Oleh
Abul Barra’ Muhammad Mahir Al Khatib
http://almanhaj.or.id/content/3057/slash/0

Mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat, disyari’atkan
ataukah tidak? Telah terjadi perdebatan yang sangat alot dalam masalah
ini, sehingga mengakibatkan banyak orang yang bingung. Pendapat yang
terkuat dalam masalah ini adalah disunnahkan mengucapkan salam kepada
orang yang sedang shalat. Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu ,

أَنَّهُ قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
بَعَثَنِي لِحَاجَةٍ ثُمَّ أَدْرَكْتُهُ وَهُوَ يَسِيرُ قَالَ قُتَيْبَةُ
يُصَلِّي فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَأَشَارَ إِلَيَّ فَلَمَّا فَرَغَ
دَعَانِي فَقَالَ إِنَّكَ سَلَّمْتَ آنِفًا وَأَنَا أُصَلِّي وَهُوَ
مُوَجِّهٌ حِينَئِذٍ قِبَلَ الْمَشْرِقِ

(Jabir) berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengutusku
untuk satu keperluan, kemudian aku mendapatkan beliau sedang berjalan
(Quthaibah berkata, “Sedang shalat”), lalu aku ucapkan salam
kepadanya. Beliau memberikan isyarat kepadaku. Ketika selesai shalat,
beliau memanggilku sambil bersabda,”Engkau tadi mengucapkan salam,
sementara aku sedang shalat.” Ketika itu beliau shalat menghadap ke
timur (Baitul Maqdis). [HR. Muslim]

Dalam hadits yang lain.

عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَرْسَلَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ مُنْطَلِقٌ إِلَى بَنِي الْمُصْطَلِقِ فَأَتَيْتُهُ
وَهُوَ يُصَلِّي عَلَى بَعِيرِهِ فَكَلَّمْتُهُ فَقَالَ لِي بِيَدِهِ
هَكَذَا ثُمَّ كَلَّمْتُهُ فَقَالَ لِي هَكَذَا وَأَنَا أَسْمَعُهُ
يَقْرَأُ يُومِئُ بِرَأْسِهِ فَلَمَّا فَرَغَ قَالَ مَا فَعَلْتَ فِي
الَّذِي أَرْسَلْتُكَ لَهُ فَإِنَّهُ لَمْ يَمْنَعْنِي أَنْ أُكَلِّمَكَ
إِلَّا أَنِّي كُنْتُ أُصَلِّي

Diriwayatkan dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, dia berkata, “Aku diutus
oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ke Bani Musthaliq. Lalu
(Setelah selesai tugas-pent) aku menemui beliau. Sedangkan beliau
sedang melaksanakan shalat di atas untanya, lalu kuajak beliau
berbicara. Beliau memberikan isyarat dengan tangannya. Kemudian aku
katakan lagi kepada beliau. Beliau memberikan isyarat lagi dengan
kepalanya, sementara aku masih bisa mendengar bacaan beliau.” Ketika
selesai melaksanakan shalat, beliau berkata,“Apa yang telah engkau
lakukan dengan tugasmu? Sesungguhnya tidak ada yang menghalangiku
untuk beirbicara denganmu, kecuali shalatku. [HR Muslim).


عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّهُ قَالَ مَرَرْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي فَسَلَّمْتُ عَلَيْهِ فَرَدَّ
إِشَارَةً قَالَ وَلَا أَعْلَمُهُ إِلَّا قَالَ إِشَارَةً بِأُصْبُعِهِ

Dari Shuhaib, dia berkata,“Saya lewat dekat Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam yang sedang shalat, lalu saya ucapkan salam kepada
beliau. Beliau menjawab salam dengan isyarat.” (Shuhaib) berkata,
“Saya tidak mengetahui beliau, kecuali (katanya) berisyarat dengan
jarinya.” [HR Abu Daud 925 dan yang lainnya]

سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ يَقُولُ خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى قُبَاءَ يُصَلِّي فِيهِ قَالَ
فَجَاءَتْهُ الْأَنْصَارُ فَسَلَّمُوا عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي قَالَ
فَقُلْتُ لِبِلاَلٍ كَيْفَ رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَرُدُّ عَلَيْهِمْ حِينَ كَانُوا يُسَلِّمُونَ
عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي قَالَ يَقُولُ هَكَذَا وَبَسَطَ كَفَّهُ
وَبَسَطَ جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ كَفَّهُ وَجَعَلَ بَطْنَهُ أَسْفَلَ
وَجَعَلَ ظَهْرَهُ إِلَى فَوْقٍ

Aku (Nafi’) telah mendengar Abdullah bin Umar berkata,“Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Quba’ lalu shalat disana.”
Abdullah berkata,“Lalu datanglah sekelompok orang-orang Anshar dan
mengucapkan salam kepadanya, padahal beliau sedang melaksanakan
shalat.” Abdullah berkata,”Aku bertanya kepada Bilal, ‘Bagaimanakah
engkau melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab salam
ketika mereka mengucapkan salam, padahal beliau sedang melaksanakan
shalat’, Abdullah berkata, “Bilal menjawab, seperti ini!’ –beliau lalu
membuka telapak tangannya- Ja’far bin ‘Aun membuka telapak tangannya
dan menjadikan perut telapak tangan di bawah, sedangkan punggung
telapak tangan di atas. [HR Abu Daud 927]

عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ مَرَّ عَلَى رَجُلٍ
وَهُوَ يُصَلِّي فَسَلَّمَ عَلَيْهِ فَرَدَّ الرَّجُلُ كَلَامًا فَرَجَعَ
إِلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ فَقَالَ لَهُ إِذَا سُلِّمَ عَلَى
أَحَدِكُمْ وَهُوَ يُصَلِّي فَلَا يَتَكَلَّمْ وَلْيُشِرْ بِيَدِهِ

Diriwayatkan dari Nafi’ bahwasanya Abdullah bin Umar melewati
seseorang yang sedang shalat. Lalu ia mengucapkan salam kepada orang
tersebut. Orang itu menjawabnya dengan ucapan. Maka Abdullah bin Umar
kembali kepada orang tersebut dan berkata,“Jika ada salah seorang
diantara kalian diberi salam, padahal dalam keadaan sholat, maka
janganlah berbicara. Ddan hendaklah memberikan isyarat dengan
tangannya. [HR Imam Malik dalam Muwattha’]

Ibnu Hajar berkata,“Sesungguhnya banyak hadits yang bagus telah
menjelaskan, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
menjawab salam dengan isyarat ketika beliau sedang shalat. Diantaranya
hadits Abu Sa’id.

أَنَّ رَجُلاً سَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ يُصَلِّي فَرَدَّ عَلَيْهِ إِشَارَةً

(Sesungguhnya ada seorang lelaki mengucapkan salam kepada Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam, padahal beliau sedang shalat. Maka
Rasulullah menjawabnya dengan isyarat). Ada juga hadits Ibnu Mas’ud
yang semisal dengannya.”

Ibnu Hajar juga berkata,“Larangan salam (mengucapkan dan
menjawab-pent) dengan isyarat dikhususkan bagi orang yang mampu
mengucapkan salam dengan lafadz, baik secara fisik ataupun syar’i.
Jika tidak, maka menjawab salam dengan isyarat disyari’atkan bagi
orang-orang yang sedang melakukan pekerjaan yang menghalanginya dari
menjawab salam dengan lafadz, misalnya orang yang sedang shalat …”
[Fathul Bari 11/14,19]

Imam As Syaukani berkata,“Tentang isyarat untuk menjawab salam, telah
dijelaskan oleh hadits Abdullah bin Umar dari Suhaib, dia
berkata,’Saya tidak mengetahuinya, kecuali beliau hanya berisyarat
dengan jarinya,’ dan hadits Bilal, dia berkata,’Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam memberikan isyarat dengan tangannya.’ Keduanya
tidaklah bertentangan. Maka, diperbolehkan sesekali berisyarat dengan
jari, kemudian pada waktu lainnya dengan menggunakan tangan. Mungkin
juga yang dimaksudkan dengan kata ‘tangan’ adalah jari. (Dengan
kaidah) membawa yang mutlaq kepada yang muqayyad. Dalam hadits Ibnu
Umar dalam Sunan Abu Daud, bahwasanya ia (Ibnu Umar) bertanya kepada
Bilal,

كَيْفَ رَأَيْتَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَرُدُّ عَلَيْهِمْ حِينَ كَانُوا يُسَلِّمُونَ عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي
قَالَ يَقُولُ هَكَذَا وَبَسَطَ كَفَّهُ وَبَسَطَ جَعْفَرُ بْنُ عَوْنٍ
كَفَّهُ وَجَعَلَ بَطْنَهُ أَسْفَلَ وَجَعَلَ ظَهْرَهُ إِلَى فَوْقٍ

Aku (Nafi’) telah mendengar Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu
berkata, “Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam keluar menuju Quba’
lalu shalat di sana.” Abdullah berkata,“Lalu datanglah sekelompok
orang-orang Anshar dan mengucapkan salam kepada beliau. Padahal beliau
sedang melaksanakan shalat.” Abdullah berkata,”Aku bertanya kepada
Bilal, ‘Bagaimanakah engkau melihat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab salam ketika mereka mengucapkan salam, padahal beliau
sedang melaksanakan shalat?’, Abdullah berkata,”Bilal menjawab,
‘Seperti ini!’ –beliau lalu membuka telapak tangannya- Ja’far bin ‘Aun
(Hadits ini diriwayatkan dari Ja’far Bin Aun dari Hisyam bin Sa’ad
dari Nafi’) membuka telapak tangannya dan menjadikan perut telapak
tangannya di bawah, sedangkan punggung telapak tangannya di atas. [HR
Abu Daud 927]

Dalam hadits ini terdapat pelajaran, yaitu berisyarat dengan telapak
tangan. Sedangkan dalam hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu yang di
riwayatkan Imam Al Baihaqi dengan lafadz, فَأَوْمَأَ بِرَأْسِهِ
(Beliau memberikan isyarat dengan kepalanya). Dalam riwayat yang lain,
فَقَالَ بِرَأْسِهِ (Maka beliau menjawab dengan kepala).

Bila riwayat-riwayat ini dikorelasikan, bahwasannya Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang melakukan ini dan terkadang
dengan itu. Maka, semuanya boleh dilakukan. [Nailul Authar 2/378]

Tentang Hadits Ibnu Umar Imam Ash Shan’ani berkata, “Hadits ini
menjadi dalil, bahwa seseorang yang mengucapkan salam kepada orang
lain yang sedang shalat, maka cara menjawabnya dengan isyarat, dan
bukan dengan ucapan. [Subulus Salam 1/264]

Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang medatangi suatu kaum
yang sedang shalat, apakah ia mengucapkan salam? Beliau menjawab,“Ya.”
Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Imam Ahmad, bahwa Imam Ahmad
mengucapkan salam kepada orang yang sedang shalat. [Al Mughni 1/712]

Imam Nawawi berkata,“Dalam hadits-hadits ini (hadits-hadits menjawab
salam dengan isyarat bagi orang yang sedang sholat-pent) terdapat
beberapa faidah. Diantaranya.

1. Haramnya berbicara ketika shalat, baik untuk kemaslahatan shalat
maupun bukan.
2. Haramnya menjawab salam dengan ucapan ketika sedang mengerjakan shalat.
3. Isyarat tersebut tidak merusak shalat, bahkan disunnahkan menjawab
salam dengan isyarat. [Syarh Muslim 5/27]

Ibnul Qayim berkata, “…Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah
menjawab salam dengan tangan, kepala. Dan tidak pula dengan jari,
kecuali ketika dalam shalat. Beliau menjawab salam dengan isyarat
kepada orang yang menyalaminya. Hal tersebut telah diriwayatkan dari
beliau dalam beberapa hadits. Belum pernah ada sesuatupun yang
bertentangan dengannya, kecuali sesuatu itu bathil tidak benar berasal
dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam …” [Zaadul Ma’ad]

Kelompok yang melarang menjawab salam dengan isyarat berdalil dengan
hadits Ibnu Mas’ud Radhiyallahu 'anhu. Terdapat dalam Shahihain dan
yang lainnya. Dalam hadits tersebut terdapat kalimat, فَلَمْ يَرُدَّ
عَلَيْنَا (Beliau tidak menjawab salam kami).

Imam Asy Syaukani berkata, “Akan tetapi jawaban salam yang dinafikan
(ditiadakan) dalam hadits ini seharusnya dibawa (pengertiannya-pent)
ke jawaban salam dengan ucapan, bukan ke jawaban salam dengan isyarat.
Karena Ibnu Mas’ud sendiri juga meriwayatkan dari Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam , bahwasannya beliau menjawab salam
dengan isyarat. Kalaupun seandainya riwayat-riwayat ini tidak
dibawakan oleh Ibnu Mas’ud, maka tetap saja menjawab salam dengan
isyarat merupakan keharusan untuk mempertemukan pengertian beberapa
hadits. [Nailul Authar 2/377]

Pendapat yang diambil oleh Imam As-Syaukani merupakan pendapat yang
benar. Diriwayatkan dari Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin
Mas’ud dari bapaknya dari kakeknya.

أَنَّهُ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَهُوَ يُصَلِّي فَيَرُدُّ السَّلاَمَ ثُمَّ إِنَّهُ سَلَّمَ
عَلَيْهِ وَهُوَ يُصَلِّي فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ فَظَنَّ عَبْدُ اللهِ
أَنَّ ذَلِكَ مِنْ مُوْجِدَةٍ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ كُنْتُ أُسَلِّمُ
عَلَيْكَ وَأَنْتَ تُصَلِّي فَتَرُدُّ عَلَيَّ, فَسَلَّمْتُ عَلَيْكَ
وَأَنْتَ تُصَلِّي فَلَمْ تَرُدَّ عَلَيَّ فَظَنَنْتُ أَنَّ ذَلِكَ مِنْ
مُوْجِدَةٍ عَلَيَّ فَقَالَ لاَ لَكِنَّا نُهِيْنَا عَنِ الْكَلاَمِ فِي
الصَّلاَةِ إِلاَّ الْقُرْآنَ وَالذِّكْرَ

Bahwasanya ia mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam yang sedang shalat, maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menjawab salam. Kemudian (pada kesempatan yang lain-pent) ia
mengucapkan salam kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
sedang shalat, namun beliau tidak menjawab salamnya. Abdullah
menyangka, bahwa Rasulullah kecewa kepadanya. Ketika Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam selesai shalat, ia berkata,“Wahai
Rasulullah, saya pernah mengucapkan salam kepadamu, sedangkan anda
dalam keadaan shalat, lalu anda menjawab salam saya. Kemudian saya
mengucapkan salam kepadamu, sedangkan anda dalam keadaan shalat, namun
anda tidak menjawab. Saya menyangka, bahwa hal itu karena kekecewaan
kepada saya.” Beliau menjawab,“Tidak, akan tetapi kita dilarang untuk
berbicara ketika shalat kecuali (membaca-pent) Al Qur’an dan dzikr.
[At Thabrani dalam kitab Al Kabir 10/10129, perhatikan pula Silsilah
As Shahihah no. 2380]

Diceritakan dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa ada seorang laki-laki yang
mengucapkan salam kepada Rasulullah ketika sedang shalat. Maka beliau
menjawab dengan isyarat. Ketika selesai shalat, beliau bersabda kepada
laki-laki tadi.

إِنَّا كُنَّا نَرُدُّ السَّلاَمَ فِي صَلاَتِنَا فَنُهِيْنَا عَنْ ذَلِكَ

Sesungguhnya kami dulu menjawab salam dalam shalat, lalu hal tersebut
dilarang. [At Thahawi dalam kitab Syarhil Ma’ani 1/454]

Syeikh Al Albani rahimahullah berkata : Laki-laki yang mengucapkan
salam kepada Rasulullah n tersebut ialah Abdullah bin Mas’ud,
sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Abdullah bin Mas’ud,
ia berkata,“Saya lewat di dekat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam yang sedang shalat. Saya mengucapkan salam kepadanya. Maka
beliau menjawab dengan isyarat.” Peristiwa itu terjadi ketika Abdullah
bin Mas’ud Radhiyallahu 'anhu datang dari tempat hijrahnya di
Habasyah.

Hadits ini memang shahih dari Abdullah bin Mas’ud, tidak hanya dari
satu jalan saja. (Pembahasan) takhrij hadits ini sudah terdahulu pada
jilid ke 5 As Silsilah As Shahihah no. 2380, juga dalam kitab Ar Raud
no. 605. Dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas sekali, bahwa
menjawab salam dengan ucapan bagi orang yang sedang shalat pada
permulaan Islam disyari’atkan, yaitu ketika di Makkah. Kemudian hukum
tersebut dihapus dengan menjawab salam dengan isyarat di Madinah. Jika
demikian halnya, maka di dalam hadits ini (juga) terdapat anjuran
mengucapkan salam kepada orang yag sedang shalat. Karena Nabi n tidak
mengingkari salamnya Ibnu Mas’ud. Beliau juga tidak mengingkari
orang-orang yang mengucapkan salam kepadanya, padahal beliau sedang
shalat.

Berdasarkan hal ini, maka merupakan kewajiban atas para penolong
sunnah untuk berlemah-lembut dalam menyampaikan dan menerapkan masalah
ini. Karena manusia adalah musuh bagi perkara-perkara yang tidak
mereka ketahui (manusia memusuhi perkara-perkara yang tidak mereka
ketahui), terutama para pengikut hawa nafsu dan pengikut kebid’ahan.
[As Shahihah 6/998-999 disertai perubahan]

Kelompok yang melarang menjawab salam dengan isyarat juga berdalil
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan yang lainnya dari
Abu Hurairah, bahwasannya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.

لاَ غِرَارَ فِي صَلاَةٍ وَلاَ تَسْلِيمٍ

Tidak boleh ghirar dalam shalat dan tidak boleh salam

Ghirar maksudnya mengurangi atas perbuatan atau rukun.

Adapun salam yang dilarang disini, maksudnya ialah menjawab salam
dengan ucapan, bukan dengan isyarat demi mempertemukan antara
dalil-dalil yang ada.

Kelompok yang melarang menjawab salam dengan isyarat juga berdalil
dengan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud.

مَنْ أَشَارَ فِي صَلَاتِهِ إِشَارَةً تُفْهَمُ عَنْهُ فَلْيُعِدْ هَا

Barangsiapa yang memberikan isyarat yang bisa dipahami, maka dia harus
mengulanginya

Maksudnya mengulangi shalat.

Hadits ini adalah hadits yang mungkar. [Lihat Zaadul Ma’ad, yang
ditahqiq oleh Arnauth, Ad Dhaifah no. 1104 dan Dha’if Sunan Abi Daud
no. 200]

Imam Syaukani berkata,“Orang yang mengatakan hadits itu shahih, wajib
untuk membawa pengertian isyarat yang disebutkan dalam hadits
tersebut, kepada isyarat yang bukan untuk menjawab salam, atau isyarat
tanpa keperluan untuk mempertemukan antara beberapa dalil.[Nailul
Authar 2/378]

Demikian pembahasan dalam permasalahan ini. Wallahu a’lam bish shawab.

[Diterjemahkan Oleh Abu Abdurrahman dari Majalah Al Ashalah, Edisi 31
tahun ke VI/15 Muharram 1422 H hal. 69-72]

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 09/Tahun VI/1423H/2002M
Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi
Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers