Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya dan para pengikutnya
Tulisan kali ini akan membahasan tentang berpengang teguh pada sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam dan pengaruhnya pada diri kita. Tulisan ini kami sarikan dari kutaib berjudul “at Tamasuk bis Sunnatin Nabawiyah wa Atsaaruhu” oleh syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin rahimahullah,yang merupakan traskrip dari muhadhoroh (ceramah) beliau di Jami’ah Islamiyah di Madinah pada tanggal 13/7/1419 H.
Al Qur’an dan Sunnah adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, keduanya berjalan beriringan. Seorang muslim diwajibkan berhujjah dengan keduanya dan juga diwajibkan untuk mengamalkan apa yang ada pada keduanya.
Definisi Sunnah
Sunnah adalah segala sesuatu yang telah tsabit datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam baik berupa perkataan, perbuatan, atau persetujuan[1].

Berhujjah (berdalil) dengan Sunnah
Berhujjah dengan as Sunnah hukumya wajib sebagaimana berhujjah dengan al qur’an. Hanya saja dalam berhujjah dengan dengan as sunnah perlu dicek terlebih dahulu apakah benar hal tersebut datang dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Al Qur’an : Kita perlu mengetahui bagaimana beristidlal, yaitu mengambil kesimpulan hukum dari dalil yang ada. Adapun untuk dalil dari al Qur’an (ayat-ayat al Qur’an) kita telah mengetahui bersama tentang kemaksumannya karena Allah menjaganya dari pemalsuan dan sebagainya sampai qiyamat kelak.
As Sunnah :
1. Pertama, kita perlu memperhatikan keabsaan dari sunnah tersebut, apakah benar datangnya dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini dikarenakan banyaknya hadist dhoif dan palsu yang masuk pada as sunnah sehingga perlu dicek keshahihan dari sunnah tersebut.
2. Seperti Al Qur’an, kita perlu mengetahui bagaimana cara beristidlal, yaitu mengambil kesimpulan hukum dari dalil yang ada.
Dalil tentang wajibnya berhujjah dengan as sunnah adalah sangat banyak, diantaranya:
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya)..(an Nisa: 59)
Pada ayat ini Allah memerintahkan untuk ta’at RasulNya, dengan demikian melazimkan bahwa sunnah Rasulullah adalah dalil syara’ yang wajib berhujjah dengannya.
Allah juga berfirman,
وَمَن يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَإِنَّ لَهُ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَداً
Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.(al Jin: 23)
Pada ayat ini ditetapkan adanya ancaman bagi siapa yang mendurhakai Rasulullah, sehingga kedudukan as sunnah tak ubahnya seperti al qur’an yang mana kita wajib berhujjah dengan keduannya.
Allah juga berfirman,
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.(al Hasyr: 7)
Dan sebagaimana yang sering kita dengar dalam khutbah jum’at,
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ, وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ, وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا
Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad (as-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama)
Adapun dalil dari hadist, Rasulallah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ، تَمَسَّكُوْا بِهَا وَعَضُّوْا عَلَيْهَا بِانَّوَاجِذِ
Maka, berpegang teguhlah kalian dengan sunnahku dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang memperoleh petunjuk dan berilmu. Gigitlah sunnah tersebut dengan gigi geraham kalian[2]
Kami tidak akan mengamalkan kecuali yang ada pada al Qur’an saja?
Jika ada yang mengatakan “kami tidak akan mengamalkan sesuatu kecuali yang ada pada al Qur’an.” Maka kita jawab : Al Qur’an telah mewajibkan mengikuti Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam (sebagaimana ayat-ayat diatas) sehingga andaikata perkataan anda benar maka Anda harus menerima apa yang ada pada as Sunnah. Selain itu, kebanyakan ayat al Qur’an datang dalam bentuk mujmal, belum menjadi jelas kecuali dengan sunnah. Misalnya tentang tata cara shalat,haji dan lainnya. Bagaimana kita memahaminya kalau kita tidak memakai sunnah?? Tentu ini pemikiran yang sangat berbahaya.
Pemahaman Salaf tentang Berpegang Teguh dengan Sunnah
Sungguh dahulu para salafus salih saat datang suatu perintah dari Rasulullah mereka langsung mengambil dan mengamalkannya sebagaimana al Qur’an. Tidak ada satu pun dari kalangan para sahabat saat datang suatu perintah dari Rasulullah lalu mereka mengatakan, ini wajib atau sunnah? Sungguh disayangkan sebagian manusia jika mendengar perintah dari Rasulallah mereka mengatakan , apakah itu wajib atau sunnah? Subhanallah! Bagaimana mereka bersikap demikian. Padahal Allah berfirman, Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya) (an Nisa: 59). Kerjakan apa yang diperintahkan! Andaikata hal itu wajib maka Anda telah lepas dari tanggungan, andaikata sunnah maka Anda telah melakukan sesuatu yang berpahala.
Penting bagi seorang muslim memperhatikan hal ini, jika datang suatu perintah dari Allah dan RasulNya hendaknya hati mereka menerima dengan sepenuhnya dan tidak mentafshiilnya(yaitu dengan menanyakan wajib/sunnah, seolah kalau sekedar sunnah bukan sesuatu yang penting). Allah berfirman,
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang mu’min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. “Kami mendengar, dan kami patuh”. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.(an Nuur: 51)
Benar, jika sudah terlewatkan suatu perintah seseorang hendaknya bertanya apakah itu wajib atau sunnah. Jika yang terlewat itu adalah perintah yang wajib maka hendaknya bertaubat, karena meninggalkan kewajiban adalah maksiat. Andaikata sunnah maka tidak masalah. Ini kalau terlewatkan, kalau sebelumnya maka hendaknya hati kita selalu lapang dan siap menjalankan perintah Allah dan RasulNnya, dan berkata سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا “Kami mendengar, dan kami patuh” tanpa perlu mentafshiilnya terlebih dahulu.
Pengaruh yang Baik dengan Berpegang Teguh pada Sunnah
1. Ittiba’ pada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dan terlepas dari taqlid pada seseorang. Dengan berpegang teguh dengan sunnah berarti kita menjadikan Rasulullah imam dan teladan kita dalam semua hal sehingga kita terhindar dari taqlid pada seseorang, kelompok atau golongan tertentu.
2. Meneladani akhlak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam dalam setiap hal. Seseorang yang berpegang teguh dengan sunnah akhlaknya akan semakin dekat dengan akhlaknya nabi, sehingga akhlaknya menjadi baik dan mendekatkan pada keridhoan Allah. Nabi shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Orang mukmin yg paling sempurna imannya adl yg paling baik akhlaknya.”[3]
3. Bersikap pertengahan antara ghuluw dalam beragama dan menyepelekan. Agama islam adalah agama pertengahan, tidak dibenarkan didalamnya berlebihan (ghuluw) dan menyepelekan (tafriith). Menyikapi segala sesuatu sesuai dengan cara yang sesuai. Sebagai contoh dalam menyikapi orang yang jahil tentu berbeda dengan menyikapi orang yang berilmu. Lihat perbedaan bagaimana rasulullah menyikapi arab badui yang kencing di masjid[4] dan seorang sahabat yang memakai cicin emas[5]. Rasulullah bersikap lembut dan mudah kepada arab badui (karena ia jahil) sedang kepada sahabatnya tadi Rasulullah bersikap tegas dan keras.
4. Bersikap sayang pada manusia, lembut dan tawadhu’. Bahkan pada anak-anak kecil pun Rasulullah bersikap sayang dan perhatian dengan mereka. Sebagaimana kisah Abu Umair dan burungnya nughair[6]. Lihat juga kisah saat beliau sedang sujud dalam shalat lalu Hasan bin Ali radiyallahu ‘anhuma naik ke pundak beliau. Begitulah sikap Rasulullah, beliau sangat penyayang. Namun disayangkan banyak orang mengaku berpengang teguh dengan sunnah tetapi akhlaknya demikian keras. Padahal Allah berfirman,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (al Ahzab: 21)
Demikianlah, berpegang teguh pada sunnah memili pengaruh yang baik yang sangat banyak yang tidak bisa kita sebut semua disini. Namun, hal tersebut memerlukan pengetahuan yang cukup terhadap sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk itu hendaknya seorang penuntut ilmu senantiasa bersemangat untuk mempelajari sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam sehingga lebih kokoh dalam beramal dengannya serta dalam mendakwahkannya.
Semoga bermanfaat, Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulallah serta keluarga dan sahabatnya.
Selesai ditulis di Riyadh, 12 Rabi’ul Awwal 1432 H (15 Februari 2011)
Abu Zakariya Sutrisno
Artikel: www.thaybah.or.id / www.ukhuwahislamiah.com
Note :
[1]. Secara singkat tentang definisi sunnah jika dimutlakkan maknanya ada 4: a) Sesungguhnya, segala sesuatu yang terdapat di dalam Al-Kitab (Al-Quran –pen) dan As-Sunnah (hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) adalah sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia adalah jalan yang ditempuh oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. b) Sunnah yang bermakna “al-hadits”. c) Sunnah dapat didefinisikan sebagai lawan dari bid’ah. d) Sunnah pun dapat bermakna “mandub” dan “mustahab”, yaitu segala sesuatu yang diperintahkan dalam bentuk anjuran, bukan dalam bentuk pewajiban.
[2]. At-Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42), Abu Dawud (4607). At-Tirmidzi berkata, “Hadits ini hasan shahih”
[3]. At Tirmidzi (1162), Abu Dawud (4672), Ibnu Majah (4259). Dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 1232.
[4]. Bukhari (6025), Muslim (285)
[5]. Muslim (2090)
[6]. Bukhari (6129), Muslim (2150)

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers