Pengutip: Abu Abdirrahman Agi Sumarta al-Padangi

Pengajaran salaf adalah pengajaran yang ideal pada semua pembahasan dan permasalahannya, tidak ghuluw (ekstrim), dan tidak pula tafrith (melalaikan), tidak keras, dan tidak lembek. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman -yang artinya-, “Begitulah Kami jadikan kamu sebagai umat yang tengah” [QS. Al-Baqarah :143].
Salaf menggabungkan antara ilmu dan amal, ia jadikan ilmu sebagai landasan amal. Hal ini tidak akan kita dapatkan dalam kelompok Islam manapun, kadang-kadang kita temukan satu kelompok yang rajin ibadah akan tetapi mereka tenggelam di lumpur bid'ah dan khurafat. Dan sebaliknya, kita dapatkan satu kelompok berilmu dan bertitel cendekiawan akan tetapi tidak kita temui ia melakukan shalat berjama'ah, apalagi ibadah lainnya.

Salaf menggabungkan antara ibadah dan dakwah, sebagaimana ia belajar dan beribadah, ia tidak melupakan dakwah dengan menegakkan amar ma'ruf dan nahi munkar.
Salaf adalah pertengahan dalam semua pembahasan ilmiah. Dalam fiqih ia tidak jumud dan fanatik, bersamaan dengan itu ia tidak melepaskan dirinya dari para ulama dan fuqaha, ia mempelajari madzhab sebagai sarana bukan sebagai tujuan, yang akan menuntun mereka kepada sumber yang asli yaitu Al-Qur'an dan Sunnah.
Dalam aqidah ia (salaf, ed.) ia pertengahan dari semua kelompok yang menisbatkan diri kepada Islam, dalam shifat ia tengah antara Jahmiah (1) dan Musyabbihah (2). Dalam taqdir ia pertengahan antara Qadariah (3) dan Jabariah (4), dalam janji Allah Subhanahu wa Ta'ala pertengahan tentang antara Murjiah dan Wa'idiyah, dalam penamaan iman salaf antara Haruriah (5) dan Mu'tazilah (6), dan dalam pandangan terhadap shahabat Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, ia pertengahan antara Rafidhah/ Syi'ah (7) dan Khawarij (8) . Wallahu a'lam
------------------------------------------
(1) Nisbat kepada Jahm bin Shofwan, yang mencopot semua sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dari diri-Nya. (Padahal Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menerangkan sendiri sifat-sifat-Nya dalam Al-Qur'an dan melalui sabda Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, ed.)
(2) Kelompok yang menyatakan bahwa sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala sama dengan sifat makhluk
(3) Kelompok yang menyatakan bahwa manusia yang membuat taqdirnya, bukan Allah Subhanahu wa Ta'ala
(4) Kelompok yang menyatakan bahwa manusia tidak berbuat apa-apa, semua baik dan buruk Dia (Allah Subhanahu wa Ta'ala, ed.) yang berbuat tanpa ada hubungannya dengan perbuatan manusia. Manusia bagaikan daun yang ditiup angin atau seperti mayit di hadapan orang yang memandikannya.
(5) Pecahan dari Khawarij yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar di dunia kafir dan di akhirat masuk neraka kekal selama-lamanya.
(6) Yang menyatakan bahwa pelaku dosa besar di dunia tidak kafir dan tidak pula beriman. Dan di akhirat kafir. Pemahaman mereka ini terkenal dengan istilah 'Manzilah bainal manzilatain' (satu tempat di antara dua tempat)
(7) Yang menyatakan bahwa 'Ali bin Abu Thalib adalah tuhan atau ma'sum (bebas dari dosa)
(8) Yang mengkafirkan 'Ali bin Abu Thalib dan semua shahabat, kecuali hanya beberapa orang saja.
Sumber rujukan : Buku “Untukmu Yang Berjiwa Hanif”, karya al-Ustadz Armen Halim Naro, Lc rahimahullah, Cetakan Pertama, Zul Qa 'idah 1427 H, Pustaka Darul Ilmi: Bogor.

Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 Komentar:

Post a Comment

Copyright © 2020.Junedi Ubaidilllah. Powered by Blogger.

Jumlah Pengunjung

Blog Archive

Anda Pengunjung Online

Followers