متي يعرف العبد أن هذا الابتلاء امتحان أو عذاب
Kapankan seorang hamba itu mengetahui bahwa sebuah musibah adalah ujian ataukah siksaan
إذا ابتلي أحد بمرض أو بلاء سيئ في النفس أو المال ، فكيف يعرف أن ذلك الابتلاء امتحان أو غضب من عند الله ؟
Pertanyaan, “Jika seorang mendapatkan musibah berupa penyakit, ataukah keadaan buruk terkait dengan diri atau hartanya, bagaimanakah cara orang tersebut untuk mengetahui apakah musibah tersebut ujian ataukah bentuk amarah Allah (baca:siksaan atau adzab)?
فأجاب : الله عز وجل يبتلي عباده بالسراء والضراء , وبالشدة والرخاء ، وقد يبتليهم بها لرفع درجاتهم وإعلاء ذكرهم ومضاعفة حسناتهم , كما يفعل بالأنبياء والرسل عليهم الصلاة والسلام والصلحاء من عباد الله ،
Jawaban Ibnu Baz, “Allah itu menguji hamba-hamba-Nya dengan kesenangan dan kesusahan, nikmat dan musibah. Terkadang Allah menguji mereka dengan hal-hal di atas untuk memuliakan dan meninggikan derajat mereka serta untuk melipatgandakan pahala mereka. Demikianlah maksud Allah dengan menguji para nabi, rasul dan orang-orang yang shalih.
كما قال النبي صلى الله عليه وسلم : ( أشد الناس بلاء الأنبياء ، ثم الأمثل فالأمثل ) ،
Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi kemudian manusia yang lebih rendah derajatnya kemudian manusia yang lebih rendah derajatnya”.
وتارة يفعل ذلك سبحانه بسبب المعاصي والذنوب ، فتكون العقوبة معجلة كما قال سبحانه : ( وما أصابكم من مصيبة فبما كسبت أيديكم ويعفو عن كثير ) ،
Namun terkadang, Allah memberikan musibah karena maksiat dan berbagai dosa. Sehingga musibah ketika itu adalah hukuman yang disegerakan di dunia (baca:siksaan atau adzan). Sebagaimana firman Allah yang artinya, “Semua musibah yang menimpa kalian adalah karena dosa yang kalian lakukan dan banyak dosa yang Allah maafkan”(QS asy Syura:30).
فالغالب على الإنسان التقصير وعدم القيام بالواجب ، فما أصابه فهو بسبب ذنوبه وتقصيره بأمر الله ،
Umumnya manusia itu tidak melakukan kewajiban atau tidak melakukan kewajiban sebagaimana seharusnya. Sehingga musibah yang menimpanya adalah disebabkan tumpukan dosa dan kelalaian terhadap perintah Allah.
فإذا ابتلي أحد من عباد الله الصالحين بشيء من الأمراض أو نحوها فإن هذا يكون من جنس ابتلاء الأنبياء والرسل رفعاً في الدرجات , وتعظيماً للأجور , وليكون قدوة لغيره في الصبر والاحتساب
Jika ada hamba Allah yang shalih mendapatkan ujian berupa penyakit atau lainnya maka musibah yang menimpanya adalah sejenis dengan ujian yang dialami oleh para nabi dan rasul. Itulah ujian untuk meninggikan derajat dan memperbesar tabungan pahala. Demikian supaya orang shalih tersebut bisa menjadi teladan bagi yang lain dalam masalah kesabaran dan berharap pahala.
فالحاصل : أنه قد يكون البلاء لرفع الدرجات , وإعظام الأجور , كما يفعل الله بالأنبياء وبعض الأخيار ،
Walhasil, musibah yang menimpa seseorang itu memiliki beberapa kemungkinan.
Pertama, musibah tersebut bertujuan untuk meninggikan derajat orang tersebut, memperbesar tabungan pahalanya. Itulah musibah yang menimpa para nabi dan sebagian orang-orang yang shalih.
وقد يكون لتكفير السيئات كما في قوله تعالى : ( من يعمل سوءً يُجز به ) ،
Kedua, musibah itu boleh jadi adalah sebab dihapusnya berbagai dosa, sebagaimana firman Allah yang artinya, “Barang siapa yang melakukan keburukan (baca:maksiat) maka dia akan mendapatkan balasan karena keburukan yang telah dilakukannya”(QS an Nisa:123).
وقول النبي صلى الله عليه وسلم : ( ما أصاب المسلم من همٍّ ولا غم ولا نصب ولا وصب ولا حزن ولا أذى إلا كفَّر الله به من خطاياه حتى الشوكة يشاكها ) ،
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Semua kecemasan, kegalauan, rasa capek, sakit, kesedihan dan gangguan yang dialami oleh seorang muslim sampai-sampai duri yang menusuk kakinya adalah penyebab Allah akan menghapus dosa-dosanya”.
وقوله صلى الله عليه وسلم : ( من يرد الله به خيراً يُصِب منه ) ،
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang Allah kehendaki untuk mendapatkan kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya”.
وقد يكون ذلك عقوبة معجلة بسبب المعاصي وعدم المبادرة للتوبة
Ketiga, musibah itu bisa jadi adalah hukuman yang disegerakan (baca: siksaan atau adzab) di dunia disebabkan tumpukan maksiat dan tidak bersegera untuk bertaubat.
كما في الحديث عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال : ( إذا أراد الله بعبده الخير عجَّل له العقوبة في الدنيا ، وإذا أراد بعبده الشر أمسك عنه بذنبه حتى يوافيه به يوم القيامة ) خرجه الترمذي وحسنه ”
Sebagaimana dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan untuk seorang hamba-Nya maka Allah akan menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Sebaliknya jika Allah menghendaki keburukan untuk seorang hamba maka Allah akan biarkan orang tersebut dengan dosa-dosanya sehingga Allah akan memberikan balasan untuk dosa tersebut pada hari Kiamat nanti” (HR Tirmidzi dan beliau menilainya sebagai hadits dengan kualitas hasan).
Sumber: Majmu Fatawa wa Maqolat Mutanawi’ah juz 4 hal 370 terbitan Dar Ashda’ al Qosim Buraidah, cetakan keempat tahun 1428 H.
Artikel www.ustadzaris.com
Free Template Blogger
collection template
Hot Deals
BERITA_wongANteng
SEO
theproperty-developer
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.
Jumlah Pengunjung
Blog Archive
-
▼
2010
(380)
-
▼
November
(67)
- Bila Kyai Bermaksiat
- Kesombongan Menghalangi Hidayah
- Lebih Baik Punya Suami dalam Kenyataan daripada Pu...
- Hukum Shalat di belakang ahli bid'ah
- Bolehkah Jilbab Berwarna Kuning Atau Yang Lainnya?...
- Bila Malu Sudah Tiada
- Sunnah-sunnah yang terlupakan
- Obat Kanker 10000 x Lipat Dari Terapi Kemo
- Adakah Shalat Sunnah Khusus Sebelum Shalat Jumat?
- Hukum Mengganti nama
- Sunnahnya memberi kunyah
- Kritik Sinetron Mistis Religius
- Syahwat Para Penghujat
- Batu Hajar Aswad (Ilmiah)
- Jabat Tangan Pembawa Berkah
- Ya Robb…Jika hati kami tersirat keinginan...Semoga...
- Ketika harus Memilih
- Menangis ketika Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat
- Mendayagunakan Kenangan
- Fenomena TKI di Arab Saudi
- (UPDATE) Dengerin Rodja 756 AM via Handphone + Don...
- Mengadakan Jumatan di Penjara
- Kuatkan Iman
- Adab Berpakaian Bagi Muslimah
- Kisah Persusuan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
- Antara Suci Lahir dan Batin
- Tafsir Ayat Khilafah
- Bolehkah Jilbab Berwarna Kuning Atau Yang Lainnya?
- Rambu-rambu mengkritik
- Semerbak Wangi Masyithah, Sang Wanita Shalihah
- Berdoa dengan mengangkat tangan
- Beberapa Contoh Moralitas Islam
- Bertaubat
- Angkat tangan dalam doa sebelum iqomah
- Jangan Mudah Tertipu!
- Takbiran Hari Raya
- Matahari Sujud Dibawah 'Arsy
- Raihlah Keberkahan
- Ajang Ekspresi Impulsi Kekerasan dan Jati Diri Pra...
- Fatwa Lajnah Daaimah, Asy-Syaikh Al-‘Ubailaan, dan...
- Hukum Berhaji Ilegal
- Hidup ini Indah
- Dauroh Semarang Bersama Ustadz Abdullah Taslim & U...
- Download Poster Peta Rawan Lahar Dingin Merapi
- Jodoh, antara Takdir dan Usaha
- Keajaiban bersyukur
- Tumbal Dan Sesajen Bukan Ajaran Islam
- Ibnu Taimiyah Beraqidah Tajsim? [Fitnah Ibnu Bathu...
- Fatwa : Hukum Sholat Dengan Sajadah Bergambar Kuba...
- Saudaraku, Kenapa Engkau Lalai Shalat Shubuh?
- Tidak ada Kemiskinan Setelah Surga dan Tidak ada K...
- Sesungguhnya Surga Tidak diperoleh dengan Berandai...
- Berbahagialah
- Bekal Perjalanan Menuju Akhirat (Abu dzar Al Ghifari)
- Tiga Tawa dan Tiga Air Mata (Abu Ad-Darda)
- Sakitnya orang Mu'min vs Sakitnya Orang Fajir
- Foto-Foto Akibat Dahsyatnya Letusan Gunung Merapi
- Hukum merayakan ulang tahun dalam Islam
- 6 Amalan Utama di Bulan Dzulhijah
- Ayat-Ayat Kauniyah
- Jadi mukmin yang kuat
- Masalah 6: Hukum transfer uang via bank
- Telaah Kritis Untuk Enam Sifat Karkun (Jamaah Tabl...
- Beda Ujian dengan siksaan
- KAPANKAH Idul Adha dan Arafah 1431 H/2010?
- Ketika Masuk Majelis Ilmu
- ---->Abu Merapi Bisa Menjadi Pahala
-
▼
November
(67)