Kenalilah Sahabat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam[1]
Di antara yang selalu ditalqinkan kepada kita oleh ulama-ulama Ahlus Sunnah di halaqoh kajian atau dalam banyak pertemuan adalah mencintai sahabat-sahabat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sepenuh hati kita. Sahabat radhiyallahu anhum adalah orang-orang yang melihat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, beriman kepada beliau, dan wafat di atas iman. Dan mereka berasal dari kalangan Muhajirin dan Anshor. Muhajirin yang jujur dan Anshor yang berbahagia. Alloh menyebut dan memuji mereka dalam dua ayat berurutan dalam surat al-Hasyr:
Bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Alloh dan keridhoan-Nya dan mereka menolong Alloh dan Rosul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang jujur. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. al-Hasyr [59]: 8–9)
Mencintai mereka berarti mencintai Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengagungkan mereka berarti mengagungkan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, karena Rosul shallallahu ‘alaihi wasallam mencintai mereka dan selalu menyebut mereka dengan baik. Tidak pernah Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam merasa gembira dengan umatnya seperti bahagianya Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam melihat mereka. Hingga beliau mengatakan:
لَا تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا أَدْرَكَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلَا نَصِيفَهُ.
“Janganlah kalian mencela para sahabatku, demi Dzat yang diriku di tangan-Nya, sekiranya salah seorang kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya kalian tidak akan mengalahkan satu mud yang mereka infakkan dan tidak pula setengahnya.” (HR. Muslim dari Abu Huroiroh radhiyallahu anhu)
Merekalah satu kumpulan umat terbaik yang pernah ada di permukaan bumi, yang menemani dan menjadi pembela Mushthofa “Manusia terpilih”, Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. Agar menjadi teladan pada setiap ruang dan zaman, menjadi panutan pada setiap tempat dan masa. Alloh berfirman:
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ…
Kalian (yaitu para sahabat) adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…. (QS. Ali Imron [3]: 110)
Dari Abdulloh bin Mas’ud radhiyallahu anhu berkata:
إِنَّ اللّٰـهَ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ فَوَجَدَ قَلْبَ مُحَمَّدٍ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَاصْطَفَاهُ لِنَفْسِهِ فَابْتَعَثَهُ بِرِسَالَتِهِ ثُمَّ نَظَرَ فِي قُلُوبِ الْعِبَادِ بَعْدَ قَلْبِ مُحَمَّدٍ فَوَجَدَ قُلُوبَ أَصْحَابِهِ خَيْرَ قُلُوبِ الْعِبَادِ فَجَعَلَهُمْ وُزَرَاءَ نَبِيِّهِ يُقَاتِلُونَ عَلَى دِينِهِ.
“Sesungguhnya Alloh melihat hati para hamba, Dia dapati hati Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebaik-baik hati hamba. Lalu Dia pilih beliau untuk diri-Nya dan Dia utus untuk risalah-Nya. Kemudian Dia melihat hati para hamba setelah hati Muhammad, Dia temukan hati para sahabat-Nya sebaik-baik hati manusia, lalu Dia jadikan sebagai pembela nabi-Nya, berperang di atas agama-Nya.”[2]
Mereka menaklukkan hati dengan iman dan membuka negeri dengan pedang dan keberanian. Sejarah tidak pernah mencatat kejadian seperti sejarah mereka dan tidaklah menyaksikan keluarbiasaan seperti kehidupan mereka. Barangsiapa yang merasa ragu, maka hendaklah ia menelaah kembali tentang sejarah mereka di dalam hadits-hadits yang shohih dan meneliti atsar-atsar yang ditulis oleh para ulama. Tentu ia akan melihat hal-hal yang menakjubkan dari apa yang Alloh anugerahkan kepada mereka dari iman, hikmah, dan keberanian.
Para ulama telah sepakat bahwa mereka adalah umat yang terbaik setelah para nabi, dan yang terbaik dari mereka adalah Abu Bakar, kemudian Umar, kemudian Utsman, kemudian Ali radhiyallahu anhum.
Berkata Ibnu Abi Hatim rahimahullahu ta’ala: “Adapun para sahabat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam, merekalah orang yang menyaksikan langsung wahyu dan tanzil (turunnya wahyu), mengetahui tafsir dan takwil, merekalah yang telah dipilih untuk menemani nabinya, menegakkan agama dan menampakkan haknya, beliau pun rela dengan mereka sebagai sahabat, semua mereka menjadi pahlawan dan panutan. Lalu mereka pahami yang datang dari Alloh, semua yang Dia sunnahkan dan syari’atkan, Dia hukum dan Dia putuskan, yang Dia perintahkan dan yang Dia larang. Mereka coba pahami dan mereka dalami sehingga mereka menjadi orang yang faqih dalam agama. Dan mereka tahu perintah Alloh dan larangan-Nya serta mengerti tentang maksud tujuan Alloh dengan menyaksikan Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam dalam menafsirkan kitab dan mengambil ilmu dan mendapat istinbath (kesimpulan) dari beliau. Maka Alloh memuliakan mereka dengan segala nikmat yang Dia limpahkan dan mengagungkan mereka dengan meletakkan sebagai umat panutan. Maka Dia jauhkan mereka dari keraguan dan dusta, kesalahan, dan sikap plin-plan. Dia sebut mereka sebagai umat penengah, Alloh berfirman:
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطاً لِّتَكُونُواْ شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ
Begitulah Kami jadikan engkau umat yang menengah agar menjadi saksi atas manusia. (QS. al-Baqoroh [2]: 143)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menafsirkan firman tersebut dengan penengah. Maka mereka adalah penengah umat dan para pemimpin hidayah dan penukil kitab dan sunnah. Alloh memerintahkan kita berpegang dengan petunjuk mereka dan berjalan menapaki manhaj dan jalan mereka serta menjadikan mereka sebagai panutan.”[3]
Mari kita menelusuri kelebihan kelompok ini, sehingga kita dapat mencintai mereka, dan “Bukankah seseorang itu dikumpulkan bersama orang-orang yang dicintai”, semoga kita dikumpulkan dengan mereka pada hari yang tidak bermanfaat harta dan anak keturunan.
Di antara kelebihan dan keistimewaan kelompok ini:
1.: Mereka adalah orang-orang yang telah disucikan oleh Alloh.
Hal itu Alloh sebutkan dalam Taurat dan Injil, Alloh subhanahu wata’ala berfirman:
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعاً سُجَّداً يَبْتَغُونَ فَضْلاً مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَاناً سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ السُّجُودِ ذَلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنجِيلِ
Muhammad itu adalah utusan Alloh dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Alloh dan keridhoan-Nya, tanda-tanda mereka nampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil…. (QS. al-Fath [48]: 29)
Keras terhadap orang kafir, tidak tahukah anda bahwa dalam perang Yarmuk Kholid bin Walid membunuh 5000 orang kafir dengan kedua tangannya, dan tidak ada pedang sanggup bertahan di tangannya kecuali lempengan besi Yaman!!
Atau anda pernah membaca apa yang dilakukan oleh tiga delegasi kaum muslimin pada perang Qodisiyyah!! Keajaiban tiada tara!!
Berkasih sayang sesama mereka, Pernahkah anda melihat pertalian saudara yang lebih hebat dari pertalian antara Muhajirin dan Anshor, sehingga salah seorang mereka berkehendak untuk berbagi dua dengan saudaranya dalam harta, rumah, bahkan isteri!!
Sedangkan rukuk dan sujud mereka, merekalah ahlinya. Ini Abu Bakar setiap kali membaca al-Qur’an selalu menangis, ini Umar pipinya yang berbekas hitam karena sering dialiri air mata, ini Utsman terbunuh dalam keadaan berpuasa sedangkan mushhaf dalam pelukannya, ini Ali bin Abi Tholib yang terbunuh ketika ia membangunkan masyarakatnya untuk sholat Shubuh.
Mereka as-Sabiqun al-Awwalun, orang-orang yang selalu terdahulu dalam segala kebaikan dan terdepan dalam mengemban amanah kebenaran.
مَنْ لِي بِمِثل سَيْرِكَ الْـمُدَلَّلِ تَمْشِي رُوَيْدًا وَتَجِي فِي الْأَوَّلِ
Siapa pula yang dapat mengalahkan cara jalanmu yang gemulai
Berjalan dengan santai tetapi lebih dahulu sampai
2.: Keserasian amal ibadah mereka yang lahir maupun batin.
Serasi dalam keagungan dan serasi dalam kualitas. Mereka mengamalkan Islam secara sempurna, sehingga membuat amalan lahiriah mereka menjadi luar biasa, apalagi amalan batin, lebih luar biasa!! Anggota tubuh mereka dihiasi dengan keindahan sunnah dan hati dipenuhi dengan rasa takut kepada Alloh.
Dari Qotadah, dia berkata: “Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pernah ditanya, apakah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa?! Beliau menjawab: ‘Pernah, akan tetapi iman mereka lebih besar dari gunung.’”
Memang, mereka tertawa sebagaimana tertawanya orang dan bergurau seperti berguraunya orang kebanyakan, tetapi ketika datang panggilan pengorbanan, mereka berangkat!! Ketika datang perintah Alloh mereka siap dan sigap, ketika datang larangan Alloh mereka berdiri dan berhenti.
Pada zaman kita sekarang, kadang-kadang kita temukan seseorang yang memiliki ibadah yang bagus, tetapi hatinya kosong dari iman dan qolbunya sunyi dari ketaatan. Maka, mulailah perhatikan amal-amal hati, wahai Kaum!!
3.: Mereka berada pada puncak ilmu dan amal.
Ilmu yang menerangi jalan kebenaran kepada mereka atas shiroth al-mustaqim. Sehingga mereka semua layak menjadi pembawa obor hidayah. Dengan ilmu mereka sampai pada derajat yakin dan dengan kesabaran sampai pada tingkat amal yang tertinggi. Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu ta’ala: “Hanya dengan kesabaran dan keyakinan diperoleh kepemimpinan dalam agama.” Dengan mengambil hikmah dari ayat Alloh azza wajalla:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ
Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (QS. as-Sajdah [32]: 24)
Keyakinan yang menjadikan mereka kokoh dalam semua keadaan, bagaikan batu karang yang tidak bergeming oleh hantaman ombak atau cumbuan angin.
4.: Mereka manusia yang paling paham tentang maksud dan tujuan syari’at, dengan kelurusan fithroh, kejernihan lingkungan, dan kecerdasan pikiran. Sehingga dengan sesama mereka jauh dari pertikaian dan pertengkaran.
Lihatlah keseragaman pemahaman mereka dalam menghadapi fitnah seperti terbunuhnya Utsman radhiyallahu anhu. Lihatlah pula sikap satu mereka dalam menyikapi bid’ah Khowarij atau Qodariyyah. Bukan hanya sampai di situ, lihatlah pula kesepakatan mereka dalam menolak satu bid’ah atau maksiat. Hal itu semua tidak lain dikarenakan dalamnya pengetahuan mereka terhadap agama ini.
Adapun zaman kita sekarang, maka timbangan telah bertukar dan takaran telah berubah, bahkan sesama pencinta al-Qur’an dan as-Sunnah. Hal itu dikarenakan jauhnya mereka dari maksud dan tujuan syari’at. Tidaklah datang satu fitnah kecuali mereka berpecah-belah dan tidaklah datang sebuah permasalahan kecuali bilangan pendapat sebanyak jumlah mereka.
5.: Di antara keistimewaan mereka adalah cara beragama yang tidak dipaksa dan diberat-beratkan.
Agama bagi mereka untuk kebahagiaan hidup bukan menyusahkan hidup. Maka mereka tidak berlebihan dalam cara berpakaian, makan, minum, gaya hidup, dan juga dalam amal dan ilmu. Tidaklah mereka membahas permasalahan yang tidak penting bagi kehidupan dunia dan akhirat mereka. Tidak mereka bertanya kecuali yang benar-benar menyangkut kehidupan mereka sehari-hari. Karena bagi mereka ilmu untuk diamalkan bukan untuk menjadi hiasan akal dan pikiran.
Itulah sebagian keistimewaan salafush sholih dari kalangan sahabat Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan kita mengenal mereka, semoga kita dapat mencintai mereka. Dan semoga kecintaan tersebut bermanfaat bagi kita di hari pertemuan kita dengan Alloh. Amin.
Wallohua’lam
http://alghoyami.wordpress.com/2010/11/27/kenalilah-sahabat-rosululloh/

[1] Ditulis kembali oleh Abu Ammar al-Ghoyami dari tulisan Ust Armen Halim Naro rahimahullahu ta’ala di majalah al-Mawaddah
[2] HR. Ahmad: 3600 diriwayatkan secara mauquf sampai Abdulloh bin Mas’ud dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyyah hlm. 530.
[3] Lihat kitab Jarhu wat Ta’dil 1/7.


Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers