Yang mendorong kami mengangkat
tema ini adalah kami menemukan langsung beberapa orang yang salah paham
mengenai pengobatan khususnya thibbun nabawi dan kedokteran barat
modern. Kesalahpahaman tersebut berdampak timbul angapan bahwa
kedokteran barat modern bertentangan semua dengan thibbun nabawi, sikap
anti total terhadap pengobatan barat modern, kemudian jika memilih
pengobatan selain thibbun nabawi berarti tidak cinta kepada sunnah serta
dipertanyakan keislamannya. Padahal kedokteran barat modern bisa
dikombinasikan dengan thibbun nabawi atau dipakai bersamaan. Dan juga
ada beberapa tulisan-tulisan mengenai hal ini yang menyebar melalui
dunia nyata dan dunia maya. Oleh karena itu, dengan mengharap petunjuk
dari Allah Ta’ala kami mencoba mengangkat tema ini.
Contoh Kesalahpahaman
Salah satunya yaitu mengangap bahwa jika sakit seseorang harus bahkan wajib berobat dengan thibbun nabawi, kemudian ditambah lagi dengan adanya anggapan yang kurang benar mengenai kedokteran modern misalnya,
- Berasal dari orang kafir
- Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh
-Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih
pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Berikut contoh yang kami temui langsung dengan adanya kesalahpahaman tersebut.
Contoh pertama
Seorang senior kami penuntut
ilmu agama [sekarang beliau adalah pengasuh situs islam yang cukup
terkenal], ia sudah terkena demam cukup tinggi selama tiga hari,
ditambah batuk dan pilek. Tetapi beliau tidak mau mengkonsumsi obat-obat
kimia dari kedokteran barat, apalagi konsultasi ke dokter. Beliau hanya
mengkomsumsi madu dan habbatus sauda selama sakit, akan tetapi qaddarullah,
Allah belum berkehendak memberikan kesembuhan kepadanya, kemudian
ustadz kami menanyakan kepada beliau kenapa tidak periksa ke dokter.
Saya [penulis] juga sempat berdiskusi dengan beliau, saya berkata,
mengapa tidak dikombinasi saja pengobatannya minum obat kedokteran barat
dengan minum madu dan habbatus sauda. Karena demam tinggi jika tidak
diobati akan berdampak cukup serius bagi tubuh. Dengan mengkonsumsi obat
penurun panas sederhana seperti paracetamol maka demam tubuh bisa turun
dan kondisi tubuh bisa lebih stabil untuk melakukan upaya penyembuhan
sendiri melalui imunitas tubuh.
Contoh kedua
Ada seseorang yang berkata
kepada saya [penulis] ketika membicarakan tentang diare, ia mengatakan
jika seorang anak diare, tidak perlu dibawa ke dokter, cukup diberi
campuran air minum plus madu maka diarenya bisa sembuh. Ia membuktikan
bahwa anaknya sembuh dengan terapi tersebut. Kemudian ia berkata, jika
di bawa ke dokter nanti malah diinfus seperti anak temannya, anaknya
kesakitan disuntik infus kemudian butuh biaya juga buat infus.
Mengenai hal ini kami ingin
menjelaskan bahwa dalam ilmu kedokteran modern, anak diare dan mengalami
dehidrasi tidak langsung dipasang infus akan tetapi diterapi sesuai
dengan tingkat dehidrasinya. Dalam kedokteran modern dehidrasi diare ada
tiga derajat berdasarkan gejalanya:
1 . tanpa dehidrasi [kehilangan cairan <5% berat badan]
2. dehidrasi sedang [kehilangan cairan 5-10% berat badan]
3. dehidrasi berat [kehilangan cairan >10% berat badan][lihat Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak hal. 50, IDAI, 2004]
Untuk terapinya, diare tanpa dehidrasi dan dehidrasi ringan sedang diterapi dengan cairan oral, yaitu diberi minum seperti biasa [jika masih bisa minum] dengan menggunakan ukuran tertentu khususnya setelah diare dan muntah. Dan terapi dengan air minum plus madu adalah terapi yang tepat dalam kasus ini.
Akan tetapi pada kasus dehidrasi berat pada anak, terlebih lagi jika anak muntah-muntah dan tidak bisa minum karena pengaruh penyakitnya maka jalan terakhir adalah penggantian cairan melalui infus. Karena dehidrasi berat pada anak cukup berbahaya jika dibiarkan lama, bisa menyebabkan kematian, terlebih lagi pada anak yang umurnya masih beberapa bulan. Maka yang perlu kami sorot dalam kasus ini adalah, sikap anti total terhadap kedokteran barat modern dan seolah-olah kedokteran barat itu bertentangan semuanya dengan thibbun nabawi.
Memperbaiki Kesalahpahaman
Kami mencoba memperbaiki kesalahpahaman tersebut.
1. Kedokteran modern berasal dari baratAnggapan semakin kuat dengan orang barat yang notabenenya kafir pasti meinginkan kehancuran bagi umat islam dan ada makar ingin menggantikan pengobatan nabawi pada umat islam. Maka hal ini terlalu jauh berpikir ke arah sana.
Perlu diketahui bahwa kedokteran
barat modern yang sekarang merupakan pegembangan dari kedokteran yang
dahulunya dikembangkan dan ditemukan oleh orang Islam dan para tabib
cendikiawan muslim yaitu disaat Islam mencapai puncak kejayaannya dalam
kemajuan ilmu pengetahuan seperti saat dinasti Abbasiyah. Tehnik
pengobatan yang dikembangkan oleh tabib cendikiawan muslim itu bahkan
hampir dipakai di seluruh dunia. Dan banyak dokter dan tabib dari negara
lain yang datang belajar kepada tabib muslim saat itu.
Kemudian di saat dinasti
Abbasiyah runtuh, maka orang-orang kafir yang menggulingkan dinasti
Abbasiyah mengambil semua ilmu dan menguasai perpustakaan sumber ilmu.
Kemudian mereka orang-orang kafir berlomba-lomba mengklaim diri mereka
dan mengumumkan kepada dunia bahwa mereka sebagai penemu teori dan ilmu
pengetahuan di saat itu. Padahal tidak sedikit dari mereka yang hanya
mencontoh total penemuan ilmu pengetahuan yang sudah ditemukan
sebelumnya oleh cendikiawan muslim. Termasuk dalam hal ini ilmu
kedokteran. Sehingga tidak benar sepenuhnya kedokteran barat adalah
hasil usaha mereka dan berasal dari orang kafir barat.
Kita bisa membaca sejarah
bagaimana tabib cendikiawan muslim dahulunya dengan kitab-kitab pedoman
kedokteran karangan mereka dan buku-buku mereka bahkan ada yang menjadi
pegangan kedokteran barat sampai saat ini. Sebutlah tabib muslim seperti
Muhammad bin Zakaria Al-Razi di barat dikenal dengan Razes, ahli bedah
Al-Zahrawi dikenal dengan Abulcasis, Ibnu Rusdy atau Averroes, Ibnu
El-Nafis, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dan masih banyak yang lainnya.
Kemudian walaupun pengembangan selanjutnya dilakukan oleh ilmuan barat yang notabenenya kafir, maka kita tidak semata-mata langsung berpikiran negatif dan tidak berlaku adil kepada mereka. Jika memang ilmu kedokteran tersebut bermanfaat dan benar maka kita perlu juga mempelajarinya dan bisa menggunakannya. Sebagaimana fasilitas saat ini seperti mobil, kereta, pesawat dan alat-alat elektronik lainnya. Kita tetap harus adil dalam menyikapi hal ini. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِين
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’diy rahimahullah,
لا ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من أقاربكم وغيرهم،حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور فيها ولا مفسدة
2. Menggunakan bahan kimia yang HANYA berbahaya bagi tubuh
Memang obat-obat kedokteran
barat modern menggunakan bahan kimia. Tetapi bahan kimia yang digunakan
sudah diteliti dan sudah diatur dosisnya agar sesuai dengan terapi yang
diinginkan. Dan ini juga berlaku pada beberapa obat-obat alami dan
thibbun nabawi, jika dosis habbatus sauda berlebihan dikonsumsi maka
akan berefek negatif bagi tubuh karena habbatus sauda mengandung bahan
aktif seperti thymoquinone (TQ), dithymouinone (DTQ), thymohydroquimone
(THQ) dan thymol (THY).
Dalam kedokteran barat modern dikenal ungkapan,
“ All substances are poison. There is none that is not poison, the right dose and indication deferentiate a poison and a remedy”
“Semua zat adalah [berpotensi
menjadi] racun. Tidak ada yang tidak[berpotensi menjadi] racun. Dosis
dan indikasi yang tepat membedakannya apakah ia racun atau obat”
[Toksikologi hal. 4, Bag Farmakologi dan Toksikologi UGM, 2006]Oleh karena itu, kedokteran modern barat dalam teorinya tidak gegabah begitu saja dalam memberikan terapi obat-obatan kimia. Tetapi sesuai dengan dosis dan indikasi pengobatan. Jika penyakit dibiarkan dan lebih berbahaya, maka lebih baik memkonsumsi obat bahan kimia yang walaupun juga asalnya berbahaya tetapi bisa menyembuhkan dengan dosis yang tepat. Begitu juga dengan operasi pembedahan, dilakukan sesuatu yang berbahaya bagi tubuh “merusaknya” dengan menyayat dan membelah, tetapi ini demi kesembuhan. Prinsip ini diajarkan dalam Islam seusai dengan kaidah fiqhiyah,
إذا تعارض ضرران دفع أخفهما
” Jika ada dua mudharat (bahaya) saling berhadapan maka di ambil yang paling ringan “
3. Jika tidak menggunakan pengobatan nabawi berarti tidak memilih pengobatan nabawi dan tidak mengikuti sunnah
Ini adalah pandangan kaku sebagian kecil saudara kita, perlu diketahui hukum asal berobat adalah mubah karena ini adalah masalah dunia dan tidak berkaitan dengan ibadah. Sesuai dengan kaidah fiqhiyah,
الأصل في الأشياء الإباحة
“Hukum asal sesuatu [perkara dunia] adalah mubah”
Begitu juga dengan thibbun
nabawi, akan tetapi jika bisa mendapat pahala jika melakukan thibbun
nabawi atas dasar kecintaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
karena perkara mubah bisa menjadi sunnah, wajib, makruh atau haram
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Selaras dengan kaidah fiqhiyah,
الوسائل لها أحكام المقاصد
“hukum wasilah [perkara mubah] sesuai dengan hukum tujuan”
Oleh karena itu seseorang
boleh berobat dengan thibbun nabawi, boleh juga tidak dan jika ia tidak
menggunakan thibbun nabawi ia tidak berdosa dan tidak tercela.
Ia menjadi tercela jika tidak beriman dan tidak percaya keutamaan
thibbun nabawi. Misalnya tidak percaya, bahwa air zam-zam itu khasiatnya
sesuai hajat peminumnya, tidak percaya bahwa madu itu penyembuh bagi
manusia [syifaa’un linnaas]. Tidak percaya bahwa habbatus sauda adalah obat segala penyakit dan
lain-lain. Karena dalil-dalil tersebut sahih.
Thibbun nabawi sebaiknya diutamakan dan sebaiknya bukan alternatif
Ini bukan berarti wajib
menggunakan thibbun nabawi, tetapi sebaiknya diutamakan dalam melakukan
pengobatan. Tetapi perlu diingat juga, jika ada yang memilih tidak
menggunakan thibbun nabawi maka ia tidak berdosa dan tidak tercela.
Selayaknya kita sebagai umat Islam lebih mengutamakan thibbun nabawi,
Ibnu hajar Al-Asqalani rahimahullahu berkata,
طب النبي صلى الله عليه وسلم متيقنلبرء لصدوره عن الوحي وطب غيره أكثره حدس أو تجربة“Pengobatan ala Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diyakini mendatangkan kesembuhan karena bersumber dari wahyu, sedangkan pengobatan yang lainnya, kebanyakan berdasarkan praduga dan eksperimen.” [Fathul Baari 10/170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]
Obat alami dahulu baru obat kimia
Salah satu kampanye yang digaungkan di zaman modern ini adalah “back to nature”,
kami sangat setuju dengan hal ini, terlebih-lebih jika menggunakan
thibbun nabawi dan zat-zat yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah
seperti Madu dan Habbatus sauda.
Seorang ulama besar sekaligus dokter di zamannya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu berkata,
وقد اتفق الأطباء على أنه متى
أمكن التداوي بالغذاء لا يعدل عنه إلى الدواء، ومتى أمكن بالبسيط لا يعدل
عنه إلى المركب.قالوا وكل داء قدر على دفعه بالأغذية والحمية، لم يحاول
دفعه بالأدوية
“Sungguh
para tabib telah sepakat bahwa ketika memungkinkan pengobatan dengan
bahan makanan maka jangan beralih kepada obat-obatan (kimiawi, pent.).
Ketika memungkinkan mengkonsumsi obat yang sederhana, maka jangan
beralih memakai obat yang kompleks. Mereka mengatakan, ‘Setiap penyakit
yang bisa ditolak dengan makanan dan tindakan preventif tertentu,
janganlah mencoba menolaknya dengan obat-obatan’.” [Thibbun Nabawi lii Ibnil Qayyim hal. 9, Maktabah Ats-Tsaqafi, Kairo]
Oleh karena itu jika sakit maka
sebaikinya jangan langsung mengkonsumsi obat-obat kimia, sebaiknya
menggunakan bahan alami dahulu. Atau jika penyakitnya cukup ringan tidak
perlu menggunakan obat, biarlah imunitas tubuh yang bekerja sehingga
imunitas tubuh juga tidak manja dan terlatih melawan penyakit. Tetapi
ini adalah pilihan karena pengobatan juga melibatkan faktor sugesti, ada
yang sugestinya sembuh jika menggunakan obat alami tertentu, sembuh
dengan sugesti dengan obat kimia tertentu.
Bisa kita lihat dalam kisah hadist berikut,
عَنْ سَعْدٍ، قَالَ: مَرِضْتُ مَرَضًا أَتَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعُودُنِي فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ ثَدْيَيَّ
حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا عَلَى فُؤَادِي فَقَالَ: «إِنَّكَ رَجُلٌ
مَفْئُودٌ، ائْتِ الْحَارِثَ بْنَ كَلَدَةَ أَخَا ثَقِيفٍ فَإِنَّهُ رَجُلٌ
يَتَطَبَّبُ فَلْيَأْخُذْ سَبْعَ تَمَرَاتٍ مِنْ عَجْوَةِ الْمَدِينَةِ
فَلْيَجَأْهُنَّ بِنَوَاهُنَّ ثُمَّ لِيَلُدَّكَ بِهِنَّ
Dari Sahabat Sa’ad mengisahkan, pada suatu hari aku menderita sakit, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjengukku,
beliau meletakkan tangannya di antara kedua putingku, sampai-sampai
jantungku merasakan sejuknya tangan beliau. Kemudian beliau bersabda,
‘Sesungguhnya engkau menderita penyakit jantung, temuilah Al-Harits bin
Kalidah dari Bani Tsaqif, karena sesungguhnya ia adalah seorang tabib.
Dan hendaknya dia [Al-Harits bin Kalidah] mengambil tujuh buah kurma ajwah, kemudian ditumbuk beserta biji-bijinya, kemudian meminumkanmu dengannya.” [HR. Abu Dawud no.2072]
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tahu ramuan obat yang sebaiknya diminum, akan tetapi beliau tidak meraciknya sendiri tetapi meminta sahabat Sa’ad radhiallahu ‘anhu agar membawanya ke Al-Harits bin Kalidah sebagai seorang tabib. Hal ini karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hanya tahu ramuan obat secara global saja dan Al-Harits bin Kalidah
sebagai tabib mengetahui lebih detail komposisi, cara meracik, kombinasi
dan indikasinya.
Jadi pengobatan yang diberi
petunjuk oleh Islam dalam thibbun nabawi bukan satu-satunya cara untuk
berikhtiar mencapai kesembuhan, metode pengobatan lainnya juga bisa
digunakan untuk mencapai kesembuhan atas izin Allah Ta’ala.
Terlebih lagi jika pengobatan sudah teruji dan terbukti melalui
penelitian dan eksperimen, artinya lebih banyak yang sembuh
menggunakannya dari pada yang tidak sembuh. Pengobatan lainnya seperti
kedokteran cina, kedokteran Yunani dan termasuk kedokteran barat modern
saat ini.
Ada yang tidak sembuh dengan thibbun nabawi
Mengapa bisa tidak sembuh?
Padahal jelas thibbun nabawi bahwa obat bagi segala macam penyakit,
penyembuh bagi manusia. Maka jawabannya cukup panjang jika dijabarkan,
namum di sini kita bahas beberapa aspek saja. semoga di lain kesempatan
kita bisa membahasnya dengan panjang lebar.
-mendiagnosa penyakit
-memilih obat
-menggunakan dosis obat
-menghindari berbagai pantangan yang dapat menghambat kerja atau
berkebalikan kerjanya dengan obat
Sehingga walaupun sudah pasti habbatus sauda adalah obat bagi segala macam penyakit dan madu adalah penyembuh bagi manusia [syifaa’un linnaas],
akan tetapi ini masih bahannya saja, perlu kemampuan lagi untuk tepat
dalam mendignosis penyakit, memilih obat, menggunakan dosis obat,
meraciknya dan mengkombinasi dengan obat yang lainnya. Sehingga untuk lebih efektif pengobatannya lebih baik berkonsultasi kepada ahlinya atau tabib.
Sementara apa yang diterapkan pada kasus contoh pertama yang kami sebutkan di atas, hanya mengkonsumsi habbatus sauda dan madu secara biasa [asal-asalan] dan dilakukan secara mandiri tanpa tahu apa penyakitnya, bagaimana dosisnya dan bagaimana racikannya. Ini juga yang dilakukan sebagian kecil saudara kita.
فقد اتفق الأطباء على أن المرض الواحد يختلف علاجه باختلاف السن والعادة والزمان والغذاء المألوف والتدبير وقوة الطبيعة…لأن الدواء يجب أن يكون له مقدار وكمية بحسب الداء إن قصر عنه لم يدفعه بالكلية وإن جاوزه أو هي القوة وأحدث ضررا آخر
“Seluruh
tabib telah sepakat bahwa pengobatan suatu penyakit berbeda-beda,
sesuai dengan perbedaan umur, kebiasaan, waktu, jenis makanan yang
biasa dikonsumsi, kedisiplinan dan daya tahan fisik… karena obat harus
sesuai kadar dan jumlahnya dengan penyakit, jika dosisnya berkurang maka
tidak bisa menyembuhkan dengan total dan jika dosisnya berlebih dapat
menimbulkan bahaya yang lain.” [Fathul Baari 10/169-170, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379 H, Asy-Syamilah]
Begitu juga dengan Al-Quran yang
diturunkan sebagai penyembuh baik penyakit hati dan badan, kita bisa
contoh dalam hadits sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu membacakan ruqyah Al-Fatihah kepada kepala suku yang tersengat kalajengking dan atas izin Allah Ta’ala sembuh. Lalu ada yang pernah mencoba dengan pasien yang sakit demam ringan tetapi qaddarullah tidak sembuh. Maka bukan Al-Qurannya yang salah tetapi manusianya yang kurang Iman dan tawakkalnya. Ibaratnya
thibbun nabawi adalah sebuah pedang yang pasti tajam, akan tetapi
pedang tajam tersebut berguna dengan tepat jika dipegang oleh ahlinya.
Di zaman ini di mana sangat sulit kita mendapatkan orang seperti sahabat Abu Said Al-Khudri radhiallahu ‘anhu, maka tidak menutup kemungkinan pengobatan lain juga bisa digunakan seperti kedokteran barat modern dan pengobatannya juga bisa dikombinasikan dan berjalan bersamaan.
Sekali lagi kita tidak perlu
anti total terhadap kedokteran modern barat karena prinsip kedokteran
barat adalah berdasarkan penelitian ilmiah dan melalui berbagai macam
tingkat pengujian dan percobaan atau apa yang dikenal dengan istilah evidance based medicine.
Bahkan pengobatan tradisional dan pengobatan lainnya jika sudah
melewati tahap peneltian dan berhasil maka akan dimasukkan dalam metode
pengobatan modern barat seperti akupuntur yang sudah banyak digunakan
oleh dokter dan sudah ada di berbagai rumah sakit.
Kedokteran modern barat sudah
banyak terbukti, dipakai dan diakui oleh hampir seluruh negara di dunia.
Kami melihat sendiri di UGD rumah sakit bagaimana kasus-kasus gawat
darurat yang jika tidak ditangani dengan cepat maka akan menerenggut
nyawa. Seperti hipoglikemi, keracunan bisa ular, hipotensi, hipertensi
dan kasus syok kehilangan kesadaran, maka dengan terapi kedokteran
modern saat ini semua itu bisa ditangai lebih awal atau minimal
menyelamatkan nyawa seseorang.
Satu lagi yang kami ingin
sampaikan bahwa setahu kami, pengobatan dengan bahan-bahan alami dan
tradisional memiliki cara kerja yang bersifat umum dan kurang spesifik
seperti memperlancar peredaran darah, meningkatkan daya tahan tubuh dan
mengaktifkan saraf yang kurang bekerja.
Sebagaimana habbatus sauda,
penelitian ilmiah membuktikan bahwa habbatus sauda dapat meningkatkan
daya tahan tubuh, dan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
benar bahwa habbatus sauda obat bagi segala macam penyakit karena
teorinya jika daya tahan tubuh baik dan meningkat maka semua penyakit
pasti akan sembuh. Akan tetapi jika hanya mengandalkan daya tahan tubuh
maka untuk penyakit yang agak berat mungkin akan memakan waktu yang
lama, belum lagi jika ada penyulitnya seperti penyakit tersebut bisa
menekan daya tahan tubuh, misalnya penyakit kanker atau infeksi bakteri
ganas.
Maka kedokteran modern barat
dengan penelitian ilmiah sampai ke tingkat sel dan reseptor sel, bisa
memilih obat yang spesifik dan langsung bekerja menemui sasarannya.
Langsung melawan sel kanker dan langsung bisa melawan bakteri. Sehingga
diharapkan penyembuhan bisa terjadi dengan lebih cepat. Apalagi jika
kedua pengobatan barat modern dan thibbun nabawi dikombinasikan, maka
diharapkan penyembuhan bisa lebih cepat lagi dengan izin Allah Ta’ala.
Penutup
Semoga apa yang kami sampaikan
bisa berguna bagi kita semua, semoga semakin banyak dokter dan
cendikiawan muslim yang bisa mengembangkan thibbun nabawi dan
mempopulerkannya kembali di masyarakat dan semoga dokter muslim kembali
menguasi pengobatan modern yang dahulunya dikuasai oleh kaum muslimin.
Terlebih-lebih mereka bisa mengkombinasikannya dengan thibbun nabawi.
Hal Ini mengingatkan kami dengan apa yang menjadi penyesalan Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu kepada kelalaian umat Islam terhadap Ilmu medis sehingga beliau berkata,
ضَيَّعُوا ثُلُثَ العِلْمِ وَوَكَلُوهُ إِلَى اليَهُوْدِ وَالنَّصَارَى
“Umat Islam telah menyia-nyiakan sepertiga Ilmu dan meyerahkannya kepada umat Yahudi dan Nasrani.” [Siyar A’lam An-Nubala Adz-Dzahabi 8/258, Darul Hadits, Koiro, 1427 H, Asy-Syamilah]
Disempurnakan di Lombok, Pulau seribu Masjid
16 Shafar 1433 H bertepatan 10 Januari 2012
Penyusun: dr. Raehanul Bahraen
Muraja’ah: Ustadz Aris Munandar, SS. MA. hafizhohullah[beliau adalah guru agama penulis, kami banyak mengambil ilmu dari beliau]
Artikel www.muslimafiyah.com dipublikasi ulang oleh www.muslim.or.id
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer