Assalamualaikum
ustad, sebelumnya saya mohon maaf, saya mau nanya, tahun 2014 adalah
tahun Alif, menurut cerita orang tua didaerah saya, sragen. Jateng.
Katanya tidak boleh mempunyai hajat dan tidak boleh membangun/mendirikan
rumah, sedangkan rencana saya mau mendirikan rumah tahun 2014, mohon
pencerahannya ustad, terimakasih
Wassalamualaikum ustad
Wassalamualaikum ustad
Dari: Arraisy Puan Kusuma
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Tidak ada manusia yang lebih
penakut melebihi orang musyrik. Hampir semua sudut kehidupannya tidak
lepas dari ancaman. Semua ruang gerak hidupnya menjadi sangat sempit
karena dipenuhi dengan pantangan dan ancaman. Semakin musyrik, semakin
penuh dengan aturan yang mengikat. Mereka istilahkan dengan kualat
(terkena kutukan).
Seolah semua peluang untuk menuju masa depan yang cerah menjadi sangat sulit dan penuh dengan aral rintangan.
- Nikah beda suku, dilarang karena bisa kualat
- Nikah antara anak ketiga dan pertama, dilarang karena mengancam nyawa
- Weton tidak sesuai, tidak boleh jodoh. Ancaman keluarga cerai
- Hajatan di bulan suro, mengancam rumah tangga
- Arah rumah calon pasangan tidak matching, tidak boleh nikah
- Melakuakn kegiatan di hari geblak (hari kematian), penyebab celaka
Dan masih ada segudang aturan
lain yang mereka buat sendiri, untuk mempersempit hidup mereka sendiri.
Termasuk kasus yang disampaikan, tahun alif, tahun na-as yang penuh
dengan intrik dan kualat. Hingga menjadi pantangan untuk melakukan
hajatan.
Semua doktrin di atas,
dikembangkan untuk menciptakan suasana ketergantungan. Semakin banyak
aturan yang mengekang seseorang, dia semakin sering resah, gelisah,
sehingga semakin tertanam rasa ketergantungan. Dan dakwah menuju
kesyirikan dengan doktrin semacam ini, sudah ada sejak zaman kaum
musyrikin jahiliyah. Bahkan alat yang mereka gunakan untuk mengancam
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kaum muslimin adalah ancaman
kutukan. Allah berfirman,
أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِنْ دُونِهِ
”Bukankah
Allah mencukupi hamba-hamba-Nya (dengan melindungi mereka). Sementara
mereka menakut-nakuti kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain
Allah.” (QS. Az-Zumar: 36).
Dengan cara ini, para pembesar
agama kesyirikan bisa mengikat kepercayaan masyarakat. Dan tehnik inilah
yang digunakan oleh dukun untuk mengikat para pasiennya. Hampir setiap
praktek perdukunan yang ada di alam ini, pasti akan menyampaikan
PANTANGAN. Setiap pasien diberi banyak aturan, agar membuat dirinya
semakin tergantung pada mbah dukun.
Untuk melawan ancaman-ancaman
kualat itu, Allah ajarkan kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan kaum muslimin untuk menjadi hamba yang tawakkal dan pasrah
kepada-Nya. Pada ayat di atas, Allah awali dengan ajaran untuk
bertawakal kepada-Nya. Allah mengajarkan satu prinsip agar orang bisa
menjadi bertawakal, “ Bukankah Allah mencukupi hamba-hamba-Nya (dengan
melindungi mereka)…”
Allah menanamkan keyakinan pada
diri setiap hamba, bahwa Allah-lah satu-satunya yang memberi kecukupan
bagi semua hamba-Nya. Kecukupan dalam rizki, kecukupan perlindungan dan
keamanan, dst. Dengan prinsip ini, sehebat apapun usaha tipuan pembesar
kesyirikan atau dukun dalam menakut-nakuti anda, tidak akan membuat anda
gentar dengan omongannya. Dengan prinsip ini pula, sehebat apapun
pengaruh orang untuk menakut-nakuti anda dengan kualat dan kualat, tidak
akan membuat anda bergeming. Karena anda adalah orang yang tawakal.
Pasrah kepada Allah, Dzat yang mengatur alam semesta.
Hukum Percaya Tahun Alif
Melihat namanya, terkesan ini
islami, tahun alif. Ada huruf alif di sana. Tapi, mohon anda tidak
tertipu. Karena yang berbau tulisan arab, tidak mesti sesuai ajaran
islam. Karena islam tidak pernah mengenal tahun alif.
Dalam kajian masalah aqidah,
berkeyakinan sial karena peristiwa tertentu atau hari tertentu disebut
thiyarah atau tathayur. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyebut perbuatan ini sebagai kesyirikan. Dalam hadis dari sahabat Ibn
Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا
“Thiyarah itu syirik…, Thiyarah itu syirik…, (diulang 3 kali)” (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibn Majah, dan yang lainnya. Syuaib Al-Arnauth mengatakan, Sanadnya shahih).
Melawan Thiyaroh
Thiyaroh
merupakan keyakinan peninggalan masyarakat jahiliyah masa silam. Bagi
masyarakat jahiliyah, bulan syawal adalah bulan pantangan untuk menikah.
Karena itu, untuk melawan keyakinan ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam menikahi sebagian istrinya di bulan syawal. Beliau ingin
buktikan bahwa pernikahan bulan syawal tidak memberi dampak buruk apapun
bagi keluarga. Aisyah radhiallahu ‘anha mengisahkan;
تزوجني
رسول الله صلى الله عليه و سلم في شوال وبنى بي في شوال فأي نساء رسول الله
صلى الله عليه و سلم كان أحظى عنده منى ؟ قال وكانت عائشة تستحب أن تدخل
نساءها في شوال
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
menikahiku di bulan Syawal, dan mengadakan malam pertama denganku di
bulan Syawal. Manakah istri beliau yang lebih mendapatkan perhatian
beliau selain aku?” Salah seorang perawi mengatakan, “Aisyah menyukai
jika suami melakukan malam pertama di bulan Syawal.” (HR. Muslim,
An-Nasa’i, dan yang lain)
Berdasarkan hadis ini, sebagian
ulama menganjurkan agar menikah atau melakukan malam pertama di bulan
Syawal. Sementara ulama lainnya mengatakan, semacam ini dikembalikan
pada tujuan dakwah. A’isyah menyatakan demikian sebagai bentuk tantangan
kepada keyakinan masyarakat jahiliyah bahwa nikah di bulan syawal tidak
akan bahagia dan beakhir dengan perceraian. Namun A’isyah meyakinkan,
dirinya wanita paling bahagia, padahal beliau menikah dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam di bulan syawal.
Imam Nawawi menjelaskan,
وقصدت
عائشة بهذا الكلام رد ما كانت الجاهلية عليه وما يتخيله بعض العوام اليوم
من كراهة التزوج والتزويج والدخول في شوال وهذا باطل لا أصل له وهو من آثار
الجاهلية كانوا يتطيرون بذلك
“Tujuan Aisyah mengatakan
demikian adalah sebagai bantahan terhadap keyakinan jahiliah dan
khurafat yang beredar di kalangan masyarakat awam pada waktu itu, bahwa
dimakruhkan menikah atau melakukan malam pertama di bulan Syawal. Ini
adalah keyakinan yang salah, yang tidak memiliki landasan. Bahkan,
keyakinan ini merupakan peninggalan masyarkat jahiliah yang meyakini
adanya kesialan menikah di bulan Syawal.” (Syarh Shahih Muslim, 9/209).
Kembali pada tahun alif,
sebagai mukmin yang sadar akan bahaya keyakinan thiyaroh, sudah saatnya
doktrik semacam ini kita lawan. Sampaikan kepada orang tua yang kolotan
dengan ajaran nenek moyang, keyakinan ini termasuk aqidah menyimpang
dan membahayakan. Lawan dengan tawakkal kepada Allah, dan lanjutkan
setiap agenda yang telah direncanakan. Tanamkan keyakinan bahwa semua
hari, bulan, pekan, dan tahun kita adalah berkah, selama tidak melanggar
aturan syariat.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer