Islam seluruhnya indah. Akidahnya
adalah akidah yang paling benar, paling lurus, dan menyucikan jiwa. Adab adab
yang diajarkannya paling terpuji. Demikian pula amalan-amalan dan hukum-hukumnya adalah amalan dan hukum yang
paling baik dan paling adil. Islam adalah agama kebahagiaan, ketenteraman,
serta kemenangan di dunia dan akhirat.
Islam tidak membiarkan manusia
dalam kesendiriannya, atau bersama keluarga, sanak saudara, tetangga, atau
bersama saudara-saudara seagamanya, bahkan bersama manusia lainnya, tetapi
Islam mengajarkan adab-adabnya secara rinci, serta menunjukkan cara-cara
bergaul yang membuat kehidupannya damai dan penuh kebahagiaan.
Ketika seseorang mau menatap dan
mentadabburi mahasin (keindahan) Islam, sungguh Allah Subhanahuwata’ala akan meresapkan
keimanan dan kelezatan iman ke dalam kalbunya. Allah Subhanahuwata’ala
berfirman,
“Tetapi Allah menjadikan kamu
cinta kepada keimanan, menjadikan iman itu indah dalam kalbumu, serta
menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka
itulah orang orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (al-Hujurat: 7)
Keindahan yang Tidak Terlukiskan
Ibnul Qayyim rahimahumullah berkata, “Jika Anda perhatikan hikmah yang sangat
agung pada agama yang lurus, syariat yang dibawa Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan segala kesempurnaannya, niscaya keindahan syariat ini
tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, tidak kuasa untuk disifatkan, serta
tidak dapat digambarkan oleh orang-orang yang akalnya cemerlang sekalipun.
Mereka tidak bisa melakukannya meskipun mereka berkumpul untuk memikirkannya,
meskipun mereka semua memiliki akal yang paling sempurna—menurut ukuran akal
yang paling cemerlang untuk mengenali keindahan Islam dan menyaksikan
keutamaannya.
Sungguh, di alam semesta ini tidak
pernah ada syariat yang lebih sempurna, lebih mulia, dan lebih agung darinya.
Syariat Islam itu sendirilah yang menjadi saksi dan yang disaksikan, menjadi
hujah dan yang didukung oleh hujah, tentang keagungan dan keindahannya. Bahkan
seandainya Rasul tidak datang membawa bukti keterangan niscaya sudah cukup
syariat ini menjadi bukti dan saksi bahwa ia diturunkan dari sisi Allah
Subhanahuwata’ala.” ( Miftah Dar as-Sa’adah)
Syariat Islam sangat agung dan
penuh keindahan. Cahaya keindahannya telah menyinari semesta dan setiap orang
mampu menatapnya. Akan tetapi, bersama dengan terangnya cahaya kebenaran
tersebut, tetap saja kebanyakan manusia lebih suka memilih jalan-jalan setan.
“Tidak ada paksaan untuk (
memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada
jalan yang sesat.” (al-Baqarah: 256)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam wafat dalam keadaan ajaran Islam mencapai puncak-puncak keindahan,
kesempurnaan, dan keadilan karena yang mensyariatkan adalah Allah
Subhanahuwata’ala, Dzat yang Mahaindah, Mahasempurna, dan Maha adil. Untuk
memeluk agama Islam yang penuh dengan keindahan inilah, seluruh manusia diseru
agar tunduk berserah diri beribadah kepada Allah Subhanahuwata’ala.
“Ilah (sesembahan) kalian semua
ialah Ilah Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan
berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh ( kepada Alah).”
(al-Hajj: 34)
SEBENARNYA
MEREKA TAHU
Musuh-musuh Allah
Subhanahuwata’ala sebenarnya sadar bahwa Islam adalah agama yang mulia, agama
yang penuh dengan keindahan. Bahkan, kekaguman itu terucap dari lisan sebagian
mereka atau telah masuk dalam relung hati mereka. Akan tetapi, kedengkian dan
hasad menghalangi mereka dari hidayah. Kejahilan dan hawa nafsu membuatnhati
mereka terbalik, seperti kekufuran Fir’aun dan kaumnya.
“Tatkala mukjizat-mukjizat Kami
yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka‘Ini adalah sihir yang
nyata.’ Mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal
hati mereka meyakini (kebenaran)-nya. Maka dari itu, perhatikanlah betapa
kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.” (an-Naml: 13—14)
Demikian pula ahlul kitab yang di
atas ilmu. Mereka berpaling dari hidayah dalam keadaan mengenal kebenaran Islam
dan Nabi Muhammad, serta lebih memilih jahannam. Allah Subhanahuwata’ala
berfirman,
“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang telah Kami beri al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti
mengenal anak-anak mereka sendiri. Sungguh, sebagian diantara mereka
menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.” (al-Baqarah: 146)
Dalam ayat lain, Allah Subhanahuwata’ala
berfirman tentang ahlul kitab,
“Apakah kamu tidak memerhatikan
orang-orang yang diberi bagian dari al-Kitab? Mereka percaya kepada jibt dan
thaghut, serta mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Makkah), bahwa
mereka itu lebih benar jalannya daripada orang-orang yang beriman.” (an-Nisa:
51)
Ayat ini turun berkenaan dengan
dua tokoh ahlul kitab, Huyai bin Akhthab dan Ka’b al-Asyraf. Keduanya mengerti
betul kerasulan Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keduanya juga sangat
yakin akan kebenaran Islam.
Namun, ketika musyrikin Makkah
bertanya kepada keduanya saat datang ke Makkah, “Kalian adalah ahlul kitab.
Kabarkanlah kepada kami siapa yang lebih mendapat petunjuk, kami atau Muhammad
dan pengikutnya?” Keduanya menjawab dengan jawaban yang disebutkan oleh Allah
Subhanahuwata’ala dalam ayat di atas, “Kalian (musyrikin Makkah) lebih baik dan
lebih lurus jalannya daripada Muhammad dan sahabatnya.”
Demikian pula munafikin, mereka
tahu kebenaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan keindahan Islam, namun
kebencian dan hasad membutakan hati mereka. Di zaman Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. sekawanan munafikin mengolok-olok beliau dan para sahabat,
menjadikan beliau sebagai bahan ejekan dan senda gurau. Ketika Perang Tabuk, di
antara mereka memberikan komentar tentang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabatnya dengan ucapan kekafiran,
“Belum pernah kita melihat
semisal mereka para pembaca al-Qur’an (yakni Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan sahabat), yang paling rakus makannya, paling dusta ucapannya, dan
paling penakut kala berhadapan dengan musuh.”
Allahu Akbar, sungguh mereka telah
mengucapkan sebuah perkataan yang bertolak belakang dengan yang mereka ketahui.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bukanlah orang yang rakus atau banyak
makan, sebaliknya beliau bersabar dengan kelaparan yang beliau derita. Beliau
pernah mengganjal perut dengan bebatuan. Beliau bukan pula pendusta, bahkan
manusia menjulukinya sebagai al-Amin sebelum kerasulan beliau.
Tidak sekalipun beliau berdusta.
Demikian pula dalam perang, tidak ada seorang pun yang lebih pemberani daripada
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua tuduhan munafikin dan orang
kafir kepada Islam dan Nabi Islam adalah dusta. Sepanjang sejarah, iblis dan
bala tentaranya berusaha memalingkan manusia dari Islam dengan menyematkan
tuduhan-tuduhan keji terhadap Islam.
Padahal Islam diliputi dengan
keindahan. Enam tahun silam misalnya, sebagian orang menyebarkan gambar
karikatur Nabi bersorbankan rudal, menggambarkan kekejaman Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan syariat Islam yang beliau bawa. Padahal semua
tahu, sejarah manusia menyaksikan, dunia pun menjadi saksi bisu bahwa
orang-orang kafirlah yang justru telah membuat kerusakan di muka bumi.
Merekalah yang telah menumpahkan
darah-darah manusia. Merekalah yang menebarkan kekejaman dan kekejian. Terkait
kejadian ini, asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata,
“Media massa, baik surat kabar maupun yang lainnya, telah menyebarkan
berita-berita menyedihkan dan melukai (umat), yang bersumber dari musuh-musuh
Islam yang dengki dan terputus dari kebaikan, yang menyudutkan agama dan nabi
Islam. (Di antaranya) perbuatan yang mengandung celaan terhadap Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjelek-jelekkan risalahnya, baik yang
muncul dari individu maupun organisasi Nasrani yang menyimpan kedengkian.
Juga dari sebagian penulis yang
dengki dan orang yang tidak peduli, seperti para karikaturis sebuah surat kabar
Denmark, Jylland Posten, yang menghina sebaik-baik manusia dan rasul paling
sempurna, yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Padahal, bumi tidak pernah
mengetahui ada orang yang lebih cerdas dan lebih mulia daripada beliau dalam
hal akhlak, keadilan, dan kasih sayang. Tidak pernah diketahui ada satu risalah
pun yang lebih sempurna, lebih menyeluruh, lebih adil, dan lebih kasih sayang
daripada risalah beliau.
Risalah ini mengandung keimanan
terhadap seluruh nabi dan rasul, menghormati mereka dan menjaga mereka dari
tikaman dan penghinaan, serta menjaga sejarah mereka. Di antara para rasul
tersebut adalah ‘Isa dan Musa ‘Alaihisslam. Barang siapa kafir terhadap
Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menghinanya, berarti dia telah kafir
terhadap para rasul dan menghina mereka semuanya.
Sungguh, orang-orang rendahan dan
buas itu telah mengolok-olok beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka telah
membuat beragam karikatur, berjumlah dua belas karikatur yang sangat menghina.
Salah satunya menampilkan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan
mengenakan sorban yang menyerupai bom di atas kepalanya.”
Pembaca, demikianlah musuh-musuh
Islam mengolok-olok dan menuduh Islam sebagai agama kejam, keji, dan agama yang
menyebarkan teror. Tidak tanggung-tanggung, mereka merobek kehormatan Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia, padahal
sesungguhnya mereka mengetahui kemuliaan Islam dan kebobrokan diri mereka
sendiri….
Asy-Syaikh Rabi’ berkata
selanjutnya, “Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, para khalifahnya
yang terbimbing, dan para sahabatnya yang mulia, tidak pernah membuat
pabrik-pabrik senjata, meski persenjataan kuno sekalipun, baik pedang maupun
tombak, lebih-lebih bom atom dan rudal antarbenua, serta semua jenis senjata
pemusnah massal. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membuat satu
pun pabrik senjata karena beliau diutus sebagai rahmat bagi alam semesta….
Adapun kalian, wahai orang-orang
Barat yang sok mengaku modern, kami nyatakan kepada kalian bahwa sesungguhnya
kalian memiliki aturan dan perundang-undangan yang menghancurkan akhlak dan
membolehkan berbagai perkara yang haram. Di antaranya adalah zina dan
penyimpangan seksual. Di antaranya juga adalah riba yang menghancurkan ekonomi
umat. Kalian menghalalkan bangkai dan daging babi yang mengakibatkan sifat
dayyuts sehingga seorang laki-laki tidak merasa cemburu terhadap istrinya,
saudara wanitanya, dan anak perempuannya. Kemudian wanita-wanita itu berzina
dan mencari pasangan kumpul kebo semaunya. Ini adalah sarana-sarana penghancur
yang diharamkan oleh risalah semua rasul.
Adapun bom dan seluruh senjata
pemusnah serta sarana-sarananya, baik
pesawat tempur, tank, maupun rudal jelajah, sesungguhnya kalianlah para
insinyur dan produsennya. Semua itu dengan akal setan kalian yang tidak
berpikir selain demi permusuhan, kezaliman, kekerasan, melampaui batas,
ketamakan menguasai seluruh jenis manusia serta memperbudak mereka, menumpahkan
darah dan merampok kekayaan mereka… Semua itu dipoles dengan nama kemajuan,
membela hak asasi manusia, kebebasan, dan keadilan….”[1]
Wahai orang-orang yang tertipu,
siapakah yang berbuat kerusakan di muka bumi? Para nabi dan Rasul Shallallahu
‘alaihi wa sallam atau mereka para kafir durjana?
FAEDAH
MEMPELAJARI KEINDAHAN ISLAM
Di tengah-tengah badai fitnah dan
perang pemikiran, serta semakin jauhnya sebagian kaum muslimin dari mengenal
keindahan agamanya, pembahasan mengenai mahasin dinul Islam menjadi perkara
yang sangat penting karena:
1. Mentadabburi dalil-dalil al-Kitab
dan as-Sunnah tentang keindahan Islam termasuk amalan yang termulia. Allah
Subhanahuwata’ala berfirman,
“Ini adalah sebuah kitab yang
Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memerhatikan
ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.”
(Shad: 29)
2. Mempelajari dan mentadabburi
keindahan Islam adalah salah satu bentuk syukur terhadap nikmat Islam yang
dianugerahkan oleh Allah Subhanahuwata’ala. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
“Dan terhadap nikmat Rabbmu maka
hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).” (adh-Dhuha: 11)
3. Merenungkan keindahan Islam
dan kesempurnaan syariat Allah Subhanahuwata’ala adalah salah satu sebab
bertambahnya keimanan, hingga ia merasakan kelezatan iman. Semakin kuat
perhatian seorang muslim terhadap keindahan agama ini, semakin kokoh tapak
kakinya dalam mengenal agama ini, mengenal keindahan dan kesempurnaannya, serta
keburukan apa pun yang menyelisihinya. Ia pun menjadi orang yang kuat
keimanannya.
Barang siapa mengenal Islam di
atas ilmu, dia akan ridha Allah Subhanahuwata’ala sebagai Rabbnya, Muhammad
Subhanahuwata’ala sebagai nabinya, dan Islam sebagai agamanya, serta tidak
pernah terbetik dalam kalbunya untuk mencari ganti selain Islam.
Rasulullah Subhanahuwata’ala
bersabda (yang artinya), “Tiga sifat yang jika itu ada pada diri seseorang, ia
akan mendapatkan manisnya iman: (Pertama) Allah Subhanahuwata’ala dan Rasul-Nya
lebih ia cintai dari selain keduanya (; Kedua) ia mencintai seseorang, tidaklah
mencintainya melainkan karena Allah Subhanahuwata’ala;(Ketiga) ia membenci
untuk kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya
sebagaimana ia benci untuk dilempar dalam api.”
4. Mempelajari dan menyebarkan
mahasin Islam termasuk sebesar-besar dakwah kepada orang kafir untuk masuk ke
dalam agama Islam.
5. Mempelajari dan menyebarkan
mahasin Islam termasuk sebesar-besar dakwah (ajakan) kepada kaum muslimin untuk
lebih bertamassuk (berpegang teguh) dengan Islam.
6. Pembahasan mahasinul Islam
juga sebagai bantahan bagi musuh-musuh Allah Subhanahuwata’ala yang selalu
memutarbalikkan fakta, dan menyematkan tuduhan-tuduhan keji terhadap Islam yang
dibawa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Demi Allah, pembahasan mahasinul
Islam, seperti diungkapkan oleh Ibnul Qayyim rahimahumullah, tidak mungkin kita
ibaratkan dengan kata-kata. Seandainya seluruh orang cerdas mendiskusikannya
tidaklah mungkin mereka mampu menunaikan hak-haknya.
Apa yang kita lakukan hanyalah
upaya kecil untuk menyadarkan diri kita dari kelalaian, dan usaha untuk
mensyukuri nikmat Islam yang Allah Subhanahuwata’ala anugerahkan kepada kita.
Di samping itu, kita berusaha memberikan peringatan kepada musuh-musuh Allah
Subhanahuwata’ala yang berupaya mengolok-olok Islam bahwa makar busuk mereka
tidak pernah akan berhasil.
Sebab, Allah Subhanahuwata’ala
lah yang menyempurnakan cahaya agama-Nya, kemudian di hadapan mereka sungguh
ada azab yang pedih.
“Mereka hendak memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap
menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci.” (ash-Shaff: 8)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer