Oleh Abu Maryam
Bismillah. Ana sertakan tulisan Ustadz Abu Ihsan dari buku beliau “Doa anak shalih”, Penerbit Daar an naba. Mudah–mudahan bermanfaat. barokallohu fikum.
Jerih Payah yang Tidak Sia-sia
Anak adalah anugerah yang agung. Ia merupakan titipan Allah kepada kita, sekaligus menjadi amanah yang harus kita jaga. Demikian halnya tugas sebagai orang tua, mengasuh dan mendidik anak-anak, mendampingi serta membimbing mereka. Semua itu harus dilakukan dengan mengharapkan pahala di sisi Allah. Karena anak adalah asset yang tiada ternilai harganya dan merupakan tabungan bagi kedua orang tuanya di akhirat kelak. Pada saat pahala seluruh amalan telah terputus, saat pahala shalat dan puasa tak lagi bisa kita raih. Dikala itu doa anak yang shalih akan bermanfaat bagi kedua orang tuanya. Demikian pula ilmu yang bermanfaat yang telah diajarkan kedua orang tua kepada anak-anak mereka akan terus mengalirkan pahala bagi keduanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda (artinya):
Apabila seorang anak Adam mati maka terputuslah seluruh amalnya kecuali dari tiga perkara: Shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang selalu mendoakannya (Muttafaqun Alaih, dari Abu Hurarirah radhiyallahu anhu)
Segala jerih payah yang ditempuh oleh kedua orang tua dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya hingga menjadi anak shalih akan membuahkan hasil di kala mereka sangat membutuhkan. Ketika kita terbaring sendiri di dalam kubur, ketika kita tidak bisa lagi beramal, ketika kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi, dikala itulah kita mengharapkan aliran doa dari anak-anak yang shalih. Mengharapakan istighfar mereka (permohonan ampun kepada Allah) untuk kita.
Sebagai orang tua janganlah kita mengeluh dalam mengemban amanah mulia ini. Ketahuilah, Allah telah memeilih kita sebagai ibu bapak. Coba lihat di sekitar kita, masih banyak orang-orang yang tidak mendapatkan amanah ini sementara mereka sangat mengharapkannya. Masih banyak pasangan yang nmengharapkan kehadiran buah hati itu namun tak kunjung datang. Maka sudah seharusnya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut.
Syukur itu kita wujudkan dengan merawat dan menjaganya baik-baik. Membimbing dan mengajarkannya supaya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dan berbakti kepada dua orangtuanya. Mencetaknya menjadi seorang anak yang shalih. Ia bakal menjadi asset milik kita yang paling berharga. Anak shalihlah yang bakal mendoakan kita dan memohonkan ampunan bagi kita, akan menghajikan kita bila kita tak mampu mengerjakannya sampai akhir hayat kita, akan menunaikan nadzar-nadzar kita, akan melunasi hutang-hutang kita dan melanjutkan karya-karya kita atau membersihkan dan mengharumkan nama kita.
Sungguh jerih payah yang kita lakukan itu tak akan sia-sia. Kita pasti memetik hasilnya di kemudian hari kelak. Sungguh berbahagia orangtua yang memiliki anak shalih. Maka dari itu, hendaklah ia senantiasa mendoakan anaknya supaya menjadi anak yang shalih. Allah berfirman (artinya),
“Dan orang-orang yang berkata: ‘ Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang yang bertaqwa’.” (QS Al Furqan:74)
Dan orang tua boleh meminta alim ulama atau orang shalih supaya mendoakan anaknya menjadi anak yang shalih, anak yang berbakti kepada orang tuanya. Seperti itulah yang dilakukan oleh para shahabat Nabi dahulu, mereka membawakan anak-anak mereka untuk ditahnik dan didoakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Diriwayatkan dari Abu Musa Al Asy’ari, ia berkata:
“Ketika aku dikaruniai seorang anak, aku membawanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Beliau menamakannya Ibrahim, lalu beliau shallallahu alaihi wa sallam mentahniknya dengan kurma serta mendoakan keberkahan untuknya kemudian beliau serahkan kembali kepadaku.” Itulah anak sulung Abu Musa Al Asy’ari. (Bukhari 7645)
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, ia berkata:
“Seorang anak Abu Thalhah menderita sakit saat Abu Thalhah sedang keluar. Lalu anak itu wafat. Lalu anak itu wafat. Ketika Abu Thalhah pulang, ia berkata: “Apa yang sedang dilakukan si anak?” Ummu Suleim menjawab: “ Ia sekarang di tempat yang sangat tenang. “ Ummu Suleim menghidangkan makan malam kepada Abu Thalhah lalu iapun menyantap hidangan tersebut. Kemudian Abu Thalhah berhubungan intim dengannya. Setelah selesai, Ummu Suleim berkata: “Makamkanlah anak itu.” Keesokan harinya Abu Thalhah mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan menceritakan kisahnya.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Apakah tadi malam kalian berdua berhubungan intim?” Abu Thalhah menjawab: “Ya!” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lalu berdoa: “ Yaa Allah, berkatilah keduanya.”
Lalu Ummu Suleim melahirkan seorang anak. Abu Thalhah berkata kepadaku: Jagalah anak ini hingga aku membawanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. “Maka AbuThalhah pun membawanya kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Ummu Sulaim membawa beberapa buah kurma. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menggendong anak itu lalau berkata: “Apakah engkau membawa sesuatu?”
“Ya ada, beberapa buah kurma!” jawabnya.
Maka Nabi shallallahu alaihi wa sallam pun mengambilnya lalu mengunyahnya kemudian mengambilnya dari mulut beliau dan memasukkannya ke mulut anak tersebut, beliau mentahniknya lalu menamainya Abdullah.” (Bukhari 5470)
Semua itu mereka lakukan karena keinginan mereka yang begitu besar agar anak mereka kelak tumbuh menjadi anak yang shalih, serta bentuk perhatian yang begitu besar terhadap buah hati mereka.
Sebagai orang tua kita harus siap berkorban apa saja asalkan anak kita tumbuh menjadi anak yang shalih. Anak yang shalih adalah anugerah yang sangat besar dari Allah yang tidak bisa dinilai dengan materi…!
http://tentarakecilku.blogspot.com



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers