Waktu Sholat Dhuha yang Membingungkan
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr.wb
Ustadz
Alhamdulillah selama ini saya rutin menjalankan sholat dhuha sebelum berangkat kerja. Setelah mandi pagi saya langsung wudhu dan segera menunaikan sholat dhuha (sholat dhuha yang saya laksanakan mulai dari jam 07.00 – 07.30) karena setelah jam tersebut saya harus segera berangkat ke kantor.
Alhamdulillah selama ini saya rutin menjalankan sholat dhuha sebelum berangkat kerja. Setelah mandi pagi saya langsung wudhu dan segera menunaikan sholat dhuha (sholat dhuha yang saya laksanakan mulai dari jam 07.00 – 07.30) karena setelah jam tersebut saya harus segera berangkat ke kantor.
Suatu
waktu, saya dinasehati oleh seorang teman tentang waktu-waktu yang
diharamkan untuk melaksanakan sholat dan saya pun segera mencari info di
internet . Ternyata dari info yang saya dapat “Jam 06.00 - 07.45 adalah
WAKTU YANG DIHARAMKAN UNTUK SHOLAT” .
Yang ingin saya tanyakan :
- Bagaimana dengan jadwal sholat dhuha pada kalender islam (kebanyakan) yang waktunya dimulai jam 06.18 ? apakah sholat dhuha tetap syah?
- Bagaimana jika cuaca mendung ? apa tidak masalah kita tetap sholat dhuha sesuai jadwal sholat pada kalender?
Mohon
segera penjelasan lengkapnya ustadz, (dan mohon di reply juga by e-mail
ini) . Karena ini sudah beberapa hari saya tidak melaksanakan sholat
dhuha karena “membingungkan” dan takut tidak syah. Terimakasih banyak .
wassalamu’alaikum wr.wb
Dari: Wilda BSD-Tangerang Selatan
Jawaban:
Wa alaikumus salam
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Secara bahasa “Dhuha”
diambil dari kata ad-Dhahwu [arab: الضَّحْوُ] artinya siang hari yang
mulai memanas. (Al-Ain, kata: ضحو). Allah berfirman:
وَأَنَّكَ لَا تَظْمَأُ فِيهَا وَلَا تَضْحَى
”Di surga kamu tidak akan menglami kehausan dan kepanasan karena sinar matahari” (QS. Thaha: 119).
Kaitannya dengan makna
bahasa kata dhuha, pada ayat di atas, Allah menyebutkan kenikmatan
ketika di surga, salah satunya tidak kepanasan karena sinar matahari,
yang itu diungkapkan dengan kata: [وَلَا تَضْحَى].
Sedangkan menurut ulama ahli fiqh, Dhuha artinya
ما بين ارتفاع الشمس إلى زوالها
”Waktu ketika matahari
mulai meninggi sampai datangnya zawal (tergelincirnya matahari).
(al-Mausu’ah al-Fiqhiyah al-Kuwaitiyah, 27/221).
Waktu Mulainya Shalat Dhuha
Sebelumnya kita awali dengan hadis tentang waktu larangan shalat.
Terdapat hadis yang menyebutkan waktu larangan untuk shalat.
Dari Uqbah bin Amir radhiallahu anhu dia berkata:
ثَلاَثُ سَاعَاتٍ كَانَ النَّبِيُّ صلى الله
عليه وسلم يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيْهِنَّ أَوْ أَنْ نَقْبُرَ
فِيْهِنَّ مَوْتَانَا: حِيْنَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى
تَرْتَفِعَ، وَحِيْنَ يَقُوْمُ قَائِمُ الظَّهِيْرَةِ حَتَّى تَمِيْلَ
الشَّمْسُ، وَحِيْنَ تَضَيَّف لِلْغُرُوْبِ حَتَّى تَغْرُبَ
“Ada tiga waktu di mana
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kami untuk melaksanakan
shalat di tiga waktu tersebut atau menguburkan jenazah kami: [1] ketika
matahari terbit sampai tinggi, [2] ketika seseorang berdiri di tengah
bayangannya sampai matahari tergelincir dan [3] ketika matahari miring
hendak tenggelam sampai benar-benar tenggelam.” (HR. Muslim no. 1926)
Pada hadis di atas, ada dua waktu yang mengapit waktu dhuha:
- [1] Ketika matahari terbit sampai tinggi
- [2] Ketika seseorang berdiri di tengah bayangannya sampai matahari tergelincir
Ketika matahari sudah terbit, mulai kapan shalat dhuha sudah boleh dilaksanakan?
Apakah tepat setelah terbit, ataukah ditunggu sampai agak tinggi?
Ulama berbeda pendapat
mengenai waktu mulainya shalat dhuha. Sebagaian ulama Syafi’iyah
berpendapat bahwa waktu mulainya shalat dhuha adalah tepat setelah
terbitnya matahari. Namun dianjurkan untuk menundanya sampai matahari
setinggi tombak. Pendapat ini diriwayatkan An Nawawi dalam kitab
Ar-Raudhah.
Sebagian ulama syafi’iyah lainnya berpendapat bahwa shalat Dhuha
dimulai ketika matahari sudah setinggi kurang lebih satu tombak.
Pendapat ini ditegaskan oleh Ar Rofi’i dan Ibn Rif’ah.
Demikian yang menjadi
pendapat Imam Abu Syuja’ dalam matan At-Taqrib, ketika beliau
menjelaskan waktu-waktu yang terlarang untuk shalat. Hal yang sama juga
menjadi pendapat Imam Al-Albani. Beliau ditanya tentang berapakah jarak
satu tombak. Beliau menjawab: “Satu tombak adalah 2 meter menurut
standar ukuran sekarang.” (Mausu’ah Fiqhiyah Muyassarah, 2/167).
Sebagian ulama’ menjelaskan, jika diukur dengan waktu maka matahari pada
posisi setinggi satu tombak kurang lebih 15 menit setelah terbit.
Waktu Akhir Shalat Dhuha
Batas akhir waktu shalat
dhuha adalah sebelum waktu larangan shalat, yaitu ketika bayangan tepat
berada di atas benda, tidak condong ke timur atau ke barat. Untuk
menentukan batas akhir waktu dhuha, anda bisa perhatikan bayangan benda.
Selama bayangan benda masih condong ke arah barat, meskipun sedikit,
berarti waktu dhuha masih ada. Kemudian ketika bayangan benda lurus
dengan bendanya, tidak condong ke barat maupun ke timur, waktu shalat
dhuha telah habis. Karena matahari persis berada di atas benda. Ada
sebagian yang memberikan acuan, kurang lebih 15 menit sebelum masuk
dzuhur.
Cara Mudah Menentukan Batas Waktu Shalat Dhuha
Saat ini banyak kalender
yang dilengkapi jadwal shalat yang diterbitkan oleh Depag atau Tarjih
Muhammadiyah, termasuk beberapa kampus islam.
Anda bisa perhatikan, waktu terbit matahari dan waktu dzuhur.
Batas awal waktu dhuha: waktu terbit matahari + 15 menit
Batas akhir waktu dhuha: waktu dzuhur – 15 menit.
Waktu Dhuha yang Paling afdhal
Waktu yang paling utama
untuk mengerjakan shalat Dhuha adalah ketika matahari sudah mulai panas
(dekat dengan waktu berakhirnya Dhuha). Sebagaimana riwayat dari Al
Qosim As Syaibani bahwasanya Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhu melihat
beberapa orang melakukan shalat Dhuha, kemudian Zaid mengatakan:
“Andaikan mereka tahu bahwa shalat setelah waktu ini lebih utama.
Sesungguhnya Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
صَلَاةُ الْأَوَّابِينَ حِينَ تَرْمَضُ الْفِصَالُ
”Shalat para Awwabin adalah ketika anak onta mulai kepanasan.” (HR. Muslim 748).
Awwabin artinya orang yang suka kembali pada aturan Allah.
Sebagian ulama mengatakan:
“Shalat pada waktu ini dikaitkan dengan Awwabin karena umumnya pada
waktu tersebut jiwa manusia condong untuk istirahat. Akan tetapi orang
ini menggunakan waktu tersebut untuk melakukan ketaatan dan menyibukkan
diri dengan melakukan shalat. Meninggalkan keinginan hati menuju ridlo
Penciptanya.” (Faidhul Qadir, 4/216)
Imam An-Nawawi mengatakan:
ulama madzhab kami (syafi’iyah) mengatakan: “Waktu ketika matahari mulai
panas adalah waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat dhuha,
meskipun dibolehkan shalat sejak terbit matahari sampai menjelang
tergelincirnya matahari. (Syarh Shahih Muslim, 6/30).
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer