Pertanyaan:
Mohon maaf, mau tanya.
Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan korban mutilasi yang dibuang di jalan tol. Jika kita menjumpai semacam itu, bagaimana cara memandikan dan mengkafani jenazah korban mutilasi?
Terima kasih jawabannya, mohon maaf jika merepotkan.
Dari: Imma
Jawaban:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, amma ba’du,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
«لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَكْثُرَ الْهَرْجُ» قَالُوا: وَمَا الْهَرْجُ يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: «الْقَتْلُ الْقَتْلُ»
“Kiamat tidak akan terjadi, sampai banyak terjadi al-haraj.” Para sahabat bertanya, ‘Apa itu al-haraj wahai Rasulullah?’ beliau menjawab, “Pembunuhan dan pembantaian.” (HR. Muslim 157).
Hadis ini memberikan gambaran
kepada kita, perjalanan kepribadian manusia ketika semakin jauh dari
masa kenabian. Kecenderungan untuk menjauh dari aturan syariah, membuat
mereka semakin bengis dan kejam. Tidak hanya puas dengan membunuh,
penganiayaan harus berlanjut pada mutilasi. Mari kita perbanyak berdoa
memohon kepada Allah, agar diselamatkan dari ujian kehidupan.
Selanjutnya, terkait cara memandikan dan mengkafani korban mutilasi, berikut kami kesimpulan keterangan ulama hanafi,
Pertama, Burhanudin Ibnu Mazah mengatakan,
وإن أوجد شيئاً من أطراف ميت كيد أو رجل أو رأس لم يغسل ولم يصلِ عليه، ولكنه يدفن
Jika hanya ditemukan potongan tubuh mayit, seperti tangan atau kaki, atau kepala saja, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan, namun langsung dimakamkan.
Kemudian beliau menyebutkan keterangan dari Imamnya, disebutkan oleh al-Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah, beliau mengatakan,
إذا وجد أكثر البدن غسل وكفن وصلي عليه ودفن. وإن كان نصف البدن، ومعه الرأس غسل وصلي عليه ودفن
Jika ditemukan potongan tubuh
mayat yang lebih utuh, dia dimandikan, dikafani, dishalati, dan
dimakamkan. Dan jika ditemukan separoh jasad dan ada kepalanya maka
dikafani, dimandikan, dishalati, dan dimakamkan.
Beliau juga mengatakan,
وإن كان
مشقوقاً نصفين طولاً، فوجد منه أحد النصفين لم يغسل، ولم يصلِ عليه، ولكنه
يدفن لحرمته، وإن كان نصف البدن بلا رأس غسل، ولم يصلِ عليه. وإن كان أقل
من نصف البدن ومعه الرأس غسل وكفن ودفن ولا يصلى عليه
“Jika terbelah memanjang separoh,
dan ditemukan hanya separohnya, maka tidak dimandikan, tidak dishalati,
namun dikubur dalam rangka memuliakan jasadnya. Jika ditemukan separoh
jasad melintang tanpa kepala maka dimandikan dan tidak dishalati. Jika
kurang dari separoh jasad dan ada kepalanya, dia dimandikan, dikafani,
dikuburkan dan tidak dishalati.” (al-Muhith al-Burhani, 2:364).
Kedua, keterangan dalam Hasyiyah Ibn Abidin,
لو وجد طرف من أطراف إنسان أو نصفه مشقوقا طولا أو عرضا يلف في خرقة إلا إذا كان معه الرأس فيكفن
“Jika ditemukan potongan anggota badan manusia
atau ditemukan separoh badan terbelah memanjang atau melintang, cukup
dibungkus dengan kain (tidak dimandikan), kecuali jika ada kepalanya
maka dia dikafani.” (ar-Raddul Mukhtar, 2:222).
Dari beberapa keterangan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan,
1. Potongan jasad mayat, ada yang disikapi sebagai layaknya manusia utuh dan ada yang disikapi bukan sebagai manusia.
2. Potongan jasad yang disikapi
sebagaimana layaknya manusia, wajib dimandikan, dikafani, dishalati dan
dimakamkan sebagaimana layaknya jenazah. Sebaliknya, potongan jasad yang
tidak disikapi sebagaimana layaknya manusia, tidak dimandikan dan tidak
dishalati, tapi cukup dibungkus dengan kain dan dikuburkan.
3. Potongan yang disikapi sebagai jasad manusia utuh:
Potongan jasad mayat yang lebih dari separoh, meskipun tanpa kepala
Potongan kurang dari separoh badan bersama kepala
4. Potongan yang disikapi BUKAN sebagai jasad manusia utuh
Hanya potongan anggota badan, seperti tangan, kaki
Hanya potongan separoh tanpa kepala.
Allahu a’lam
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina www.KonsultasiSyariah.com)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer