(Mabhats: Majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XII)
Mengenal aqidah seorang imam besar Ahlus Sunnah merupakan perkara penting. Khususnya, bila Imam tersebut memiliki pengikut dan madzhab yang mendunia. Karenanya, mengenal pernyataan Imam Syafi’i rahimahullâh yang madzhabnya menjadi madzhab kebanyakan kaum muslimin di negeri ini, menjadi sangat penting, agar kita semua dapat melihat secara nyata aqidah Imam asy-Syafi’i rahimahullâh, dan dapat dijadikan pelajaran bagi kaum muslimin di Indonesia.
Untuk itu, kami sampaikan disini beberapa    pernyataan beliau seputar permasalahan aqidah,    yang diambil dari kitab "Manhaj Imam asy-Syafi’i    fi Itsbât al-Aqidah", karya Dr. Muhammad bin  Abdil-Wahab al-’Aqîl.
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
| 1. | Hukum Meratakan Kuburan. | 
| Imam Syafi’i rahimahullâh mengatakan: “Saya suka kalau tanah  kuburan itu tidak        ditinggikan dari selainnya dan tidak mengambil       padanya dari tanah yang lain. Tidak boleh, apabila ditambah tanah  dari lainnya menjadi      tinggi sekali, dan tidak mengapa jika ditambah       sedikit saja.     Saya hanya menyukai ditinggikan     (kuburan) di  atas tanah satu jengkal atau sekitar     itu dari permukaan tanah”.[1] (1/257) | |
| 2. | Hukum Membangun Kuburan dan Menemboknya. | 
| “Saya suka bila (kuburan)  tidak dibangun dan       ditembok, karena itu menyerupai penghiasan        dan kesombongan, dan kematian bukan tempat       bagi salah satu dari  keduanya. Dan saya tidak       melihat kuburan para sahabat Muhajirin  dan       Anshar ditembok. Seorang perawi menyatakan dari Thawus, bahwa Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam telah melarang kuburan dibangun atau ditembok. Saya sendiri melihat sebagian penguasa di Makkah menghancurkan semua bangunan di atasnya (kuburan), dan saya tidak melihat para ahli fikih mencela hal tersebut."[2] (1/258) | |
| 3. | Hukum Membangun Masjid di Atas Kuburan. | 
| “Saya melarang dibangun  masjid di atas         kuburan dan disejajarkan atau dipergunakan          untuk shalat di atasnya dalam keadaan tidak rata         atau shalat  menghadap kuburan. Apabila ia         shalat menghadap kuburan, maka  masih sah         namun telah berbuat dosa”.[3] (1/261) | 
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
DALAM MASALAH FITNAH KUBUR DAN KENIKMATANNYA
"Sesungguhnya Adzab kubur itu benar dan    pertanyaan malaikat terhadap ahli kubur adalah  benar".[4] (2/420)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
DALAM MASALAH KEBANGKITAN, HISAB, SYURGA DAN NERAKA
"Hari kebangkitan adalah  benar, hisab adalah    benar, syurga dan neraka serta selainnya yang     sudah dijelaskan dalam sunnah-sunnah (hadits-hadits),    lalu ada pada  lisan-lisan para ulama dan    pengikut mereka di negara-negara muslimin   adalah benar".[5] (2/426)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
DALAM MASALAH BERSUMPAH DENGAN NAMA SELAIN ALLÂH TA'ALA
"Semua orang yang  bersumpah dengan selain    Allâh, maka saya melarangnya dan     mengkhawatirkan pelakunya, karena    sumpahnya itu adalah kemaksiatan.  Saya    juga membenci bersumpah dengan nama    Allâh dalam semua  keadaan, kecuali hal itu    adalah ketaatan kepada Allâh, seperti     berbai’at untuk berjihad dan yang serupa  dengannya".[6] (1/271)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TENTANG SYAFA’AT
"Beliau (Rasûlullâh  shallallâhu 'alaihi wasallam ) adalah manusia terbaik    yang dipilih  Allâh untuk wahyunya lagi terpilih    sebagai Rasul-Nya dan yang  diutamakan atas    seluruh makhluk dengan membuka rahmat-Nya, penutup  kenabian, dan lebih menyeluruh    dari ajaran para rasul sebelumnya.  Beliau    ditinggikan namanya di dunia dan menjadi    pemberi syafa’at,  yang syafa’atnya dikabulkan  di akhirat".[7] (1/291)
Beliau juga menyatakan tentang syarat diterimanya syafa’at:
"Semalam saya mengambil  faidah (istimbâth) dari    dua ayat yang membuat saya tidak tertarik   kepada dunia dan yang sebelumnya. Yaitu, firman    Allâh : … Dia  bersemayam di atas ‘Arsy (singgasana)    untuk mengatur segala urusan.  Tiada seorangpun    yang akan memberi syafa’at kecuali sesudah ada     keizinan-Nya …. (Qs. Yunus/10 : 3). Dan dalam kitabullah, hal ini banyak  : …   Siapakah yang dapat memberi syafaat di sisi Allâh    tanpa  izin-Nya?.... (Qs. al-Baqarah/2 : 256).
Syafa’at tertolak kecuali dengan izin Allâh."[8] (1/291)
Syafa’at tertolak kecuali dengan izin Allâh."[8] (1/291)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TENTANG SIFAT ISTIWA’ BAGI ALLÂH
"Pendapatku tentang  sunnah (aqidah) yang saya    berada di atasnya, dan saya lihat dimiliki  oleh    orang-orang yang saya lihat, seperti Sufyân,    Mâlik dan  selainnya, ialah berikrar dengan    syahadatain (Lâ Ilâha illallâh wa Anna    Muhammadar-Rasûlullâh),  (beriman) bahwa Allâh  berada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit,  mendekat kepada makhluk-Nya bagaimana Dia  suka, dan turun ke langit  dunia bagaimana Dia  suka …" (2/354-355)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TENTANG SIFAT NUZUL (TURUN) BAGI ALLÂH
"Allâh turun setiap malam ke langit dunia dengan  dasar berita dari Rasûlullâh shallallâhu 'alaihi wasallam." (2/358)
"Sesungguhnya Allâh  berada di atas ‘Arsy-Nya    di atas langit-Nya, mendekat dari  makhluk-Nya    bagaimana Dia suka, dan Allâh Ta'ala turun ke  langit  dunia bagaimana Dia suka." (2/358)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TENTANG SIFAT TANGAN BAGI ALLÂH
"Sesungguhnya Allâh memiliki dua tangan  dengan dasar firman Allâh, (yang artinya):
Orang-orang Yahudi berkata: ”Tangan Allâh    terbelenggu”, 
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu
dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.
(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allâh terbuka;
Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.
Dan Al-Qur‘an yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran
bagi kebanyakan di antara mereka.
Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.
Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allâh memadamkannya
dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi
dan Allâh tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
(Qs. al-Maidah/5 : 64)
sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu
dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.
(Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allâh terbuka;
Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.
Dan Al-Qur‘an yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu
sungguh-sungguh akan menambah kedurhakaan dan kekafiran
bagi kebanyakan di antara mereka.
Dan Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.
Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allâh memadamkannya
dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi
dan Allâh tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
(Qs. al-Maidah/5 : 64)
Dan sungguh Dia juga memiliki tangan    kanan dengan dasar firman Allâh, (yang    artinya):
Dan mereka tidak mengagungkan Allâh    dengan pengagungan yang semestinya, 
pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat,
dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Qs. az-Zumar/39 : 67)
pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat,
dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.
Maha Suci Dia dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(Qs. az-Zumar/39 : 67)
PERNYATAAN IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TENTANG MELIHAT ALLÂH DI AKHIRAT
Dari ar-Rabi’ bin Sulaiman, beliau berkata:
“Suatu hari saya berada  di dekat asy-Syafi’i    dan datang surat dari daerah ash-Sha’id.     Mereka menanyakan kepada beliau tentang  firman Allâh, (yang artinya):
Sekali-kali tidak,    sesungguhnya mereka pada hari itu 
benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka.
(Qs. Muthaffifin/83 ayat 15)
benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka.
(Qs. Muthaffifin/83 ayat 15)
lalu beliau menulis     (jawaban) berisi (pernyataan), ketika Allâh    menghalangi satu kaum  dengan sebab    kemurkaan, maka menunjukkan bahwa    orang-orang  melihat-Nya dengan sebab  keridhaan”.
Ar-Rabi' bertanya: “Apakah engkau  beragama dengan hal ini, wahai tuanku?”
Lalu beliau menjawab:  “Demi Allâh!    Seandainya Muhammad bin Idris tidak    meyakini bahwa ia  melihat Rabb-Nya di    akhirat, tentu ia tidak menyembah-Nya di   dunia”. (2/386)
Dari Ibnu Haram al-Qurasyi, beliau berkata:
“Saya mendengar asy-Syafi’i mengatakan tentang  firman Allâh Ta'ala :
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya    mereka pada hari itu
benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka."
(Qs. Muthaffifin/83 : 15)
benar-benar terhalang dari (melihat) Rabb mereka."
(Qs. Muthaffifin/83 : 15)
Ini adalah dalil bahwa para wali-Nya  melihat-Nya pada hari Kiamat".[9] (2/387)
SIKAP IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TERHADAP SYI’AH
Dari Yunus bin Abdila’la, beliau berkata:
"Saya    telah mendengar  asy-Syafi’i, apabila disebut    nama Syi’ah Rafidhah, maka ia  mencelanya    dengan sangat keras, dan berkata: “Kelompok  terjelek”.[10] (2/486)
"Saya belum melihat seorang pun yang paling    banyak bersaksi palsu dari Syi’ah Rafidhah".[11] (2/486)
Asy-Syafi’i berkata tentang seorang Syi’ah    Rafidhah yang ikut berperang:
“Tidak diberi    sedikit  pun dari harta rampasan perang, karena    Allâh Ta'ala menyampaikan  ayat fa’i (harta    rampasan perang), kemudian menyatakan: Dan     orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin    dan Anshar), mereka  berdoa: “Ya Rabb kami, beri    ampunlah kami dan saudara-saudara kami  yang telah    beriman lebih dahulu dari kami, …”. (Qs. al-Hasyr/59 : 10)  maka barang siapa yang tidak    menyatakan demikian, tentunya tidak  berhak  (mendapatkan bagian fa’i).[12] (2/487)
SIKAP IMAM SYAFI’I RAHIMAHULLÂH
TERHADAP SHUFIYAH (TASHAWWUF)
"Seandainya seorang  menjadi sufi (bertasawwuf)    di pagi hari, niscaya sebelum datang waktu  Zhuhur, engkau tidak dapati ia, kecuali menjadi  orang bodoh".[13] (2/503)
"Saya sama sekali tidak mendapatkan seorang    sufi berakal, kecuali Muslim al-Khawash".[14] (2/503)
"Asas tasawwuf adalah kemalasan."[15] (2/504)
"Tidaklah seorang sufi  menjadi sufi, hingga   memiliki empat sifat: malas, suka makan,   sering  merasa sial, dan banyak berbuat sia-sia".[16] (2/504)
Demikian, sebagian pernyataan dan sikap beliau rahimahullâh, agar diketahui bagaimana seharusnya mengikuti beliau dengan benar. Semoga bermanfaat.
| [1] | Syarah Muslim 2/666 | ||
| [2] | al Umm 1/277 dengan sedikit perubahan | ||
| [3] | al Umm 1/278 | ||
| [4] | al I’tiqâd karya Imam al Baihaqiy | ||
| [5] | Manâqibus Syâfi’i, karya Imam al baihaqiy 1/415 | ||
| [6] | al-Umm 7/61 | ||
| [7] | ar-Risâlah 12-13 | ||
| [8] | Ahkâmul Qur’ân 2/180-181 | ||
| [9] | al Manâqib dan al I’tiqâd 1/420 | ||
| [10] | al Manâqib, karya al Baihaqiy 1/468 | ||
| [11] | Adâbus Syâfi’i, hlm. 187, al Manaqib karya al baihaqiy 1/468 dan Sunan al Kubrâ 10/208 | ||
| [12] | at Thabaqât 2/117 | ||
| [13] | al Manâqib lil Baihaqiy 2/207 | ||
| [14] | al Manâqib lil Baihaqiy 2/207 | ||
| [15] | al Hilyah 9/136-137 | ||
| [16] | Manaqib lil Baihaqiy 2/207 | sumber:http://majalah-assunnah.com | 
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer
 
 
 
 https://orcid.org/0000-0002-6047-3243
https://orcid.org/0000-0002-6047-3243