Di Pedalaman Bani Sa’ad
Sudah menjadi adat kebiasaan wanita Arab perkotaan mencari ibu susuan bagi anak bayinya dan wanita yang mengasuhnya di daerah pedalaman. Hal ini dilakukan sebagai usaha preventif menjauhkan anak-anak tersebut dari penyakit-penyakit yang biasa menjalar di perkotaan dan memperkuat dan memperkokoh kekuatan tubuh mereka. Juga sebagai usaha membiasakan dan membina mereka untuk memiliki sikap kemandirian dan percaya diri sejak kecil dan meluruskan lisan mereka dari kesalahan berbahasa sehingga mereka menjadi orang Arab yang fasih. Demikian juga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam setelah disusukan Tsuwaibah beberapa hari lamanya maka Aminah pun mencari ibu susuan bagi beliau yang dapat membawa beliau ke pedalaman dan mendapatkan Halimah bintu Abu Dzu’aib Al Sa’diyah dari bani Sa’ad. Halimah As Sa’diyah mengisahkan persusuan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini dalam satu riwayat yang diriwayatkan ibnu Ishaq dan disampaikan Ibnu Hisyam dalam tahdzibnya, namun riwayat ini dilemahkan Syeikh Al Albani. Walaupun demikian persusuan beliau kepada Halimah merupakan satu hal yang benar adanya.

Ringkasan kisah tersebut adalah:
“Halimah mendatangi kota Makkah bersama para wanita dari bani Sa’d bin Bakr mencari anak susuan. Dalam tahun peceklik dan kekurangan ia berangkat mengendarai onta betina yang sudah lemah bersama suami dan bayinya serta disertai seekor onta tua untuk diperas susunya. Ia menyatakan: “Demi Allah kami tidak tidur malam itu seluruhnya bersama bayi kami tersebut, Kami tidak mendapati air susu yang mencukupi dan tidak juga ada pada ontaku makanan yang dapat dimakan”, lalu sampai rombongannya kekota Makkah, mencari anak susuan. Ia menyatakan kembali: “Demi Allah aku tahu seluruh wanita dalam rombongan kami telah ditawari Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan ketika tahu ia seorang anak yatim, maka mereka tidak mau. Kami beranggapan bahwa apa yang dapat diberikan ibunya kepada kami, kami melakukan ini hanya karena mengharap pemberian dari bapak bayi, adapun ibunya apa yang bisa ia perbuat? Demi Allah seluruh wanita rombongan kami, telah mendapat anak susuan kecuali aku. Ketika aku tidak mendapatkan yang lainnya maka aku berkata kepada suamiku Al Haarits bin Abdiluzaa: “Demi Allah aku tidak ingin kembali tanpa membawa anak susuan, akan aku kembali kepada bayi tersebut dan mengambilnya”. Maka suamikupun mengizinkannya. Demi Allah aku mangambilnya hanya karena tidak mendapatkan yang lainnya.
Lalu Halimah membawa Muhammad ke kendaraannya untuk pulang dan iapun menyusuinya seketika itu air susuku menjadi banyak dan diminumnya sampai kenyang demikian juga anakku. Sedangkan suamiku mengambil onta tua milik kami dan ternyata onta tersebut mengeluarkan susu yang dapat diperas untuk aku dan suamiku minum sampai kenyang sehingga kami bias tidur nyenyak malam tersebut. Suamiku berkata: “Wahai Halimah, demi Allah aku melihat engkau telah mengambil anak yang penuh barokah, bukankah engkau lihat kebaikan yang menyelimuti kita malam ini setelah kita mengambilnya?”, Demikianlah Allah terus memberikan kebaikan kepada kami sampai kami keluar untuk pulang kekampung kami. Halimah berkata: “Demi Allah onta betina yang kami kendarai dapat berjalan kencang meninggalkan yang lainnya sampai-sampai teman-temanku menyatakan: Wahai anak permpuan Abu Dzu’aib apakah ini adalah onta betina yang kami gunakan ketika pergi bersama kami? Saya menjawab: Ya, demi Allah. Sampai kemudian kami tiba diperkampungan bani Sa’ad”.
Diperkampungan Bani Sa’ad
Halimah menceritakan bahwa tanah bani Sa’ad sangat gersang sekali, namun kambing-kambingnya keluar dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang dan penuh susunya sehingga ia dapat memerasnya sesuka hati, beda dengan kambing-kambing lainnya yang kelaparan dan tidak mengeluarkan susu sedikitpun, sampai-sampai orang-orang berkata: lihatlah dimana kambing bintu Abu Dzu’aib digembalakan, maka gembalakanlah bersamanya! Lalu merekapun menggembalakan kambing-kambingnya ditempat kambing Halimah di gembalakan, namun mereka pulang dengan membawa kambing yang kelaparan dan tidak dapat diperas susunya. Barokah ini terus berlanjut sampai Muhammad berusia dua tahun dan tumbuh cepat tidak seperti anak-anak biasanya. Kemudian setelah dua tahun Halimah membawa kembali Muhammad kekota Makkah dan ketika bertemu ibunya, Halimah menyampaikan kepada ibundanya, Biarlah ia tetap bersama kami tahun ini, karena kami khawatir terkena penyakit di kota Makkah. Halimah terus meminta sampai ibunda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyetujuinya. (Diringkas dari kitab As Siroh An Nabawiyah karya Muhammad Abdulqadir, Dar Al Furqan, hal 103-105)
Faedah kisah ini:
1. Adanya barokah anak susuan (Muhammad) bagi Halimah
2. Hikmah barokah ini adalah agar keluarga Halimah mencintai, menyayangi dan mendidik serta memeliharanya dengan baik. Demikianlah Halimah sangat menyayanginya melebihi anak-anaknya.
3. Yang terbaik adalah yang telah ditetapkan Allah.
4. Diantara pengaruh tinggalnya beliau di pedalaman ini adalah:
a. Pendidikan hidup sederhana tanpa kemewahan dan berlebih-lebihan
b. Memperoleh fisik yang kuat
c. Memperoleh kemampuan berbahasa yang fasih dan baik
d. Mendidik keberanian dan kesabaran beliau
e. Mendidik kemandirian dan percaya diri pada beliau yang tinggi.
Demikian mudah-mudahan bermanfaat.
Penulis: Kholid Syamhudi Lc

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers