Pertanyaan:
Apa hukumnya kita nonton tinju?
Dari: Arif
Jawaban:
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Sebelum memahami hukum nonton tinju, kita perlu mengetahui apa hukum tinju.
Majma’ Fiqih Islami, satu majlis
Fikih di bawah Rabithah Alam Islami, pada pertemuan kesepuluh yang
diadakan di Mekah al-Mukaramah, bulan Shafar tahun 1408 H, membahas
hukum tinju, pertandingan melawan banteng, atau adu binatang. Dalam
keputusan ketiga dinyatakan
يرى
المجلس بالإجماع أن الملاكمة التي تمارس في حلبات الرياضة والمسابقات في
بلادنا اليوم، هي ممارسة محرمة في الشريعة الإسلامية، لأنها تقوم على أساس
استباحة إيذاء كل المتغالبين للآخر إيذاء بالغا في جسمه، قد يصل به إلى
العمى أو التلف الحاد أو المزمن في المخ أو إلى الكسور البليغة أو إلى
الموت، دون مسئولية على الضارب، مع فرح الجمهور المؤيد للمنتصر، والابتهاج
بما حصل للآخر من الأذى،
Anggota majlis sepakat bahwa
pertandingan tinju yang diadakan di arena olah raga dan pertandingan di
berbagai negara saat ini, adalah pertandingan yang haram dalam syariat
Islam. Karena pertandingan ini dibangun di atas prinsip: motivasi untuk
menyakiti lawan pada fisiknya dengan penuh semangat. Bahkan terkadang
sampai menimbulkan kebutaan, kerusakan sebagian indera, atau gegar otak,
atau patah tulang yang parah, dan bahkan sampai pada kematian. Tanpa
ada tanggung jawab sepeser pun dari orang yang memukul. Disertai
kebanggaan penonton untuk memberikan dukungan kepada pemenang, dan
kegirangan karena lawannya mendapatkan kekalahan.
Selanjutnya, Majma’ Fikih menegaskan
وهو عمل
محرم مرفوض كليا وجزئيا في حكم الإسلام، لقوله تعالى: ﴿ وَلاَ تُلْقُواْ
بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ ﴾ [البقرة:195]. وقوله تعالى: ﴿ وَلاَ
تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا ﴾
[النساء:29]. وقوله r: (( لا ضرر ولا ضرار )). على ذلك فقد نص فقهاء
الشريعة على أن من أباح دمه لآخر فقال له: “اقتلني” أنه لا يجوز له قتله،
ولو فعل كان مسئولا ومستحقا للعقاب.
Dan ini adalah perbuatan yang haram, tertolak keseluruhan dalam hukum islam. Berdasarkan firman Allah,
وَلاَ تُلْقُواْ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى التَّهْلُكَةِ
“Janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan..” (QS. Al-Baqarah: 195).
Allah juga berfirman,
وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا
“Janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa: 29).
Kemudian sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لا ضرر ولا ضرار
“Tidak boleh melakukan tindakan yang membahayakan diri atau membahayakan orang lain.”
Oleh karena itu, para ulama pakar
fikih menegaskan, bahwa orang yang mengahalalkan darahnya kepada orang
lain, dengan dia menwarkan diri: “Bunuhlah aku!” Tidak boleh bagi yang
disuruh untuk membunuhnya. Dan jika orang yang disuruh ini, membunuh
orang yang menyuruh maka dia bertanggung jawab dan berhak mendapatkan
hukuman.
Selanjutnya, Majma’ memutuskan,
وبناء
على ذلك يقرر المجمع: أن هذه الملاكمة لا يجوز أن تسمى رياضة بدنية ولا
تجوز ممارستها، لأن مفهوم الرياضة يقوم على أساس التمرين دون إيذاء أو ضرر،
ويجب أن تحذف من برامج الرياضة المحلية ومن المشاركات فيها في المباريات
العالمية.
Berdasarkan keterangan di atas, al-Majma’ memutuskan,
Pertandingan tinju semacam ini
tidak boleh disebut sebagai olah raga fisik dan tidak boleh
dipertandingkan. Karena yang namanya olah raga, prinsipnya adalah
latihan badan, tanpa menyakiti atau membahayakan orang lain. Tinju wajib
dihapuskan dari daftar olah raga negara muslim dan tidak boleh terlibat
di pertandingan kelas dunia.
Hukum Nonton Tinju
Masih dalam satu keputusan yang sama, Majlis Majma’ Fikih Islami menegaskan,
كما يقرر المجلس: عدم جواز عرضها في البرامج التلفازية، كيلا تتعلم الناشئة هذا العمل السيئ وتحاول تقليده.
Majlis juga menegaskan: Tidak
boleh menayangkan pertandingan tinju di acara televisi, agar tidak
dilakukan oleh orang yang hendak mengembangkan pertandingan buruk ini
dan agar tidak ditiru.
[http://feqhweb.com/vb/archive/index.php/t-4542.html].
Hal yang sama juga pernah ditanyakan kepada Dr. Sa’d as-Satsri, bagaimana hukum nonton pertandingan tinju,
Beliau menjawab,
الأصل أن
المؤمن حريص على وقته، لا يبذل وقته إلا فيما ينفعه ويفيده ويعود عليه في
دنياه وآخرته، هذا هو الأصل، أما مشاهدة ما يعرض في هذه التلفزيونات، فإن
كان أمر محرما، فلا يجوز للعبد أن يشاهد المحرمات، ولا أن ينظر إليها، وأما
ما كان مباحاً، فإنه يجوز النظر فيه، وهذه قاعدة عامة في جميع ما يعرض في
هذه القنوات.
Pada dasarnya seorang mukmin
harus bersemangat untuk menjaga waktunya, tidak menyia-nyiakan waktunya
kecuali untuk hal yang berfaidah, bisa memberi manfaat untuk kebaikan
dunia dan akhiratnya. Ini yang menjadi prinsip. Adapun nonton tayangan
di televisi, jika yang ditonton adalah perkara yang haram maka tidak
boleh seorang hamba nonton masalah yang haram, atau melihat tontonan
haram. Namun jika yang ditonton hal yang mubah, boleh melihatnya. Ini
kaidah umum untuk menilai semua yang ditonton di chanel televisi.
[www.al-daawah.net]
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer