 4-).
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ {3} تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ
وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ {4}
3. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan.
1. Melakukan I’tikaf.
Sebagaimana hadits Aisyah, ia berkata:
أَنَّ
النَّبِيَّ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى
تَوَفَّاهُ اللهُ, ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ.
Sesungguhnya
Nabi melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan
sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan
i’tikaf setelahnya [5]. [Hadits yang semisal dengannya ialah, hadits
Abdullah bin Umar] [6].
Hadits lain dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ.
"Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersungguh-sungguh pada sepuluh malam
terakhir, yang kesungguhannya tidak seperti pada waktu-waktu lainnya"
[7].
Ada juga hadits lainnya dari Aisyah, ia berkata:
كَانَ النَّبِيُّ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.
"Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, apabila memasuki sepuluh malam terakhir,
(beliau) mengikat sarungnya, menghidupkan malamnya dan membangunkan
istri-istrinya (untuk shalat malam)" [8].
Ibnu Katsir berkata:
"Makna perkataan Aisyah “ شَدَّ مِئْزَرَهُ “, ialah menjauhi istri
(tidak menggaulinya), dan ada kemungkinan bermakna kedua-duanya
(mengikat sarungnya dan tidak menggauli istri)" [9].
2. Memperbanyak Doa.
Ibnu
Katsir berkata: "Dan sangat dianjurkan (disunnahkan) memperbanyak doa
pada setiap waktu, terlebih lagi di bulan Ramadhan, dan terutama pada
sepuluh malam terakhir, di malam-malam ganjilnya" [10].
Doa yang dianjurkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah:
اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ
ٍ
Sesuai dengan hadits Aisyah berikut ini:
قُلْتُ:
يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ, مَا
أَدْعُوْ؟ قَالَ: تَقُوْلِيْنَ: اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ, تُحِبُّ
الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ.
"Aku (Aisyah) bertanya: “Wahai,
Rasulullah. Seandainya aku bertepatan dengan malam Lailatul Qadr, doa
apa yang aku katakan?” Beliau menjawab: “Katakan: Ya, Allah.
Sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau menyukai maaf. Maka, maafkan
aku" [11].
3. Menghidupkan Malam Lailatul Qadr Dengan Melakukan Shalat Atau Ibadah Lainnya.
Sebagaimana hadits Abu Hurairah, beliau berkata:
عَنِ
النَّبِيِّ قَالَ: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ, وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ
إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
"Dari
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam , beliau bersabda:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan
pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu. Dan barangsiapa yang menghidupkan malam Lailatul Qadr dengan penuh
keimanan dan pengharapan (dari Allah), niscaya akan diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu" [12].
Demikian tafsir surat Al
Qadr, yang secara khusus membawa pesan mulia. Yaitu menghidupkan suatu
malam yang penuh berkah. Akhirnya, penulis mengajak kepada segenap
pembaca yang mudah-mudahan senantiasa dimuliakan Allah, agar selalu
bertaqwa kepadaNya, kapanpun dan di manapun kita berada. Marilah kita
selalu berdoa dan meminta kepadaNya, memohon taufiqNya agar kita diberi
kemudahan dalam ketaatan kepadaNya, diberi kesempatan untuk dapat menuai
pahala dariNya dengan berpuasa dan qiyamul lail dan melakukan
ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini, sehingga kita keluar dari
bulan yang penuh berkah ini dengan penuh keimanan, takut, berharap dan
cinta hanya kepadaNya semata. Dan mudah-mudahan Allah senantiasa
membimbing dan memberikan kita kekuatan untuk tetap tsabat dan istiqamah
di atas jalanNya yang lurus, jalan orang-orang yang diridhai dan
diberikan kenikmatan olehNya sampai kita bertemu denganNya nanti. Amin.
Wallahu Ta’ala a’lam.
وصلّى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين,.
Maraji’ dan Mashadir
1. Al Quran dan terjemahnya, cet Mujamma’ Malik Fahd.
2. Shahih Al Bukhari, Imam Bukhari, tahqiq Musthafa Dib Al Bugha, Dar Ibni Katsir, Al Yamamah, Beirut, cet III th 1407 H/1987 M
3. Shahih Muslim, Imam Muslim, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Ihya At Turats, Beirut, tanpa cetakan dan tahun
4. Sunan Abu Daud, Imam Abu Daud, tahqiq Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, Dar Al Fikr, tanpa cetakan dan tahun
5.
Jami At Tirmidzi, Imam At Tirmidzi (209-279 H), tahqiq Ahmad Muhammad
Syakir dkk, Dar Ihya At Turats, Beirut, tanpa cetakan dan tahun
6. As
Sunan Al Kubra, Imam An Nasai, tahqiq DR. Abdul Ghaffar Sulaiman Al
Bundari dan Sayyid Kisrawi Hasan, Dar Al Kutub Al Ilmiyyah, Beirut, cet I
th 1411 H/1991M
7. Sunan Ibnu Majah, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid
bin Majah, tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqi, Dar Al Fikr, Beirut, tanpa
cetakan dan tahun
8. Musnad Ahmad, Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal Asy Syaibani (164-241), Mu’assasah Qurthubah, Mesir
9.
Tafsir Ath Thabari, Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Ath Thabari (224-310
H), tahqiq Mahmud Syakir, Dar Ihya At Turats, Beirut, cet I th 1421 H/
2001 M
10. Tafsir Al Qurthubi, Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al
Qurthubi, tahqiq Abdur Razzaq Al Mahdi, Dar Al Kitab Al ‘Arabi, cet II
th 1421 H/1999 M
11. Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sami bin Muhammad AS Salamah, Dar Ath Thayyibah, cet I th 1422 H/2002 M
12.
Taisir Karim Ar Rahman fi Tafsiri Kalami Al Mannan, Abdurrahman bin
Nashir As Sa’di, tahqiq Abdurrahman bin Mu’alla Al Luwaihiq, Dar As
Salam, cet I th 1422 H/2001 M
13. Taqribut Tahdzib, Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 H), tahqiq Abu Al Asybal Al Bakistani, Dar Al ‘Ashimah, cet II th 1423 H
14.
Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqalani (773-852 H), tahqiq Muhibbuddin Al
Khatib, Dar Al Ma’rifah, Beirut, tanpa cetakan dan tahun
15. Tamamul Minnah, Muhammad Nashiruddin Al Albani (1332-1420 H), Al Maktabah Al Islamiyah dan Dar Ar Rayah, cet III th 1409 H
16. Ats Tsamrul Mustathab, Muhammad Nashiruddin Al Albani (1332-1420 H), Dar Gharras, cet I tanpa tahun
17.
Dha’if At Targhib wa Tarhib, Muhammad Nashiruddin Al Albani (1332-1420
H), Maktab Al Ma’arif, Riyadh, tanpa cetakan dan tahun
18. Fatwa Lajnah Daimah
19. Dan referensi-referensi lain.
[Disalin
dari majalah As-Sunnah Edisi 07-08/Tahun IX/1426/2005M. Penerbit
Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858197]
_______
Footnote
[1]. Lihat point ke delapan pada pembahasan “Kapankah Lailatul Qadr?”.
[2]. HR Ath Thayalisi di Musnadnya (hal.349 no.2680). Dan hadits ini dishahihkan Al Albani. (Lihat Shahih Al Jami’ no.5475).
[3].
HR Ibnu Khuzaimah di Shahihnya (3/330 no.2190), Ibnu Hibban di
Shahihnya (8/443 no.3688) dan lain-lainnya. Dan hadits ini dishahihkan
Al Albani karena banyak syawahidnya.
[4]. HR Ahmad (5/324). Lihat pula tafsir Ibnu Katsir (8/445).
[5]. HR Al Bukhari (2/713 no.1922), Muslim (2/830 no.1172), dan lain-lainnya.
[6]. HR Al Bukhari (2/713 no.1921), Muslim (2/830 no.1171), dan lain-lainnya.
[7]. HR Muslim (2/832 no.1175), dan lain-lainnya.
[8]. HR Al Bukhari (2/711 no.1920), Muslim (2/832 no.1174), dan lain-lainnya.
[9].
Tafsir AlQuran Al Azhim (8/451), kemudian Ibnu Katsir membawakan hadits
A’isyah yang dikeluarkan Ahmad di Musnadnya (6/66 no.24422):
عَنْ
عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِذَا بَقِيَ عَشْرٌ مِنْ رَمَضَانَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَاعْتَزَلَ
أَهْلَهُ.
"Dari A’isyah,berkata: “Rasulullah apabila memasuki
sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan mengikat sarungnya dan menjauhi
istri-istrinya".
[10]. Tafsir AlQuran Al Azhim (8/451).
[11].
HR Ibnu Majah (2/1265 no.3850), At Tirmidzi (5/534 no.3513), An Nasa’i
di As Sunan Al Kubra (4/407 no.7712, 6/218 no.10708, 6/219 no.10709,
10711, 10712, 10713, 6/519 no.11688), Ahmad (6/171 no.25423, 6/182
no.25534, 6/183 no.25536, 6/208 no.25782, 6/258 no.26258), dan
lain-lainnya. Dan Hadits ini dishahihkan Al Albani. (Lihat Shahih Sunan
Ibnu Majah, Shahih Al Jami’ no.4423).
[12]. HR Al Bukhari (2/709 no.1910, 2/672 no.1802, 1/21 no.35), Muslim (1/523 no.760), dan yang lain-lainnya.
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2012
(753)
-
▼
August
(45)
- Bolehkah Seorang Ibu Memakai Lingerie / Baju Yang ...
- apa itu yatim?
- Cara Menghilangkan Jerawat Secara Alami
- Para pembela kesesatan tampak bermunculan, Syi’ah ...
- Sesatnya Tarekat Tijaniyah
- Seharusnya Kita Selalu Menangis
- Fatwa Seputar Keguguran: Aqiqah Bagi Bayi Yang Ter...
- Bolehkah melakukan puasa sunah sebelum mengqadha r...
- Hapus Noda Dosamu Di Masa Lalu Dengan Amal-amal Ke...
- Ustadz Sofyan Chalid Ruray Khutbah Jumat Syawwal 1...
- Aturan Melihat Aurat Lawan Jenis Saat Berobat
- Pendaftaran Santri Baru TA’LIMU WA TAHFIDZUL QUR’A...
- HISAB PASTI TERJADI
- Kisah masuk Islam seorang mantan perwira polisi AS...
- (Cerita Membuat kita tersenyum)JANGAN SEMBARANGAN ...
- Benci Popularitas
- Kemanakah Larinya Uang Umat?
- Kapan Telunjuk Diangkat Saat Tasyahud
- Menjadikan Selain Allah Sebagai Perantara dalam Do’a
- BEGINI GAN KUBURAN YANG NYUNNAH DAN SYAR’I (PICS)
- PUASA JAHILIYAH ALA KEJAWEN
- KISAH JANDA MUDA SURIAH
- Kisah Nabi Yunus ‘Alaihissalam
- ULAMA SALAF DAN SULTAN
- Niat Zakat Fitrah yang Benar
- Takmir Masjid Bukanlah Amil Zakat
- Selamat Jalan Ramadhan
- Petunjuk Nabi Dalam Shalat ‘Ied
- “Zakat Fitri” atau “Zakat Fitrah”… mana yg benar?
- Zakat Fitrah vs Zakat Fitri
- Apakah Merokok Membatalkan Wudhu?
- Sedekah dari Barang Haram
- Jika Belum Mengeluarkan Zakat Fitri Sebelum Shalat...
- SALAH KAPRAH DALAM MENGARTIKAN KATA IDUL FITHRI
- Shalat Iftitah Ketika Tarawih
- Hukum Memberikan Zakat kepada Keluarga
- RAJA SAUDI “WAHABY” TIDAK PANDANG BULU MEMBERIKAN ...
- Pengandaian yang Terlarang
- Inti Puasa Adalah Sahur?
- Qunut Witir Setelah Pertengahan Ramadhan
- TAFSIR SURAT AL QADR
- Cara membangunkan sahur yang benar
- Mandi junub dengan air hangat
- Zakat bagi Pegawai Bulanan yang Berkurang dan Bert...
- Adab Menagih Utang
-
▼
August
(45)