Pertanyaan:
Assalamualaikum,ini sambungan yg tadi sy kirim email. Sy dpt dr sebuah blog namanya ta’nisil qobri dg mengambil hadis tentang apa yg di tinggalkan oleh org yg sudah meninggal. Yakni dg sholat menghadiahkan kpd ayah atau ibunya yg telah meninggal. Merujuk dr kitab syarh sittina mas’alah hal 67 karya syekh ahmad arromly. Dg tata cara stiap rekaat membaca fatihah 1x ayat kursi 1x attakatsur 1x al ikhlas 11x kemudian brdoa. Berdoanya jg ada ketentuannya,ustad. Silahkan ustad googling dg kalimat ta’nisil qobri. Itu sj ust sambungan yg email pertama sy kirim. Jazakmllh atas perhatiannya.
Assalamualaikum,ini sambungan yg tadi sy kirim email. Sy dpt dr sebuah blog namanya ta’nisil qobri dg mengambil hadis tentang apa yg di tinggalkan oleh org yg sudah meninggal. Yakni dg sholat menghadiahkan kpd ayah atau ibunya yg telah meninggal. Merujuk dr kitab syarh sittina mas’alah hal 67 karya syekh ahmad arromly. Dg tata cara stiap rekaat membaca fatihah 1x ayat kursi 1x attakatsur 1x al ikhlas 11x kemudian brdoa. Berdoanya jg ada ketentuannya,ustad. Silahkan ustad googling dg kalimat ta’nisil qobri. Itu sj ust sambungan yg email pertama sy kirim. Jazakmllh atas perhatiannya.
Dari: Holib Masduqi
Jawaban
Wa ‘alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Mengenai shalat ta’nis,
nama lengkapnya shalat ta’nis al-qabr [arab: صلاة تأنيس القبر]. Ta’nis
artinya menjadikan sesuatu tidak asing. Ta’nisul qabr berarti membuat
kuburan menjadi sesuatu yang tidak asing, karena dikirimi dengan pahala
dari orang yang masih hidup.
Mengenai tata cara shalat ta’nis, dinyatakan dalam hadis yang diklaim dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,
لا
يأتي على الميت أشد من الليلة الأولى فارحموا بالصدقة من يموت, فمن لم يجد
فليصل ركعتين يقرأ في كل ركعة فاتحة الكتاب مرة وآية الكرسي مرة وألهاكم
التكاثر مرة وقل هو الله أحد عشر مرات ويقول بعد السلام: {اللهم إني صليت
هذه الصلاة وتعلم ما أريد اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان ابن فلان} فيبعث
الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية فيؤنسونه إلى أن ينفخ
في الصور.
وورد أن فاعل ذلك له ثواب عظيم منه أن لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه في الجنة
Tidak
ada kondisi yang lebih berat bagi mayit selain malam pertama. Karena
itu, kasih sayangi dia dengan sedekah atas nama yang telah meninggal.
Siapa yang tidak memiliki harta untuk disedekahkan, hendaknya dia shalat
2 rakaat, setiap rakaat membaca al-Fatihah sekali, ayat kursi sekali,
surat at-Takatsur sekali, dan al-Ikhlas 11 kali. Lalu setelah salam dia
berdoa: Ya Allah aku melakukan shalat ini, dan Engkau mengatahui apa
yang aku inginkan. Ya Allah, kirimkanlah pahala shalat ini ke kuburan
Fulan bin Fulan.
Seketika itu, Allah akan
mengutus 1000 Malaikat ke kuburannya. Setiap malaikat membawa cahaya dan
hadiah, sehingga membuat mayit betah di kuburannya, hingga kiamat.
Kemudian disebutkan dalam riwayat bahwa orang yang melakukan amal
ini, dia mendapat pahala sangat besar dari Allah, sehingga tidaklah dia
meninggalkan dunia, kecuali dia bisa melihat tempatnya di surga.
Status Hadis
Para ulama sepakat bahwa teks
di atas sama sekali bukan hadis. Teks di atas hanyalah khayalan orang
sufi, kemudian dia memalsu hadis. Andapun jika mencari hadis ini, tidak
akan ketemu di kitab hadis manapun. Karena itu, buku yang menyebutkan
hadis anjuran shalat ta’nis, sama sekali tidak menyebutkan sumbernya.
Dalam kumpulan fatwa Lembaga Fatawa Syabakah Islamiyah – Qatar dinyatakan,
وهذا الحديث المذكور في السؤال لم نطلع عليه
من قبل ولم نجده بعد البحث في دواوين السنة وعلامة الوضع ظاهرة عليه وهي
ترتيب أجر عظيم جدا مقابل عمل قليل
Hadis yang disebutkan dalam pertanyaan (shalat
ta’nis), sebelumnya belum pernah kami dengar dan belum kita jumpai
setelah kami melakukan pencarian di buku-buku hadis. Sementara ciri khas
hadis palsu sangat nampak di dalamnya. Yaitu adanya pahala yang sangat
besar sekali untuk satu amal yang sedikit. (Fatawa Syabakah Islamiyah,
no. 111303)
Bolehkah Mengamalkan Shalat Ta’nis?
Ada beberapa pertimbangan untuk mengamalkan shalat ini,
Pertama, masalah mengirim pahala shalat.
Para ulama dari berbagai
madzhab termasuk syafiiyah menegaskan bahwa amal ibadah maliyah, seperti
sedekah, atau zakat, pahalanya bisa dikirimkan ke mayit.
Sementara ibadah murni amaliyah, seperti shalat atau bacaan al-Quran,
Imam as-Syafii dan ulama syafiiyah menegaskan pahalanya tidak sampai ke
mayit. Mereka berdalil dengan firman Allah,
وَأَنْ لَيْسَ لِلإنْسَانِ إِلا مَا سَعَى
”Manusia tidak mendapatkan pahala kecuali dari apa yang dia kerjakan.” (QS. An-Najm: 39).
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir – salah satu ulama syafiiyah – menjelaskan,
ومن
وهذه الآية الكريمة استنبط الشافعي، رحمه الله، ومن اتبعه أن القراءة لا
يصل إهداء ثوابها إلى الموتى؛ لأنه ليس من عملهم ولا كسبهم؛ ولهذا لم يندب
إليه رسول الله صلى الله عليه وسلم أمته ولا حثهم عليه، ولا أرشدهم إليه
بنص ولا إيماء، ولم ينقل ذلك عن أحد من الصحابة، رضي الله عنهم
Berdasarkan ayat yang mulia
ini, Imam as-Syafii rahimahullah dan orang-orang yang mengikuti beliau
menyimpulkan bahwa menghadiahkan pahala bacaan al-Quran, tidak sampai ke
mayit. Karena pahala ini bukan amal mereka dan bukan dari usaha mereka.
Karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah
menganjurkan umatnya dan tidak memotivasi mereka untuk menghadiahkan
pahala amal. Tidak pernah beliau mengajarkan hal itu, baik dengan
kalimat tegas maupun isyarat. Dan tidak pula diriwayatkan dari
seorangpun sahabat radhiyallahu ‘anhum. (Tafsir al-Quran al-Adzim, Ibnu
Katsir, 7/465).
Kedua, Kita
meyakini bahwa manusia terbaik adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wa sallam, kemudian para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum. Dan mereka
sangat antusias untuk melakukan amal kebajikan. Terlebih yang pahalanya
sangat besar.
Seperti yang disebutkan dalam
hadis di atas, shalat ta’nis memiliki pahala sangat besar. Hingga orang
yang pernah melakukannya, bisa melihat tempatnya di surga sebelum mati.
Seharusnya, jika amal ini
memiliki pahala yang sangat besar, tentu para sahabat dan tabiin, serta
orang soleh masa silam akan berlomba-lomba melakukannya. Akan tetapi,
tidak kita jumpai satupun riwayat dari mereka yang melakukan hal itu.
Bahkan tidak pernah kita jumpai dalam buku-buku fikih yang mu’tabar
(dijadikan referensi). Anda bisa buka buku fikih apapun karya ulama yang
mu’tabar, dijamin tidak akan menjumpai shalat seperti ini.
Ini membuktikan bahwa shalat semacam ini bukan bagian dari ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh: Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer