وَنُؤْمِنُ بِالْكِرَامِ الْكَاتِبِيْنَ فَإِنَّ اللهَ قَدْ جَعَلَهُمْ عَلَيْنَا حَافِظِيْنَ
(84) Kami beriman kepada para (malaikat) mulia pencatat amal. Sesungguhnya Allah menjadikan mereka sebagai penjaga kita.
Lima
puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi Allah sudah
mengetahui dan mencatat dalam Lauh Mahfuzh: berapa banyak manusia yang
akan dilahirkan dan hidup di muka bumi. Allah juga mengetahui siapa
saja di antara mereka yang kelak menjadi penghuni surga dan siapa yang
menjadi penghuni neraka. Allah mengetahui semua perbuatan mereka—yang
baik dan yang buruk—sebelum mereka mengerjakannya, bahwa mereka akan
mengerjakannya.
Dengan hikmah-Nya yang hanya diketahui oleh-Nya, Allah
menciptakan malaikat dari cahaya dan memerintahkan mereka untuk
mengerjakan berbagai tugas khusus. Ada yang menyampaikan wahyu, ada yang
mengatur rezki, ada yang mencabut nyawa, ada yang menjaga surga, ada
yang menjaga neraka dan lain sebagainya. Para malaikat ini diciptakan
oleh Allah dengan tabiat: melaksanakan semua yang diperintahkan-Nya dan
sama sekali tidak bermaksiat kepada-Nya.
Di
antara malaikat yang diciptakan oleh Allah adalah para malaikat
pencatat amal yang disebut dalam al-Qur`an sebagai al-Kiram al-Katibin
(yang mulia yang mencatat). Mereka disifati oleh Allah dengan sifat
raqib (yang awas) dan ‘atid (yang selalu hadir). Jadi, bukannya nama
mereka Raqib dan ‘Atid. Al-Qur`an tidak memberitahukan nama mereka.
Rasulullah saw pun tidak memberitahukannya. Dalam hal ini, kewajiban
kita adalah mengimani keberadaan mereka sebatas yang dikabarkan di
dalam al-Qur`an dan hadits-hadits yang shahih. Jika ada yang mengklaim
bahwa dua nama itu adalah nama mereka, ia harus mendatangkan dalil dari
al-Qur`an atau hadits yang shahih.
Setiap orang
dibersamai oleh empat malaikat. Di sebelah kanan, pencatat amal
kebaikan; di sebelah diri pencatat amal keburukan; dan di depan dan di
belakang penjaga. Dua malaikat penjaga dan dua malaikat pencatat amal.
Ibnu ‘Abbas berkata, “Para malaikat ini menjaga seseorang atas perintah
Allah dari sesuatu yang ada di hadapannya. Jika takdir Allah datang,
mereka pun menyingkir.”
Mujahid berkata, “Setiap
hamba dijaga oleh malaikat yang ditugaskan oleh Allah untuk menjaganya
pada waktu tidur maupun terjaga dari gangguan manusia, jin, dan
binatang buas. Setiap ada sesuatu yang datang kepada si hamba, malaikat
akan berseru, ‘Pergilah kamu.’ Hanya, jika sesuatu sudah dikehendaki
oleh Allah, maka hal itu akan terjadi.”
Para
malaikat pencatat amal ini mencatat perkataan dan perbuatan, termasuk
niat. Niat adalah amal hati. Para malaikat mengetahui semua yang
dilakukan oleh seorang hamba. Allah berfirman, “Mereka mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (al-Infithar: 12)
Hal ini diperkuat dengan hadits qudsi yang berbunyi,
إِذَا
هَمَّ عَبْدِيْ بِسَيِّئَةٍ فَلاَ تَكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ، فَإِنْ
عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا عَلَيْهِ سَيِّئَةً، وَإِذَا هَمَّ عَبْدِيْ
بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا فَاكْتُبُوْهَا لَهُ حَسَنَةً، فَإِنْ
عَمِلَهَا فَاكْتُبُوْهَا عَشْراً
“Jika hamba-Ku
berhasrat untuk melakukan suatu keburukan, janganlah kalian menulisnya.
Jika ia melakukannya, kalian tulislah satu keburukan atasnya. Jika
hamba-Ku berhasrat untuk melakukan kebaikan namun tidak melakukannya,
tulislah satu kebaikan baginya. Jika dia melakukannya, tulislah sepuluh
kebaikan (untuknya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Dalil dari al-Qur`an
Di antara ayat-ayat yang menyebut tentang malaikat pencatat amal adalah:
“Apakah
mereka mengira, bahwa Kami tidak mendengar rahasia dan bisikan-bisikan
mereka? Sebenarnya (Kami mendengar), dan utusan-utusan
(malaikat-malaikat) Kami selalu mencatat di sisi mereka.” (QS. Az-Zukhruf: 80)
“Padahal
sesungguhnya ada (malaikat-malaikat) yang menjaga kalian. Yang mulia
(di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu). Mereka
mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Infithar: 10-12)
“Bagi
manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (Ar-Ra’ad: 11)
“(Yaitu)
ketika dua malaikat mencatat amal perbuatannya, satu duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.” (Qaf: 17-18)
Tentang ayat di atas,
Mujahid berkata, “Ada beberapa malaikat bersama setiap orang. Malaikat
yang berada di kanannya yang mencatat kebaikan, dan malaikat yang ada
di kirinya yang mencatat keburukan.”
Ibnu Juraij
berkata, “Jika seorang hamba duduk, maka salah satu dari malaikat
tersebut berada di sebelah kanannya, dan yang lainnya di sebelah kiri.
Jika hamba tersebut berjalan, maka salah satu malaikat berada di
depannya, yang lain di belakangnya. Jika hamba tersebut tidur, maka
salah satu malaikat di atas kepalanya, dan yang lainnya di kakinya.”
Dalil dari al-Hadits
Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurayrah ra bahwa Nabi saw bersabda,
يَتَعَاقَبُونَ
فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَّهَارِ
وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ وَصَلَاةِ الْعَصْرِ ثُمَّ
يَعْرُجُ الَّذِينَ بَاتُوا فِيكُمْ فَيَسْأَلُهُمْ وَهُوَ أَعْلَمُ
بِهِمْ كَيْفَ تَرَكْتُمْ عِبَادِي فَيَقُولُونَ تَرَكْنَاهُمْ وَهُمْ
يُصَلُّونَ وَأَتَيْنَاهُمْ وَهُمْ يُصَلُّونَ
“Malaikat malam dan siang bergiliran
terhadap kalian. Mereka bertemu saat shalat Shubuh dan shalat ‘Ashar.
Maka para malaikat yang membersamai kalian di malam hari naik menghadap
Allah. Allah menanyai mereka—padahal Allah Mahatahu tentang mereka,
‘Bagaimana keadaan hamba-hamba-Ku saat kalian meninggalkan mereka?’
Mereka menjawab, ‘Kami mendatangi mereka saat mereka mengerjakan
shalat, dan kami meninggalkan mereka pun saat mereka mengerjakannya.’.”
Mengenai
hadits ini, Ibnu Abdul Barr berkata, “Yang dimaksud dengan ta’aqub
adalah pergantian antara seseorang, atau sekelompok dengan kelompok
lainnya, sebagaimana tentara yang yang diutus oleh pemimpin diizinkan
untuk pulang setelah datang kelompok tentara lainnya yang menggantikan
posisinya.”
Sedangkan mengenai malaikat yang
turun dan naik bergantian tersebut, para ulama berbeda pendapat, apakah
itu malaikat penjaga atau bukan. Pendapat yang mengatakan bahwa mereka
adalah malaikat penjaga dikutip dari al-Qadhi ‘Iyadh dan jumhur ulama.
Sedangkan al-Qurthubi berkata, “Yang lebih kuat menurutku adalah
mereka bukan malaikat penjaga.”
Imam Muslim dan Imam Ahmad meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَا
مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ وُكِّلَ بِهِ قَرِينُهُ مِنْ
الْجِنِّ قَالُوا وَإِيَّاكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَإِيَّايَ إِلَّا
أَنَّ اللَّهَ أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ فَلَا يَأْمُرُنِي إِلَّا
بِخَيْرٍ
“Setiap
orang dari kalian telah dibagi qarinnya dari kalangan jin dan qarinnya
dari kalangan malaikat.” Para sahabat bertanya, “Termasuk dirimu,
wahai Rasulullah?” Beliau menjawa, “Termasuk diriku. Hanya, Allah telah
membantuku untuk menundukkannya sehingga dia pun tunduk (kepadaku) dan
tidak memerintahkanku kecuali kepada kebaikan.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
قَالَتِ
الْمَلَائِكَةُ رَبِّ ذَاكَ عَبْدُكَ يُرِيدُ أَنْ يَعْمَلَ سَيِّئَةً
وَهُوَ أَبْصَرُ بِهِ فَقَالَ ارْقُبُوهُ فَإِنْ عَمِلَهَا فَاكْتُبُوهَا
لَهُ بِمِثْلِهَا وَإِنْ تَرَكَهَا فَاكْتُبُوهَا لَهُ حَسَنَةً إِنَّمَا
تَرَكَهَا مِنْ جَرَّايَ
“Malaikat berkata, ‘Duhai
Rabb-ku, itu ada hamba-Mu yang ingin berbuat maksiat. Allah Mahatahu
akan hal itu. Allah berfirman, “Awasilah dia! Jika dia melakukannya,
tulislah apa adanya. Namun jika dia meninggalkannya, tulislah satu
kebaikan untuknya. Sesungguhnya ia meninggalkannya karena takut
kepada-Ku.” (HR. Ahmad)
Dalam hadits
lain yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dan beliau nyatakan
sebagai hadits dha’if, diriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Hindarilah bertelanjang bulat! Sesungguhnya bersama kalian ada
(malaikat) yang tidak pernah meninggalkan kalian kecuali pada waktu
buang air besar dan berjimak. Maka, malulah kepada mereka dan
muliakanlah mereka.”
Wallahu a’lam.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer