[1] Istighfar Palsu
Yahya bin Mu’adz Ar-Razi rahimahullah berkata, “Betapa
banyak orang yang beristighfar namun dimurkai. Dan betapa banyak orang
yang diam namun dirahmati.” Kemudian beliau menjelaskan,“Orang ini
beristighfar akan tetapi hatinya diliputi kefajiran atau dosa. Adapun
orang itu diam, namun hatinya senantiasa berdzikir.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, karya al-Khathib al-Baghdadi, Hal. 69)
[2] Niat Menimba Ilmu
[2] Niat Menimba Ilmu
Abu Abdillah Ar-Rudzabari rahimahullah berkata, “Barangsiapa
yang berangkat menimba ilmu sementara yang dia inginkan semata-mata
ilmu, maka ilmunya tidak akan bermanfaat baginya. Dan barangsiapa yang
berangkat menimba ilmu dalam rangka mengamalkan ilmu, niscaya ilmu yang
sedikit pun akan bermanfaat baginya.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 71)
Yusuf bin Al-Husein menceritakan,
Aku bertanya kepada Dzun Nun tatkala perpisahanku dengannya,“Kepada
siapakah aku duduk atau berteman dan belajar?”. Beliau
menjawab, “Hendaknya kamu duduk bersama orang yang dengan melihatnya
akan mengingatkan dirimu kepada Allah. Kamu memiliki rasa segan
kepadanya di dalam hatimu. Orang yang pembicaraannya bisa menambah
ilmumu. Orang yang tingkah lakunya membuatmu semakin zuhud kepada dunia.
Bahkan, kamu pun tidak mau bermaksiat kepada Allah selama kamu sedang
berada di sisinya. Dia memberikan nasihat kepadamu dengan perbuatannya, dan tidak menasihatimu dengan ucapannya semata.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 71-72)
[4] Rusaknya Hati
Muhammad bin Ya’qub rahimahullah berkata, “Suatu saat aku mendengar Al-Junaid ditanya mengenai hati, ‘faktor apa yang merusak hati
seorang pemuda?” Maka beliau menjawab, “Rasa tamak atau hawa nafsu dan
ambisi.” Lalu beliau ditanya, “Lantas apa yang bisa memperbaiki
keadaannya?” Beliau menjawab,“Sikap wara’ atau menjaga diri dari yang
diharamkan.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 72)
[5] Kenali Dirimu!
Suatu saat ada seorang lelaki berkata kepada Malik bin Dinar, “Wahai
orang yang riya’!”. Maka beliau menjawab, “Sejak kapan kamu mengenal
namaku? Tidak ada yang mengenal namaku selain kamu.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 93)
Beliau tidak menyalahkan
seseorang yang merendahkannya denga menyebutnya sebagai pelaku riya’,
padahal beliau adalah seorang ulama generasi tabi’in yang terkenal akan
keshalehannya. Demikianlah keadaan orang shaleh, mereka merasa bahwa
mereka adalah orang yang penuh dosa. Hati mereka begitu lembut dan suci
sehingga setitik dosa pun begitu terasa. Demikian juga Rasulullah,
beliau bertaubat kepada Allah 100 kali dalam sehari. Berbeda dengan
seseorang yang memiliki hati yang gelap, dosa besar pun tetap membuatnya
tersenyum dan berbangga.
[6] Antara Wajah dan PerbuatanSebagian orang bijak mengatakan, “Semestinya bagi orang yang berakal untuk senantiasa memperhatikan wajahnya di depan cermin. Apabila wajahnya bagus maka janganlah dia perburuk dengan perbuatan jelek. Dan apabila wajahnya jelek maka janganlah dia mengumpulkan dua kejelekan di dalam dirinya.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 105)
[7] Amalan Setelah Berbuat Dosa
Seorang lelaki menemui seorang
ahli ibadah. Ahli ibadah itu bertanya kepadanya, “Apakah kamu pernah
melakukan suatu perbuatan dosa?” Dia menjawab, “Iya.” Ahli ibadah itu
pun berkata, “Itu artinya kamu sudah mengetahui bahwa Allah menetapkan
hal itu menimpamu?” Dia menjawab, “Iya.” Lalu ahli ibadah itu
berpesan, “Maka sekarang beramallah sampai kamu mengetahui bahwa Allah ‘Azza wa Jalla benar-benar telah menghapus dosa itu darimu.” (Al-Muntakhab min Kitab az-Zuhd wa ar-Raqaa’iq, Hal. 124)
[8] Kiat Menghafal Hadits
Waqi’ rahimahullah berkata, “Apabila kamu ingin menghafalkan hadis, maka amalkanlah hadis itu.”(Mukadimah az-Zuhd karya Imam Waqi’, Hal. 91)
Waqi’ rahimahullah juga berpesan, “Mintalah pertolongan -kepada Allah- untuk menguatkan hafalan dengan cara mempersedikit dosa.” (Mukadimah az-Zuhd, Hal. 91)
[9] Nikmat dan Adzab
Abu Darda’ radhiallahu ‘anhu berkata, “Barangsiapa
yang tidak mengenali kenikmatan Allah terhadap dirinya selain urusan
makanan dan minumannya, maka sungguh sedikit ilmunya dan telah datang
adzab untuknya.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 48)
[10] Larut Dalam Pujian dan Celaan
Wahb bin Munabbih rahimahullah berkata, “Salah satu ciri orang munafik adalah menggandrungi pujian dan membenci celaan dan kritikan.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 51)
[11] Pembersihan Dosa
Ibnu Sirin rahimahullah berkata, “Aku
pernah mendapat berita bahwa ada salah seorang dari kaum Anshar yang
apabila datang waktu shalat maka dia mengatakan -kepada teman-temannya-,
“Berwudhulah kalian, sesungguhnya sebagian ucapan yang tadi kalian
katakan lebih kotor daripada hadas.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 53)
[12] Hakikat Syukur
Muhammad bin Ka’ab rahimahullah mengatakan tentang maksud ayat (yang artinya), “Beramallah wahai keluarga Dawud sebagai bentuk syukur.” (QS. Saba’: 13). Kata beliau, “Hakikat syukur adalah bertakwa kepada Allah dan melaksanakan ketaatan kepada-Nya.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 65)
[13] Godaan Perempuan
Sa’id bin Jubair rahimahullah berkata, “Sungguh
apabila aku dititipi untuk menjaga sebuah rumah dari permata itu jauh
lebih aku senangi daripada harus dititipi seorang perempuan cantik.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 67)
[14] Menimba Ilmu Atau Bekerja
Abdurrahim bin Sulaiman ar-Razi rahimahullah berkata,
“Dahulu kami belajar kepada Sufyan Ats-Tsauri. Apabila datang kepadanya
seorang lelaki dalam rangka menimba ilmu, maka beliau pun bertanya
kepadanya, ‘Apakah kamu memiliki jalan penghasilan?’ Apabila
orang itu mengabarkan bahwa dia dalam keadaan cukup, maka beliau
memerintahkannya untuk menimba ilmu. Dan apabila ternyata orang itu
belum berkecukupan maka beliau memerintahkannya untuk mencari
pekerjaan.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 69-10)
[15] Jangan Sebarkan Kekejian!
Khalid bin Ma’dan rahimahullah mengatakan, “Barangsiapa
yang menceritakan kepada orang-orang semua yang dia lihat dengan kedua
pasang matanya, atau apapun yang dia dengar dengan kedua pasang
telinganya, atau apa saja yang dipungut oleh kedua tangannya, maka dia
termasuk orang-orang yang menyukai tersebarnya kekejian di tengah-tengah
kaum yang beriman.” (QS. an-Nuur: 19).” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 71)
[16] Sambutan Yang Indah
Tsabit Al-Bunani rahimahullah berkata, “Dahulu
apabila kami datang menemui Anas bin Malik, tatkala beliau melihat
kedatangan kami maka beliau minta diambilkan minyak wangi. Kemudian
beliau mengusap minyak wangi itu dengan kedua telapak tangannya lalu
menyalami saudara-saudaranya yang datang.” (Min Kitab az-Zuhd li Ibni Abi Hatim, Hal. 81)
[17] Catat, Hafalkan, dan Sampaikan!
Yahya bin Khalid Al-Barmaki rahimahullah berkata
kepada anaknya, “Dahulu mereka -pendahulu yang salih -mencatat sesuatu
yang terbaik dari apa yang mereka dengar. Mereka menghafalkan sesuatu
yang terbaik dari apa yang mereka catat. Kemudian mereka menyampaikan
sesuatu yang terbaik dari apa yang mereka hafalkan.” (Al-Fawa’id wa al-Akhbar wa al-Hikayat, Hal. 126)
[18] Bukan Amalan Biasa
Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Amal
yang paling berat ada tiga; dermawan ketika kondisi serba sedikit,
bersikap wara’ atau menjauhi keharaman tatkala bersendirian, dan
mengucapkan kebenaran di hadapan orang yang diharapkan dan ditakuti.” (Al-Fawa’id wa al-Akhbar wa al-Hikayat, Hal. 133)
[19] Apalah Artinya Dunia
Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah berkata, “Seandainya
seluruh isi dunia ini dijadikan Halal bagiku, niscaya aku akan tetap
menganggapnya sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan.” (Al-Fawa’id wa al-Akhbar wa al-Hikayat, Hal. 144)
[20] Puncak Syukur
Muhammad bin Al-Hasan rahimahullah menceritakan,
As-Sari bertanya kepadaku, “Apakah puncak syukur itu?” Aku
menjawab, “Yaitu Allah tidak didurhakai pada satu nikmat pun -yang telah
diberikan-Nya-.” Lalu dia mengatakan, “Jawabanmu tepat, wahai anak
muda.” (Al-Fawa’id wa al-Akhbar wa al-Hikayat, Hal. 144)
Ditulis oleh Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer