Ibnul Qayyim dalam Al Jawabul Kaafi mengatakan,
والادعية
والتعوذات بمنزلة السلاح والسلاح بضاربه لا بحده فقط فمتى كان السلاح
سلاحا تاما لا آفة به والساعد ساعد قوي والمانع مفقود حصلت به النكاية في
العدو ومتى تخلف واحد من هذه الثلاثة تخلف التأثير فإن كان الدعاء في نفسه
غير صالح أو الداعى لم يجمع بين قلبه ولسانه في الدعاء أو كان ثم مانع من
الاجابة لم يحصل الأثر
“Do’a dan ta’awudz
(meminta perlindungan pada Allah) ibarat pedang. Pedang itu diandalkan
tebasannya bukan hanya ketajamannya. Oleh karenanya, pedang jadi ampuh
bila: (1) tidak cacat, (2) yang menebas adalah orang yang kuat dan (3)
tidak ada penghalang ketika pedang dihujam yang membuat musuh
tersingkir. Jika salah satu dari tiga hal ini tidak ada, maka pedang
tersebut tidaklah ampuh.
Do’a pun demikian. Do’a tidaklah ampuh bila: (1) orang yang berdo’a
tidaklah baik, (2) yang berdo’a tidak menyatukan antara hati dan lisan
saat berdo’a (artinya: do’a yang dipanjatkan tidak diresapi), (3) ada
penghalang sehingga do’a tidak terkabul[1]. Jika ada salah satu dari tiga hal ini, do’a tidaklah ampuh."Semoga dengan merenungkan hal ini, kita semakin memperbaiki diri kala memanjatkan do’a. Ya Allah, kabulkanlah do’a-do’a kami. Wallahu waliyyut taufiq.
Faedah saat safar @ Manarotul Asheel, Makkah Al Mukarromah, 20 Syawal 1433 H
www.rumaysho.com
[1] Seperti karena sebab makan yang haram, do’a sulit terkabul.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer